Chapter 11

2K 219 39
                                    

Author Pov

Keheningan terjadi di dalam kamar tersebut. Baik dari Claude maupun Arkananta tidak mengeluarkan suara apapun. Yang pastinya suasana di dalam ruangan tidak bisa di sebut baik baik saja.

"Berapa", gumam Claude yang terduduk di atas tempat tidur menatap kosong yang membuat Arkananta merasa tidak nyaman.

Mengerti apa yang Claude tanyakan, membuat Arkananta langsung menjawab dengan sejujurnya.
"2 minggu, Yang Mulia"

Claude kembali terdiam. Tangan kirinya tiba tiba saja mendekati sisi wajahnya. Menahan perasaan bermacam macam emosi yang bergejolak di dalam hatinya.

Marah dan terkejut merupakan emosi yang lebih berdominant di dalam hati dari Kaisar Obelia tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marah dan terkejut merupakan emosi yang lebih berdominant di dalam hati dari Kaisar Obelia tersebut.

"Yang Mulia ?!", Arkananta yang mendengarkan suara menahan rasa sakit yang Claude timbulkan seketika saja khawatir dan ingin memegang tangan Claude tetapi kembali menarik tangannya menjauh. Dia masih ingat kalau Claude paling tidak suka melakukan kontak fisik secara tiba tiba bahkan tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

Claude tidak menghiraukan suara panggilan Arkananta. Dia terlalu memikirkan bagaimana dia bisa hamil dan dia percaya kalau Arkananta berkata yang sebenarnya.

"Yang Mulia", kali ini suara Arkananta tidak sekeras sebelumnya, dengan suara lembut dia memanggil Claude dan masih berlutut di sisi tempat tidur yang Claude duduki. Dia tidak akan berani duduk di sebelah Claude meskipun dia sebenarnya menginginkannya. Tetapi dia masih sadar diri dengan tempatnya berada.

"Keluar", suara Claude yang terdengar lelah mengusir Arkananta. Tetapi dia tahu betapa keras kepalanya pria berambut putih tersebut.

Mendengarkan apa yang Claude katakan membuat wajah Arkananta seketika saja di penuhi keraguan dan kecemasan yang terlihat jelas.
"Tetapi....."

"KELUAR !", Claude yang benar benar terpancing emosi langsung membentak dan meninggikan nada bicaranya kepada Arkananta. Bahkan dia tidak segan segan menatap tajam pria malang tersebut.

Arkananta tersentak menerima tatapan dari Claude. Bahkan Claude juga tersadar apa yang baru saja dia lakukan dan merasa menyesal.

"Keluar saja", menghela nafas sebentar, Claude mengecilkan suaranya dan melihat ke arah lain.

Arkananta hanya diam di tempatnya berlutut, dia menggigit bibir bawahnya merasa tidak berdaya. Dia ingin sekali membantu Claude, tetapi dia sadar dia tidak ada apa apanya untuk melawan Lucius.

"Bisakah kita bertemu lagi suatu saat nanti, Yang Mulia", seolah olah tidak terjadi apa apa. Arkananta bertanya dengan suara lembutnya yang biasanya. Dan dengan tatapan hangat menatap wajah cantik pria pirang di depannya saat ini.

Claude menatap wajah penuh harap yang Arkananta berikan. Sejujurnya dia memiliki titik kelemahan untuk pria satu itu tanpa sepengetahuan siapapun.

"Lakukan apapun yang kau inginkan", gumam Claude tidak ingin ambil pusing memikirkan keinginan Arkananta untuk bertemu dengannya lagi. Dengan kehadiran Arkananta setidaknya itu akan mengurangi rasa frustasinya karena di kurung terlalu lama di ruangan tersebut.

The Tyrant Emperor Became Ashil Agriche Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang