Ngomong-ngomong soal cinta, di kepala Yujin, cinta itu sederhana. Sesederhana saja, seperti Bunda yang dengan penuh kasih menyeduh teh di pagi hari untuk Papa. Meskipun itu adalah tindakan kecil, namun itu adalah cara Bunda menunjukkan perhatiannya dan memberikan kehangatan dalam hubungan mereka. Yujin merasa bahagia melihat kedekatan dan cinta yang sederhana namun kuat antara Bunda dan Papa.
Cinta memang terasa sederhana. Yang rumit adalah mengungkapkan perasaan dan mengejar cinta seseorang seperti Aa Sunchan.
Yujin dengan penuh dedikasi dan perhatian menyiram tanaman di setiap sudut rumah, memberikan mereka kehidupan dan keceriaan. Saat Yujin menjatuhkan sejumput pupuk, rasanya seperti memberi makanan yang lezat bagi tanaman-tanaman tersebut. Yujin merasa senang dan bahagia melihat betapa subur dan indahnya tanaman-tanaman yang dirawatnya. Itu menunjukkan betapa besar kasih sayang Yujin terhadap alam dan kehidupan tumbuhan.
"Aduh, bunganya cantik. Mau aku ambilkan buat orang tapi takut disayat mbak Ning. Tapi gemeees, iih."
Untuk sesaat, Yujin berjongkok sambil memandangi bunga putih di depannya, yang dia tidak tahu apa namanya, tapi sangat disukai oleh Ningning. Yujin memiringkan kepalanya sambil tersenyum lebar, berharap ada kupu-kupu yang mendarat di sana, di taman mereka."Aku...." Haewon menoleh dengan tampang paling tersiksa menghadap kembarannya. "Apakah kamu merasa bosan?"
Dengan senyuman kuda, Haewon berkata, "Aku merasa bosan. Mau mencari mangsa, yuk?"
"Ogah, ah! Setelah menyiram bunga bawah laut, aku mau tidur nyenyak dulu. Silakan cari partner lain, BAJINGAN! WON! LEHER AKU KECEKIK ANJENG! TANGAN KAMU SEMUA OTOT!"
Yujin memegang lehernya sambil mengikuti langkah Haewon. "Masa-masa bodoh! Kehausan ini membuatku ingin tertawa sedangkan aku berada di atas permukaan. Jadi Haewon butuh objek untuk diganggu barulah ia bisa tidur nyenyak malam ini." Gadis berambut pendek tersebut berpikir.
Sepersekian sekon kemudian ketika yujin ingin protes dan Haewon sibuk berpikir. Sebuah jawaban melintas di otaknya
Di sisi lain, Sunchan mulai merasa tidak nyaman duduk di halaman rumahnya. Ia mendapat tugas untuk mendeskripsikan lingkungan sekitar rumahnya, tugas tambahan dari dosen yang harus dikumpulkan besok. Namun jika merasa resah seperti ini, dengan segelas kopi hitam, Sunchan beristighfar di dalam hati karena melihat dua setan dari rumah sebelah.
Sunchan tetangga lainnya bahkan mungkin berpikir keluarga Agiandri diisi oleh bidadari-bidadari saja. Namun untuk mereka berdua, Sunchan angkat tangan saja.
Sunchan makin meringis saat kedua gadis itu tercengir lebar sekali. "Haloooo Kak Chan!"
"Sibuk banget nih cogan," sambung Haewon seraya memanjat pagar dan membukanya agar Yujin bisa masuk.
"Terima kasih babuku" Yujin tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada kembarannya sambil mengeluarkan kipas dari kantong celananya.
Yujin bergerak cepat. Tanpa disadari, dia sudah duduk di sebelah Sunchan, begitu dekat sehingga pemuda itu bisa melihat sebuah tanda di rahang sampai leher gadis tersebut.