Pertemuan Kesekian Kalinya

560 83 10
                                    

Berbeda dengan pertemuan pertemuannya dengan perempuan disampingnya ini sebelumnya, pertemuan yang sering terjadi tanpa kesengajaan disana kini terjadi karena kesengajaan sosok Arkenzee disana. Entah untuk apa tiba tiba ia datang ke coffee shop milik Ashel di siang hari ini.

" Kamu engga sibuk kan, shel? Aku jadi engga enak deh kalau kamu nemenin aku disini kalau kamunya sibuk"

Kekehan kecil Ashel lontarkan disana setelah ia taruh minuman yang Arkenzee pesan tadi padanya," Engga, mas. Tenang aja" jawabnya disana. " Christy engga ikut? Padahal mau traktir sekalian karena udah direpotin buat jaga Michie tempo hari"

" Sibuk dia, banyak praktek katanya"

Ashel mengangguk paham," Anak fk gitu ya? Sibuk terus" sahutnya dengan kekehan kecil

Anggukkan pembenaran penyataan dari perempuan disampingnya Arkenzee lontarkan disana seraya mulai meminum minuman yang ia pesan tadi disana," Michie belum pulang?"

" Dua jam lagi pulangnya"

" Ikut jemput boleh?" tanya Zee lirih

Tentu anggukan berhasil ia dapatkan dari ibu kandung anak empat tahun itu.

Pria dua puluh tiga tahun ini merasa dirinya harus bertemu dengan anak kecil empat tahun yang sempat menginap di apartemennya semalaman itu. Acara menginap dadakan tempo hari itu membuat ia merasa ingin sekali selalu bertemu dengan anak kecil empat tahun itu, ia merasakan ada sesuatu yang harus diselesaikan lewat pertemuan itu, ada rindu dengan tawa anak kecil itu, Arkenzee tak tau mengapa bisa terjadi seperti ini. Anak kecil empat tahun itu mengalihkan dunianya dalam waktu sekejap.

" Punya kesibukan apa mas sekarang?"

" Belum tau, belum kepikiran mau jalan ke arah mana sekarang"

Ashel anggukan kepalanya lirih beberapa kali disana, ia paham dengan penuturan pria dua puluh tiga tahun disampingnya ini.

" Menurut kamu, kalau aku bikin cafe oke engga? Maksudnya aku kayak pengen belajar tentang dunia cafe cafe ini sama kamu" pinta Zee disana

Senyuman perempuan dengan nama depan Adzana itu terlihat mekar disana," Boleh dong, kenapa engga?"

Angan angannya ingin mendirikan sebuah usaha nampaknya mendapatkan titik terang disini, pengalaman perempuan disampaikan ini akan jadi titik tumpu perjalanan bisnis yang akan ia mulai itu, tampaknya menjadi seorang pembisnis di kuliner tidak buruk untuknya.

" Padahal dulu aku pernah berantem sama ayah karena engga mau nyoba bisnis, eh malah sekarang mau terjun sendiri kesitu"

" Hidup kadang emang gitu mas, engga disangka sangka"

Benar, benar yang dikatakan perempuan dua puluh satu tahun disampingnya ini.

" Pacar kamu tau kalau kamu disini sama aku, mas?" tanya Ashel hati hati disana. " Aku engga mau aja kalau nantinya ada yang salah paham sama pertemuan kita kayak gini"

Arkenzee mengendikkan bahunya lirih," Lagi sibuk dia, engga mau ganggu aja buat sekedar minta izin ketemu sama kamu. Lagipula juga ngapain salah paham, orang cuma ketemu biasa kayak gini kan?"

Ashel tak tahu apa yang baru saja pria dua puluh tiga tahun disampingnya ini lalui, mengapa pria disampingnya ini sedari tadi terlihat tak bersemangat seperti biasa ia temui? Apa yang membuat tatapan teduh milik pria disampingnya itu nampak tak redup kali ini? Apa yang pria dua puluh tiga tahun ini pikirkan saat itu?

" Mas,"

" Hn?"

" Lagi engga baik baik aja ya?"

Helaan nafas Arkenzee terdengar jelas digendang telinga milik perempuan itu. Helaan nafas yang cukup panjang dengan tempo lirih disana. Helaan nafas yang terlihat ada beban yang sangat melelahkan disana.

DI ANTARA KEBIMBANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang