34, Sebuah Taman

1K 59 0
                                    

HAPPY READING
TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
YANDI YANG TYPO

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 😁😁
MAU NYA SIH DI FOLLOW JUGA 😁😁😁

********

"Beda hari beda cerita.
Hari ini gagal, bisa jadi besok berhasil.
Hari ini terluka, bisa jadi besok sembuh.
Hari ini berat, bisa jadi besok semua jauh lebih baik.

Alhamdulillah untuk segala kebaikan yang dihadirkan.
Alhamdulillah juga untuk segala keburukan yang datang.
Entah hadiah melimpah ruah atau pembelajaran penuh hikmah yang bakal menghampiri diri, sudah pasti hal itu adalah rencana terbaik dari Allah.

Banyak-banyak istighfar.
Banyak-banyak berdoa.
Banyak-banyak bersyukur.
Banyak-banyak sabar.
Banyak-banyak ridha dan ikhlas menjadi kunci utama supaya diri tidak merasa terbebani oleh apapun yang akan terjadi di masa depan nanti.

Kita tidak tahu tapi Allah Maha Mengetahui. "

_XAVIER REZA AL-GHIFARY DEKANTARA_

*****

"Apaan sih gue duluan!"

"Ini rumah gue! Jadi gue duluan!"

"Tapi yang duluan Sampai gue!"

Xavier menatap jengah ke arah Pintu, tepat di sana Raffael dan Biru sedang meributkan siapa yang masuk duluan ke dalam rumah.

"Kalian sampai kapan ribut? Gue bosen liat nya."

Dengan sekuat tenaga Rafael menarik Biru keluar, dan berhasil.

"Bangsat!"

Rafael tidak memperdulikan umpatan Biru, dirinya tetap berjalan ke arah Xavier dan Duduk dekat Xavier.

"Abang bawain batagor buat kamu."

"Abang juga bawain somay buat kamu." Biru tak mau kalah, dirinya juga duduk di samping satunya lagi, dekat Xavier.

"Kebetulan Gue lapar, makasih Abang-Abang Vier."

"Lo lapar?"

Xavier mengangguk.

"Buset Lo masih lapar setelah nyemil sebanyak ini?" Biru geleng-geleng kepala melihat bungkus-bungkus hasil cemilan Vier berserakan di lantai.

"Ihhh!! Vier kan nyemil nya berdua sama Daddy."

Padahal kenyataannya dia sendiri yang menyemil itu semua.

"Dah ah Vier mau makan batagor sama somay nya." Xavier membawa dua kresek ke dapur.

Setelah kepergian Xavier, Biru dan Rafael saling menatap Dengan sinis.

"Pulang Lo!"

"Sabar, JINGAN!"

"BIASA AJA! GAK USAH NGEGAS!"

"LO YANG NGEGAS!"

*****

Denting sendok memecahkan keheningan di Raung makan.

LUKA, END {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang