Bukan Muhrim

618 28 0
                                    


Kepulangan Nayla disambut meriah. Abah yang mendengar kabar baik yang disampaikan oleh Zayyan semalam, yang mengatakan bahwa Nayla sudah sadar dan bisa pulang, membuat lelaki tua penuh wibawa itu langsung bersjud sebagai bentuk rasa syukurnya.

"Kami akan pulang besok," kata-kata Zayyan di ujung telepon, membuat tangis haru abah pecah seketika. Membuatnya malam itu juga, langsung menghubungi orang-orang yang dia kenal untuk mempersiapkan acara pengambutan kepulangan cucunya.

"Kita buat syukuran. Besok pagi semuanya harus sudah siap."

"Tapi ini pukul satu malam Abah, bagaimana semuanya bisa siap hanya dalam beberapa jam?"

"Buatlah semampunya, semaksimal mungkin dan pastikan cucuku akan disambut dengan perayaan paling meriah yang pernah diadakan di pesantren ini."

Laki-laki yang memang ditugaskan untuk mengurus setiap acara di pesantren ini, akhirnya pamit undur diri. Dia harus mulai bekerja sekarang, memasang tenda, sekaligus membuat pengumuman pada para santri agar esok bersiap menyambut kepulangan cucu bosnya itu.

Matahari merangkak naik, waktu malam terasa sangat lama untuk abah yang tak sabar menanti hari esok.

Waktu yang ditunggu pun tiba. Terlihat di ujung jalan menuju gerbang, sebuah mobil hitam berjalan mendekat. Belum ada satu meter lagi, abah sudah memberi kode untuk mulai acara penyambutannya.

Seakan paham, semua santri nampak langsung bergerak ke posisinya, berbaris membentuk dua garis lurus di sisi jalan kanan dan kiri.

Suara sholawatan mengalun merdu, suara itu berpadu dengan alat musik rebana dan marawis yang ditalu dengan irama dan ketukan tertentu. Semua santri menyambut kedatangan mobil itu dengan meriah. Ketika mobil hitam yang dikendarai oleh Pak Jaka akhirnya tiba di gerbang, semakin semangatlah para santri bersholawat.

Kemeriahan acara penyambutan Nayla adalah acara yang paling meriah diadakan pesantren Nurul Huda pad atahun itu. bahkan ramainya lebih ramai daripada acara penyambutan salah satu pejabat yang mengunjungi mereka beberapa bulan lalu.

Pesantren Nurul Huda saat ini tengah diliputi kebahagiaan, tentu kepulangan Nayla adalah alasan dibaliknya.

Mobil itu akhirnya berhenti tepat di depan abah, Mang Jaka, sang sopir kepercayaan abahlah yang pertama kali turun dan putar balik ke pintu kanan untuk membuka pintu itu. orang kedua yang keluar dari sana adalah seorang lelaki dengan gamis merah marun yang semakin membuat aura ketampanannya semakin terpancar.

Zayyan keluar dengan terlabih dahulu salim ke abah dan mengecup punggung tangan guru yang selalu diidolakannya itu.

"Terima kasih, Nak, terimakasih," Abah tak kuasa menahan tangis. Tangan sepuhnya menepuk pelan punggung Zayyan sebagai ungkapan rasa bangga dan terima kasih pada pemuda itu.

"Terimakasih sudah membawa Nayla pulang ke Abah."

Mendengar gurunya mengucap terimakasih padanya, Zayyan merasa tak pantas untuk itu.

"Jangan berterimakasih pada saya, Bah, ini semua berkat Tuhan."

Abah mengangguk.

Zayyan yang merasa melupakan sesuatu, kembali berbalik ke belakang, laki-laki itu kemudian masuk kembali ke dalam mobil untuk menjemput Nayla yang masih terlihat lemas untuk bergerak.

"Ayok, Nayla, kita ke luar," Zayyan mengulurkan tangan sebagai pegangan untuk gadis itu.

Melihat sebuah tangan kekar terulur ke arahnya, Nayla malah menunjukan ekspresi kesal. Mungkin penolakan Zayyan dulu, masih tak bisa dilupakan Nayla, membuatnya yang dulu cinta mati pada Zayyan menjadi benci pada pemuda itu.

Mengejar Cinta Ustadz GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang