" Belum nemu titik terang?"
Christy menggeleng lirih disana, menyesap teh hangat yang ia pesan disana.
Helaan nafas panjang terdengar di indra pendengarannya," Masih belum baikan juga sama ci gre?" tanya temannya yang lain
Lagi lagi ia menggeleng, memandangi wajah dua sahabatnya disana bergantian," Bingung mau gimana lagi gue, malah cici pulang semingguan disini, tiap hari berantem. Kasian gue sama bokap nyokap"
" Tuh sadar kalau kasian, kenapa ngga baikan?" sahut Kathrina disana
Christy tatap wajah perempuan ayu di di sampingnya ini," Dia ngga mau ngertiin gue, dia selalu mojokin gue, dia ngga mau ngasih waktu gue, gue engga terima"
Dua sahabatnya itu mengangguk paham, Kathrina dan Marsha tau bagaimana kisah runtut dari Christy dengan Arkenzee disana. Awalan yang menyenangkan berakhir tragis seperti ini, membingungkan banyak pihak, mengecewakan beberapa pihak, membuat sahabatnya itu berseteru dengan kakak kandungnya, mereka tau semua dengan itu.
" Nih tanya doang ya gue, beneran tanya aja. Lo bilang tadi kalau lo minta waktu, waktu buat apa dan lo minta berapa lama?" tanya Marsha yang mulai ikut bicara disana
Ada hembusan nafas panjang terdengar jelas disana, ada jeda sebentar untuk Christy menjawabnya," Gue minta waktu buat siap, siap sama kemungkinan terburuk yang bakal terjadi sama gue sama kak zee, gue engga tau bakal butuh berapa lama disana, atau malah gue engga akan siap buat itu"
Marsha mendengarkan penjelasan sahabatnya itu baik baik," Bukannya lebih cepet lebih baik? Maksud gue gini, Christ. Semakin cepat lo udahan sama dia, semakin sedikit memori lo sama dia dan otomatis semakin cepet dan ngga sakit hati buat lo lupain gitaris kesayangan lo itu" jelas Marsha disana
Gebrakan meja terdengar disana, Kathrina pelakunya," Gue setuju! Sha, lo pinter banget kali ini"
" Tiap hari kali gue pinternya"
Christy terkekeh kecil disana, interaksi dua sahabatnya itu selalu membuat ia menggelakkan tawanya kecil. Ia sesap lagi teh yang tinggal sedikit di cangkirnya itu, ia habiskan teh miliknya itu sampai tandas tak bersisa. Sedangkan dua sahabatnya itu memperhatikannya sedari tadi, menunggu akan presepsi yang baru saja Marsha ajukan itu.
" Nungguin gue jawab?" godanya pada dua perempuan disamping dan didepannya itu
Dua perempuan itu melengos, memutar bola mata mereka malas," Pulang aja yuk, sha. Males gue kalau si Christy mode bokem gini" ucap Kathrina disana dengan posisi yang hendak berdiri dari duduknya
Lengannya ditahan oleh perempuan disampingnya, Christy menahan lengan sahabatnya itu dengan terkekeh," Bercanda, duduk lagi coba" suruhnya
Kathrina menurut, ia dudukan lagi dirinya disana, menumpu kepalanya dengan tangannya seraya memperlihatkan bagaimana sahabatnya itu akan bercerita disana.
Helaan nafas Christy hembuskan lagi," Secara logika presepsi lo bener, sha. Tapi secara perasaan engga"
" Keliatan kayak simple, putusin lupain dan cari yang lain. Tapi nyatanya ngga sesimpel itu, nyatanya ngga semudah itu. Hidup sama seseorang yang bener bener kita mau itu kayak salah satu tujuan hidup engga sih? Kalau gue maunya sama kak Zee, terus akhirnya gue engga bisa, berarti gue engga punya tujuan hidup lagi. Percuma gue putusin dari sekarang, karena bakal sama aja kalau gue putusinnya nanti nanti, sama sama tujuan hidup gue udah engga ada" lanjutnya
" Cari tujuan hidup yang lain engga mau?" tanya Kathrina disana
Menggeleng, Christy menggelengkan kepalanya lirih," Engga akan bisa, engga akan mungkin" jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ANTARA KEBIMBANGAN
Teen Fiction" Should we fight, or let it go? Or watch this love fade and flow, Ngel?"