Jeremy Nata Yudha

532 25 0
                                    


Met kenalan sama si red flag Jerry ya Guys..

Tolong siapkan stok kesabaran yang melimpah untuk menghadapi manusia satu ini.

btw, kalian punya pengalaman sama cowok 'Berbendera merah' kayak Jerry?

Anehnya, kenapa ya cowok kayak gitu banyak yang suka? Apa lebih menantang gitu?

au ah,

Met baca guys, semoga suka, hehe

***

Pintu itu tidak terkunci, membuat seorang gadis dengan gamis hitam dan jilbab panjangnya itu akhirnya berhasil masuk dengan mudah ke dalam ruangan bertuliskan 'Ruangan Khusus Tuan Jeremy Nata Yudha."

Dengan satu niat kejahilan di kepala, Nayla memutuskan untuk bersembunyi di bawah meja milik Jeremy. Niatnya dia ingin mengagetkan kekasihnya itu dan memberikan kejutan kepadanya.

"Pasti Jery bakal kaget liat aku ada di sini," sembari terkikik, Nayla sengaja menarik lagi kursi geser agar menutupi tubuhnya yang jongkok di bawah meja.

Tak lama menunggu, dapat Nayla dengar suara langkah kaki. Dari suara ketukannya, Nayla tebak bahwa yang datang mendekat bukan hanya satu orang melainkan lebih. Intuisinya mengatakan bahwa yang akan masuk ke ruangan ini adalah dua orang? Tapi siapa?

Tiba-tiba terdengar suara pintu otomatis yang terbuka, disusul dengan suara seorang pria.

"Gimana Baby, seneng gak kemarin waktu kita jalan-jalan ke Paris?"

Suara bariton itu, tak akan pernah Nayla lupakan walau sudah berbulan-bulan suara itu tak terdengar lagi. Nayla tak mungkin salah, suara itu pasti milik Jerry, kekasihnya.

"Kamu jangan malu-malu kayak kemarin, kalau kamu mau beli apapun itu, tas bermerek, sepatu, kosmetik, kamu tinggal bilang aja sama aku, nanti pasti aku kasih apapun buat kamu."

Jerry ini sedang berbicara dengan siapa? Kenapa terdengar seperti mereka sudah sangat akrab. Dan Baby? Apakah itu memang nama atau panggilan sayang?

'Ah gak mungkin, bukannya panggilan baby hanya diberikan buatku saja? Itu panggilan sayang Jerry untukku, bukan untuk orang lain!'

Nayla masih mencoba berpikir positif. Rasa cintanya pada Jery rupanya belum hilang walau beberapa kali sempat terlupakan oleh obsesinya mendapatkan ustadz Zayyan. Penolakan Zayyan padanya, membuat rasa cinta buta kepada Jerry akhirnya ikut timbul lagi di hati Nayla.

"Iya Baby, maaf, soalnya aku takutnya dikira cewek matre karena minta semuanya sama kamu. Aku takut habisi uang kamu." Terdengar suara manja seorang perempuan.

Tunggu-tunggu.

Dahi Nayla berkerut. Suara itu, seperti suara yang ia kenal. Tapi siapa?

Belum sempat Nayla menemukan jawaban, suara tawa menggelegar dari Jerry membuatnya kembali meringkuk di bawah meja dan berusaha menyimak baik-baik percakapan mereka.

"Hahahaha, Kamu ngeraguin kekayaanku Baby? Kekayaan seorang Jeremy Nata Yudha, seorang anak konglomerat pemilik bisnis manajemen aktris terbesar di negeri ini?" Jerry duduk di atas meja di mana Nayla bersembunyi di bawahnya.

"Jangan khawatirkan apapun, uangku bahkan gak akan habis jika kamu membeli tas bermerek bahkan dengan pabrik-pabriknya. Uangku masih sangat berlimpah, apalagi setelah kesusksesan rencana kita beberapa bulan lalu."

"Rencana? Rencana apa?" tanya perempuan itu kebingungan.

"Kau lupa? rencaan kita membuat skandal beberapa bulan lalu yang sukses membuat perusahanku mencapai keuntungan tertinggi dari program infotainment dan penjualan informasi ke akun-akun dan majalan gosip."

"Oh, skandal soal si perempuan bodoh itu kan?"

Skandal? Skandal apa?

Dan siapa yang dimaksud perempuan bodoh itu?

"Benar, skandal yang sengaja kita buat untuk menghancurkan perempuan bodoh itu."

"Ah, jangan bilang begitu Baby," terdengar suara hak heels yang mendekat. Sepertinya perempuan itu mendekat dan merangkul manja ke leher Jerry.

"Bukankah perempuan bodoh yang kau maksud itu dulunya adalah kekasihmu?"

Mata Nayla membulat. Kekasih? Apakah mereka sedang membicarakan dirinya.

"Kau pun keterlaluan Baby, jangan lupakan bahwa perempuan bodoh yang juga selalu kau sebut itu adalah bosmu?"

Nayla menutup kedua mulutnya.

Kekasih? Bos?

Apakah orang yang sedang berbicara itu adalah orang yang sama yang telah menciptakan skandal dan fitnah memalukan yang menghancurkan karir Nayla?

"Itu dulu, sebelum aku berhasil merebuat semua yang dia punya, dan mengirimnya ke tempat jauh yang kuharap dia akan menderita di sana selamanaya."

"Aih, siapa perempuan yang kau maksud itu?" Jerry mencoba menggoda perempuan itu.

"Aku malas menyebutkan namanya, karena kau pun tahu siapa dia."

"Tidak, aku tidak tahu, Baby, cepat beritahu aku," pancing Jerry lagi.

"Jika kau berani, kau akan menyebutkan namanya. Apa kau takut menyebutkan namanya."

"Aku tidak takut!"

"Buktikan. Sebutkan siapa perempuan bodoh yang telah kau fitnah dia dengan rencana skandalmu yang luar biasa?"

"Baiklah, aku akan menyebutkan siapa perempuan bodoh yang telah berhasil kukalahkan. Dia bernama, CASANDRA CALISTAA!" Perempuan itu berteriak dengan bangganya disusul dengan tawa mengegelgar dari dua manusia jahat itu. mereka berdua terus tertawa tanpa tahu bahwa seseorang yang sedari tadi mereka hina dan tertawakan kini masih berada di satu ruangan yang sama dengan mereka. Mengepalkan tangannya demi menahan emosi yang hanya tinggal menunggu waktu untuk meledak.

"Kau pintar Lili, kau benar-benar kekasihku yang pintar."

****

"Abah sama sekali tak menaruh curiga ketika pertama kali mendapatkan paket misterius di depan pesantren. Kotak itu hanya berisi alamat tanpa nama pengirim, dan ketika dibuka, isinya adalah sebuah televisi yang hanya menampilkan satu chanel saja, semuanya berisi tentang Nayla, yang sudah berganti nama menjadi Cassandra Calista."

Abah menunjuk sebuah televisi besar yang tak pernah lagi dinyalakan semenjak hari itu, hari di mana lelaki tua itu menaruh kekecewaan terbesar pada cucunya.

"Perilaku buruk Nayla mengingatkanku pada perilaku Humaira dulu, sebelum dia pergi memilih jalan yang dibenci oleh Tuhan. Abah takut Nayla akan sama seperti ibunya, tersesat pada jalan yang salah dan berakhir buruk seperti Humaira." Suara Abah kembali bergetar ketika ia berbicara dengan seorang pemuda tampan di sampingnya. Suaranya yang bergetar menandakan betapa takutnya dia jika suatu hari nanti ia akan kembali mengalami hari-hari terburuk dalam hidupnya ketika kehilangan Humaira.

"Abah tak kuasa jika harus kehilangan Nayla lagi seperti abah kehilangan Humaira, maka daripada itu, Abah perlukan bantuanmu Zayyan," Abah menatap seorang lelaki dengan sorban di lehernya dan baju koko putih yang berdiri di sampingnya. Tatapan Abah penuh dengan pengharapan.

"Apa yang bisa Zayyan bantu Abah?" Zayyan, lelaki itu begitu hormat dan patuh pada abah. Sosok abah sudah serupa ayah baginya yang sudah hidup sebatang kara sejak kecil. Abah adalah satu-satunya manusia yang mau menolongnya ketika ia tergelatak di tepi jalan hampir pingsan karena kelaparan. Abah begitu berati bagi Zayyan sehingga tak mungkin bagi pria itu untuk mengabaikan permintaan abah.

"Kamu bisa membantu abah untuk menolong Nayla."

"Bagaimana caranya?"

"Ada satu cara, maukah kamu melakukannya?"

"Tentu Abah, apapun jika Zayyan bisa, maka Zayyan pasti akan lakukan," ini adalah permintaan pertama abah pada Zayyan tentunya lelaki itu tak mau mengecewakan manusia yang sudah berjasa dalam hidupnya.

"Apa yang harus Zayyan lakukan?"

Abah kemudian membisikan Zayyan satu kalimat yang sukses membuat mata Zayyan terbelalak ketika mendengarnya.

"Ba-bagaimana mungkin Zayyan bisa melakukannya Abah?"

"Kamu bisa, Nak. Abah mohon padamu, tolong selamatkan Nayla."

Mengejar Cinta Ustadz GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang