Sesal

527 95 23
                                    

" Bentar ya, cel. Ada telepon"

Tubuhnya ia bawa sedikit menjauh dari bangku taman yang ia duduki disana bersama perempuan yang mengasuh anak kecil empat tahun itu. Telepon genggamnya ia dekatkan pada pendengarannya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh puan diseberang sana.

" Ke tempat latihan cepet, zee."

Alisnya menaut, mencoba mencerna perkataan dari sang puan disana." Ngapain? Mau maki maki atau mau minta ganti apa nih?"

" Bangsat. Masalah itu ntar dulu deh, penting ini. Bang gito yang nyuruh lo kesini"

Helaan nafas Arkenzee keluarkan disana," Engga bisa, Niel. Gue lagi diluar, penting juga."

Seseorang diseberang sana mengerang lelah dengan jawaban yang Arkenzee lontarkan," Nih masalah Christy, sini buru. Jangan jadi pengecut coba, Zee."

Arkenzee tampak berpikir disana, apa yang sebenarnya terjadi pada sosok perempuan yang beberapa hari yang lalu ia sakiti hatinya itu? Mengapa sampai teman di grup bandnya dulu ini menyuruhnya untuk kesana?

" Zi! Denger engga gue ngomong gini?" hentak Oniel diseberang sana

" Iya denger, gimana jadinya?"

Sepertinya Oniel harus menyisakan kesabarannya yang seluas samudra itu untuk menghadapi sosok Arkenzee Putra yang susah ini," Telepon si temen Christy itu, kalau engga salah tadi namanya Kathrina atau siapa lah itu. Suruh dia kesini, lo juga kesini, jelasin ke dia biar engga marah marah mulu kek nenek lampir"

" Nih kenapa jadi bawa bawa Kathrina?"

Oniel lupa, Ia tak memberitahu kejadian sosok perempuan itu datang ke gedung tempat ia berlatih," Oh iya gue lupa, dia tadi kesini marah marah lah pokoknya. Dia nyari lo tapi engga ada, dia mau nyari rumah lo, daripada ntar cerita yang engga engga ke nyokap lo mending lo telepon aja terus suruh kesini"

" Jujur gue engga ngerti masalahnya disini apa, tapi daripada ntar ketemu rumah gue dan ngomong yang engga engga mending gue telepon tuh anak deh." pungkasnya disana

Arkenzee hentikan sambungan teleponnya dengan Oniel disana. Tangannya sibuk mencari nomor Kathrina yang seingatnya Christy pernah menyimpannya di telepon genggamnya ini.

Nomor perempuan yang ia cari berhasil ia dapatkan disana, ia ketikkan beberapa kalimat untuk perempuan itu dengan cepat.

engga usah ke rumah
balik ke gedung tadi, gue jelasin

Susunan sepuluh kata itu ia kirimkan pada nomor yang ia cari tadi. Ia masukkan telepon genggamnya ini pada saku celananya disana dan membawa kembali tubuhnya pada sosok anak kecil yang ia ajak kesini tadi. Sialnya, masalah baru muncul kembali, ia lupa menyiapkan alasan apa untuk anak kecil yang ia ajak ini.

Ia garuk tengkuknya yang tidak gatal itu ketika tubuhnya sudah berhadapan dengan perempuan juga anak kecil empat tahun yang ia bawa tadi ke taman di kotanya ini," Cel, ini kita kalau balik sekarang Michie marah engga ya? Ada urusan dadakan banget."

" Iya mas, engga apa apa. Nanti aku yang ngomong ke anaknya." jawaban sang empu dengan tersenyum manis disana

" Maaf ya, cel. Padahal aku udah janji hari ini mau main sama Michie." ucapnya sesal disana.
" Engga enak deh kalau kayak gini ke kamu."

Ashel usap bahu laki laki disampingnya ini dengan lembut," Engga apa apa, ih. Kayak sama siapa aja sih? Ayo balik aja, besok besok masih bisa main lagi."

DI ANTARA KEBIMBANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang