30. Sebuah siksaan

1.7K 79 2
                                    

HAPPY READING
TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
YANDI YANG TYPO

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 😁😁
MAU NYA SIH DI FOLLOW JUGA 😁😁😁

*****

"Keikhlasan dibangun seiring berjalannya waktu
Menapaki jalan untuk mengetahui siapa dirimu dan apa yang mampu kamu terima
Hingga tiba di titik, di mana tidak ada yang bisa menyentuhmu
Kecuali sang pencipta yang punya otoritas atasmu
Saat itu ikhlas menjadi milikmu."

_XAVIER REZA AL-GHIFARY DEKANTARA_

******

Satu Minggu berlalu dengan cepat, kabar Satria sudah membaik, Xavier hanya melihat Satria dari kejauhan selama satu Minggu ini, untuk Rafael Cowok itu tidak ada kabar saat terakhir mengirimkan pesan Bara juga menghilang.

Selama satu Minggu ini juga kelas 11 sedang mengadakan semester, beruntung akhir semester selesai dari kemarin, tinggal ngambil hasil setelah itu libur.

Keretas hasil semester Xavier genggam, rasanya Xavier ingin mati saja. "98." Hanya menyebut angka dengan lesu ke empat sahabat nya tau.

"Beneran 98?"

"Iya."

Karena Ananda selalu menuntut Xavier di setiap pelajaran harus mendapatkan 100 dan 99, kurang dari itu, matilah Xavier meski yang beda hanya satu angka saja.

"Pengen gue buang kertas nya tapi nanti Papa tau." Lirih Xavier.

"Gak bersyukur amat Lo, gue aja yang dapat nilai tujuh lima udah bersyukur." Xavano datang langsung mencibir kala mendengar omongan Xavier, padahal Xavier dapat nilai tertinggi di kelasnya dari kelas 10 Xavier sering dapat nilai tertinggi, Xavano iri? Tidak justru ada rasa senang, tapi Xavano sellau menyembunyikan.

Sebenarnya Xavano ingin sekali mengucapakan selamat dek, pertahahanin terus dek, adek mau hadiah apa? Abang beliin, gak papa Abang kurang pinter kan ada Adek yang pinter.

Tapi lain di mulut lain juga di hati, tapi Xavano tidak pernah tau Xavier dapat nilai segitu selalu memaksakan otak nya, Xavier cape di tuntut.

"Lo mendingan diam! Kepala gue makin mau pecah dengerin Lo ngomong!"

Bukan hanya Xavano yang mematung tapi Elang, Usep, Kila dan Citra, Xavier berbicara dengan Vano dengan membentak dan penuh tekanan? Pertma kalinya Xavier berbicara seperti itu.

Sementara Xavier sadar entah tidak sadar dengan gaya omongannya, langsung pergi begitu saja, jujur kepalanya sangat sakit.

"Mampus! Di bentak adik rasanya gimana?"

"Adik Lo udah gak sayang sama Lo."

"Bentar lagi Lo bakal kehilangan Sebuah bintang."

"Nikmati lah rasa penyesalan itu."

"Lo nyesel! Gue party!"

Setelah melontarkan kata-kata pedes, Elang, Usep, Kila dan Citra pergi begitu saja.

Sementara Xavano memegangi dadanya, kenapa terasa sesak? "Kenapa sakit? Dek, Abang gak suka Adek bentak Abang, rasanya sakit."

LUKA, END {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang