Lily sedang menikmati acara radio kampus "Radio Ceria Jayakarta" yang dipandu oleh Isa dan Monday. Mereka menghadirkan program "First Love Confessions and Campus Chronicles" yang menyajikan informasi dan musik terbaik. Lily merasa terhibur dengan program tersebut namun dalam hatinya, ia merasa sangat khawatir terhadap keberadaan Jake yang tidak terlihat di kampus dalam beberapa hari terakhir.
Ningning, dengan kelembutan, menepuk bahu Lily dan bertanya, "Kenapa sih, akhir-akhir ini kamu diam saja? Semangat dong," sambil merapatkan diri di kasur.
Lily menyampaikan, "Berapa hari ini Jake tidak ada ke kampus, chat aku cuma di PHP aja nggak ada dibalas. Sih kan jadi orang jadi khawatir sama dia," dengan ekspresi kekhawatiran yang jelas terpancar dari wajahnya. Lily kemudian menambahkan, "Pakai acara ungkapkan perasaan lagi ih jadi malu aku sumpah seandainya aku nggak ngomong kayak gitu mungkin khawatir anjir ah astaghfirullahaladzim."
"Kayaknya kamu butuh dokter cinta dah, kita bisa jadi bingung karena cinta. Ndak cukup buat makan cinta doang, kita butuh tambahan harta juga." Ningning, mengutip kata-kata dari Tsuki.
Dia pun tidak terlalu mempermasalahkan hal yang dikatakan oleh Ningning barusan, namun tiba-tiba saja mood-nya langsung berubah dan hilang. Si Ningning pun asik chat-an dengan pacarnya.
"Dengan tulus hati, hari ini kita memiliki sebuah pesan istimewa dari seorang pendengar setia yang ingin menyampaikan perasaannya kepada Lily. Pesan ini mengalun penuh kelembutan, 'Hai Lily, di hari yang cerah ini, aku ingin dengan tulus mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam. Maaf jika chat-an kita belum terbalas, karena hatiku telah lama merindukanmu. Estiana Lily Ashaliya Agiandri, kau adalah sinar dalam kegelapan, kelembutan dalam badai. Maaf jika membuatmu menunggu, namun inilah ungkapan perasaanku yang tulus untukmu.' Pesan ini mengalir dengan kehangatan dan harapan, membawa cinta yang mendalam dari Jake Fathan ganendra."
Lily pun merasa terkejut saat Jake menembaknya dan mengungkapkan perasaannya lewat radio kampus. Sementara itu, Ningning merasa baper. Dia merasa terkejut dengan situasi yang terjadi di antara Lily dan Jake.
Ningning melempar hp-nya dengan antusias dan langsung memeluk kembarannya, "Wow, Jake benar-benar romantis ya! Mengungkapkan perasaan lewat radio, sungguh menakjubkan. Selamat ya, Lily!" sambil ekspresi kaget campur senang terpancar dari wajahnya.
"Lepas nggak pelukanmu aku sesak nafas nih anjir. kata Lily sambil merasakan kehangatan dari pelukan Ningning dia pun pasrah di-bully sama Ningning.
Angin berhembus perlahan menyapu halaman universitas, menyentuh para mahasiswa yang berjalan menuju pintu masuk. Saat Lily hendak memasuki kelasnya, tiba-tiba seorang gadis memanggilnya.
"Lily."
Lily merasa heran melihat tingkah temannya ini, bertanya-tanya dalam hati, "Kenapa kamu terburu-buru?"
"Lily, aku tadi liat Hueningkai kelah fisik sama Jeka di gedung kampus- aku belum selesai cerita!"
"Jika ada dosen, tolong absenkan aku, Rona," kata Lily cemas. "Nanti aku belikan seblak untukmu." Lily pun langsung berlari.
Beberapa siswa yang lewat memperhatikan Lily dengan rasa penasaran. Dia benar-benar panik jika Hueningkai dan Jake berantem di belakang kampus Lily pun udah sampai di belakang kampus
"JAKE KAI BERARTI"
Jake dan Hueningkai berhenti saling berkelahi.
"Lily, respond to my love just this once. I don't want more than friendship from you," kata Hueningkai yang keras kepala.
Lily benar-benar lelah. Dia sudah memberitahu berulang kali bahwa dia tidak memiliki perasaan khusus terhadap Hueningkai dan menganggapnya hanya sebagai teman. Dia tidak bisa membalas perasaan yang diinginkan oleh Hueningkai.
"Stop, jangan salahkan orang lain. Aku rasa kamu mengerti pembahasan kita dua minggu yang lalu. Aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku menganggap kamu sebagai sahabat. Aku lelah, Kai. Aku lelah," kata Lily, dengan nafas terengah-engah. "Ini semua takdir Tuhan. Kamu tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukaimu begitu sangat, Kai." Lily pun langsung menarik tangan Jake untuk pergi dari sana.
Saat ini, Lily dan Jake berada di taman kampus. Kebetulan, taman itu sepi. Lily pun mengobati luka di ujung bibir Jake setelah satu minggu tidak bertemu. Meskipun akhirnya mereka bisa bertemu, Lily masih kesal dengan Jake.
"Kenapa sih kamu kelahi sama Hueningkai?" Tanya Lily.
"Tiba-tiba dia menyerang aku dan aku tidak tahu apa kesalahanku padanya. Dia menjelaskan bahwa Hueningkai tidak menerima jika aku menyukai kamu, Lily," jawab Jake sambil memejamkan matanya dan memandang wajah cantik Lily. "Dia dengar dari teman-temannya dari teman-temannya bahwa aku menembak kamu menggunakan radio kampus. Hueningkai menerimanya."
Lily menganggukkan kepalanya dan selesai mengobati luka Jake.
"Kenapa seminggu ini kamu tidak datang ke kampus? Aku khawatir sama kamu, dan tiba-tiba kamu menembak aku di radio kampus," ucap Lily sambil memandang lurus ke matanya, dia tidak berani melihat Jake untuk saat ini.
"Maaf ya, Lily. Kalau aku nggak ada kabar kamu selama seminggu ini. Aku nggak ke kampus karena ada urusan bisnis nyokap aku sih. Sebetulnya, aku nembak kamu itu kemarin, cuma aku nggak bisa aja. Jalan satu-satunya nembak kamu di radio kampus." Kata Jake sambil tersenyum
Sekarang muka Lily seperti kepiting rebus, dia malu dan menutupkan mukanya dengan telapak tangannya.
"Jawab pertanyaanku di?"
"Jawaban apa?" jawab Lily dengan bingung.
Jake pun napasnya. "Kamu mau nggak jadi pacarku?"
Lily pun menjawab dengan mengangguk, memberikan persetujuannya.
Jake langsung memeluk Lily dengan erat, tanpa ragu bahwa tidak akan ada hari esok untuk bertemu lagi. Mereka berdua merasa bahagia karena akhirnya ada seseorang yang tulus mencintai mereka. Semua ini adalah takdir Tuhan yang tidak diduga-duga.
Di dalam hati Lily, rasanya seperti sedang berada dalam mimpi yang indah ketika dia mendapatkan seorang Jake. Cinta mereka seperti lukisan indah yang diwarnai dengan warna-warna kebahagiaan dan kehangatan. Setiap detik bersama Jake bagaikan melodi yang merdu, mengiringi langkah-langkah kecil menuju masa depan yang penuh harapan. Dalam pelukan Jake, Lily merasa aman dan dicintai sepenuh hati, seperti bintang-bintang yang bersinar di langit malam, memberikan cahaya dan kehangatan dalam kegelapan. Cinta sejati mereka adalah anugerah yang tak ternilai, mengalir seperti sungai yang tak pernah berhenti, mengisi kehidupan mereka dengan kebahagiaan dan keindahan yang abadi.