Seperti yang sudah Kathrina katakan pada Arkenzee, laki laki itu akan dikabari jika sang ayah dari mantan kekasihnya itu sudah tak berada lagi di rumahsakit yang akan laki laki itu hampiri. Mungkin sekitar lima belas menit yang lalu ia mulai melakukan perjalanannya menuju rumahsakit yang Kathrina beritahu padanya setelah teman dari mantan kekasihnya itu melihat situasi dan kondisi disana aman. Dengan mobil kesayangannya ini, ia membelah jalanan ibukota ini dengan sedikit kesabaran yang harus ia sisihkan disana. Jam sore, para pekerja mulai turun ke jalanan untuk segera pulang ke rumahnya masing masing dan berhasil memadati jalanan yang ia lalui ini.
" Emang harus sabar banget kalau keluar sore kayak gini." gumamnya disela sela ia mengemudikan kendaraannya
Sebenarnya ada banyak pikiran yang membersamai dalam kegiatan mengemudinya ini. Kata kata apa yang akan ia lontarkan pertama kali kepada Christy setelah hampir sepuluh hari ini tak pernah bertukar sapa? Kalimat permintaan maaf apa yang pantas ia lontarkan pada perempuan itu setelah kejadian yang dilalui perempuan itu berakhir tragis seperti ini? Susunan kata apa yang akan membersamai obrolan awal mereka nantinya? Jujur, dari lubuk hati terdalamnya, ia tak akan pernah siap untuk bertemu dengan sosok perempuan yang menemaninya tiga tahun belakangan ini. Perempuan ayu yang tak akan pernah ia bersamai lagi nantinya, perempuan yang tak akan pernah lagi ia rengkuh tubuhnya.
Tak ada kata tak rindu dalam sepuluh harinya ini pada sosok perempuan yang akan ia temui kali ini, bohong jika ia tak merindukan semua tentang perempuannya itu.
Setir kendaraan yang ia kemudikan ini ia belokan pada rumahsakit yang berada di kiri jalanan yang ia lewati ini, rumahsakit yang diberitahu oleh Kathrina disana. Ia bawa dirinya untuk keluar dari kendaraan yang ia bawa dengan kantong putih ditangan kanannya yang berisi buah sembari melihat telepon genggamnya untuk melihat dimana kamar inap perempuannya itu berada.
Fuchsia 1
Ia sekarang berdiri didepan ruangan yang namanya persis sekali dengan yang diberitahu oleh Kathrina padanya tadi. Tangannya masih menggenggam telepon genggamnya disana dengan sedikit merematnya, ia sedang berusaha menghilangkan gugupnya dan berusaha menyusun kata kata yang akan ia gunakan untuk menyapa seseorang yang terbaring diranjang kamar inap didepannya itu.
Belum saja keberaniannya penuh, pintu kamar inap didepannya ini terbuka perlahan. Seorang perempuan yang ia tahu juga teman dari mantan kekasihnya itu keluar dari sana, melihatnya dengan sedikit terkejut sepersekian sekon.
" Kak Zee? Udah lama disini?"
Arkenzee menggeleng," Baru aja, engga lama lama banget."
" Kenapa engga langsung masuk, kak? Didalam cuma ada aku sama Kathrina kok, om Pras sama maminya Christy lagi pulang." ucap Marsha disana
" Iya, habis ini langsung masuk. Kamu mau kemana?"
" Ke parkiran, mau ambil barang di mobil. Masuk aja, kak. Aku tinggal dulu ya?"
Arkenzee mengangguk, seraya melihat sosok perempuan yang menanyainya tadi berlalu dari dirinya yang masih tetap tak melangkahkan kakinya sedikitpun.
" Ayolah, Zi. Lo cupu banget." yakinnya pada dirinya sendiri
Langkahnya mulai ia bawa untuk semakin dekat dekat pintu berwarna putih didepannya ini, tangannya dengan berani memegang kenop pintu didepannya untuk ia bisa masuki disana. Suara derit pintu yang ia buka dengan perlahan tadi memecah atensi dua perempuan didalam kamar inap yang ia masuki, Kathrina dan Christy menoleh padanya.
Ia masih belum melangkahkan kakinya lagi disana setelah dua perempuan itu melihatnya, ia masih tetap disini, ditengah pintu yang ia buka setengah itu.
Kathrina mulai berdiri dari duduknya dikursi samping ranjang sahabatnya itu. Tarikan pada lengannya membuat langkah yang akan ia mulai disana ia urungkan." Engga apa apa, Ngel. Semua bakal baik baik aja, dia cuma pengen ngobrol sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ANTARA KEBIMBANGAN
Teen Fiction" Should we fight, or let it go? Or watch this love fade and flow, Ngel?"