00 Langit Merah

126 32 11
                                    

Di dunia ini. Setiap aktifitas manusia tidak akan lepas dari pandangan para Dewa. Ada ribuan Dewa di atas langit dan terus memperhatikan manusia, memberi berkah kepada siapa yang memuja nama mereka.

Dan berkah dewa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan memuja Dewa, manusia akan mendapatkan keberuntungan dalam aktifitas yang akan dia lakukan.

Karena pentingnya berkah itu, tidak jarang sebuah keluarga akan mendedikasikan hidup mereka dengan hanya menyenangkan Dewa tertentu, agar mereka mendapat berkah yang lebih baik dari yang biasanya.

Dan hal itu yang juga dilakukan oleh keluarga Justice. Keluarga di Spartia yang mendedikasikan diri mereka pada Dewa Keadilan, Mars sang Singa Merah. Selama ratusan tahun, keluarga Justice telah menjadi penegak keadilan yang menjunjung tinggi kejujuran.

Dan atas dedikasi mereka itu, Mars memberikan berkah terbesarnya kepada keluarga itu.

Seorang anak laki-laki berambut merah. Tampan dan atletis. Fisik sempurna yang diidamkan para gadis. 

Jelmaan Singa Merah. Begitulah julukan yang diberikan orang saat pertama kali melihatnya. Dia lalu diberi nama, Arsflame Justice, Api Keadilan Dewa.

Dan pertumbuhan fisiknya terus meningkat seiring waktu. Hingga kini. Saat dia telah menginjak umur 15 tahun.

"Hm? Apa aku saja atau menu kita hari ini tidak sebanyak biasanya?" tanya seorang pria paruh baya di depan meja makan. Dia telah memakai baju tugasnya dan bersiap untuk berangkat memenuhi kewajiban.

"Begitulah," jawab sang istri yang duduk di sebelahnya. "Beberapa waktu belakangan ini, banyak bahan yang susah dicari. Aku mendengar mereka bilang bahwa para Dewa telah meninggalkan kita dan mengakibatkan gagal panen."

"Eh!?" Sang anak yang duduk di seberang mereka dan sedang melahap makanan dengan cepat terkejut mendengar itu. "Benarkah itu!? Aku ada pertandingan bola hari ini!"

"Hm.. bagaimana menurutmu, Ars?" tanya sang ayah kepada anaknya yang memiliki rambut merah itu.

Ars memejamkan matanya dan seperti sedang mencari sesuatu dalam dirinya.

Pemuda itu kembali membuka matanya. Wajahnya nampak lebih cerah. "Aku masih bisa merasakan api yang membara itu dalam diriku. Para Dewa tidak meninggalkan kita."

Ars kembali melanjutkan makannya dengan lahap.

"Hahahahaha!" Ayah tertawa. "Kalau begitu semua akan baik-baik saja."

"Hm.. benar. Aku yakin mereka-nya saja yang tidak banyak berdoa." kata ibu.

"Kalau begitu aku berangkat, Ayah. Ibu." kata Ars yang paling cepat menyelesaikan makannya dan langsung berlari menuju pintu luar.

"Siapa lawanmu kali ini, Ars?" tanya sang ayah saat Ars memasang sepatunya.

"Kalau tidak salah, Volcano Demon. Ini pertama kalinya aku mendengar nama itu sih."

"Pastikan kau menghajar mereka!" Ayah memberi semangat.

"Pasti!"

Ars keluar pintu dan menuju ke sepeda merah favoritnya. Sejenak dia memandang ke langit yang lebih terang dari biasanya.

"Bahkan langit-pun bersemangat! Baiklah. Ayo kita berangkat, Entei!"

Menunggangi sepeda yang diberi nama Kaisar Api, Ars berangkat ke sekolah.

Dia lalu melihat dua orang laki-laki yang sedang bersepeda dan memakai seragam sekolah yang sama dengannya. Mereka nampak membicarakan sesuatu yang serius.

Scarlet Rose Demon Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang