Setelah Tsuki selesai memilih camilan untuk dirinya dan adik-adiknya, Tsuki melanjutkan perjalanan di supermarket dengan keranjang belanja yang penuh. Tsuki merasa senang dapat memberikan momen yang menyenangkan dan memanjakan diri sendiri serta adik-adiknya.
Saat Tsuki melihat mantan yang sangat Tsuki sayangi di supermarket, reaksi Tsuki mungkin bervariasi tergantung pada perasaan dan situasi yang ada.
Apakah kalian akan mendekatinya?
Apakah kalian akan menyapanya dan bertanya kabar?
Apakah kalian akan pura-pura tidak mengenalnya?
Melupakan mantan yang sangat Tsuki cintai adalah sesuatu yang masih sulit bagi Tsuki hingga saat ini. Alasan keduanya berpisah karena sang mantan telah melanggar kepercayaan Tsuki dengan berselingkuh.
Meskipun Tsuki tidak mengetahui alasan mengapa mantan tersebut berselingkuh, Tsuki sudah merasakan sakit hati yang mendalam. Tsuki merasa sulit untuk mempercayai mantan tersebut lagi, terlepas dari alasan apa pun yang mungkin ada.
Tsuki baru saja menaruh belanjaannya di dalam mobil, tiba-tiba Tsuki melihat orang itu. Tsuki merasakan kegelisahan dan mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk menghilangkan rasa gugup yang melanda.
Tsuki merasa tidak nyaman dengan kehadiran orang ini, terlihat dari matanya yang berwarna cokelat terang, kulitnya yang putih, dan rambut pirangnya. Tsuki menyadari bahwa orang ini mungkin bukan keturunan Indonesia tulen.
Tsuki menoleh cepat dan Nova yang terlebih dahulu menyahut. "Impossible. Dia... eum, hubungan kita gimana ya, Suki? Aku susah jelasinnya, nih."
Senyuman miring gadis itu tidak pernah bisa Tsuki lupakan meski telah berusaha selama satu tahun ini. Ia tetap kepayahan mengontrol memorinya sendiri. Bagaimana hal itu menghancurkannya dari dalam secara perlahan.
Tsuki, apakah kamu cuek padaku? Mengapa? Apakah aku membuatmu merasa tidak nyaman?"
Tsuki berhenti sejenak dari belanjaannya, memejamkan matanya sebentar sebelum berbalik dan memandang Nova dengan tatapan dingin. "Kalau kamu sudah tahu jawabannya, mengapa kamu masih terus mengusikku, Nova?"
Nova tersenyum dengan arti yang tersembunyi, mengangguk kecil, lalu berjalan dengan anggun mendekati Tsuki. Tsuki selalu membenci betapa anggunnya Nova dengan tubuhnya yang sempurna. Cantik dan feminin. Tsuki merasa benci, sangat benci. Nova berhenti di depan Tsuki, menyelipkan anak rambutnya dengan senyuman yang terlihat menjengkelkan baginya.
Nova berujar lembut sekali. "Kenapa? Masih keinget hari itu kamu?"
"Aku tidak punya waktu untuk memikirkan itu lagi. Hubungan kita sudah berakhir. Tidak ada yang perlu aku ingat-ingat lagi," Tsuki menjawab dengan tajam. Meskipun sebenarnya itu tidak benar. Hatinya masih terasa sakit ketika mengingat setiap kilas balik masa lalunya.