Kathrina bawa mobil miliknya ini kecepatan tinggi dan amarah yang sedari tadi ingin ia letupkan disana. Disampingnya terdapat sosok Marsha yang memegang pegangan tangan disana dengan merapal doa sebanyak-banyaknya agar ia masih bisa selamat sampai tujuan. Ia tau perempuan seumur dengannya yang mengemudi seperti kesetanan ini memendam amarah yang membara, Kathrina tak berhenti mengumpat sedari dari rumah sakit dimana sang sahabat terbaring lemah sedari tadi malam.
" Nih jalanan kek anjir banget lah, pagi pagi udah macet. Engga tau apa ya kalau kita buru buru." Umpat Kathrina disana dengan membunyikan klakson untuk siapapun yang menghalangi jalannya
Marsha buang nafas panjangnya disana," Sabar, Kath. Ini weekday, semua orang lagi berangkat kerja, pasti macet dong"
Sepertinya penjelasan yang ia dengungkan tadi tak dianggap oleh sahabatnya ini, sahabatnya ini terus membunyikan klakson dengan amarah yang memuncak dan ber ending mobil yang ia tumpangi ini hampir menabrak pengendara lain didepannya.
" Stop deh, Kath. Kalau lo nyetirnya kayak gini minggir coba, biar gue aja yang nyetir. Lo engga cuma bisa matiin orang, tapi lo juga bisa mati kalau kayak gini" protes Marsha disana
Kathrina tak menoleh, membiarkan omongan yang baru saja Marsha lontarkan itu membuai dengan pendingin di mobilnya ini," Kalo lo yang nyetir, bisa bisa besok kita sampai sananya. Gue udah engga tahan pengen pukul kepala si cowo brengsek itu, pengen gue patahin lehernya."
Hanya hembusan nafas yang mampu Marsha lakukan disana, bagaimanapun ia membujuk sosok Kathrina disana nampaknya usahanya akan sia sia, perempuan itu sudah dipenuhi amarah yang segera ingin diletupkan.
Mobil mereka berdua ini melaju ke arah yang mungkin bisa menemukan sosok pria yang akan Kathrina patahkan lehernya jika bertemu, mereka bawa kendaraan roda empatnya ini ke arah gedung dimana band yang sedang happening itu berada. Jika mereka tau alamat pasti rumah dari pria yang mereka cari itu, mereka pasti akan menghampiri langsung ke rumahnya, mencaci pria itu dirumahnya, mengatakan kepada orangtua atau keluarga pria itu bagaiman sang pria membuat sosok sahabatnya itu terbaring lemah di ranjang rumahsakit. Sayangnya, mereka berdua tak tau dimana kediaman pria yang mereka cari ini.
Mobil yang Kathrina kemudikan berhenti didepan bangunan dengan dua lantai ini, bangunan yang terawat dengan halaman yang sedikit luas dan terdapat beberapa kendaraan disana, hal ini membuat Kathrina semakin yakin jika ada seseorang yang bisa ia temui disana.
" Lo yakin ini basecampnya band itu? Kalau bukan gimana? Kita malu, Kath." tanya Marsha dengan tangannya yang mulai sibuk untuk membuka seatbeltnya disana
Kathrina mengangguk yakin," Gue pernah jemput Christy disini btw, engga bakal salah deh."
Langkahnya ia bawa dulu untuk beranjak dari mobilnya dan disusul oleh Marsha dibelakangnya," Kath, lo yakin nemuin gitaris itu disini? Kalau pas lagi engga disini gimana?"
" Cerita ke temen temennya, kita minta alamat rumahnya, kita langsung kesana. Kalau dirumahnya engga ada si bajingan itu, kita ngobrol aja sama orangtuanya." jelas Kathrina disana
Setelah memberikan penjelasan secepat kilat itu pada Marsha, kini Kathrina memilih untuk segera masuk dalam gedung yang ia datangi ini.
Gedung ini terdiri dari dua lantai, tanpa ada resepsionis disana ataupun satpam yang berjaga, dengan mudah ia berlari ke arah tangga yang ia yakini semua orang sedang ada dilantai dua gedung ini. Ia melompati anak tangga dengan cepat, beberapa kali juga ia melompati dua anak tangga sekaligus disana yang membuat Marsha menggeleng lirih karena ulah Kathrina disana.
Tebakannya tak melesat, sekumpulan orang sedang ada disana, disebuah ruangan yang pintunya tak tertutup.
" Mana yang namanya Arkenzee? Mana?" teriaknya didalam ruangan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ANTARA KEBIMBANGAN
Teen Fiction" Should we fight, or let it go? Or watch this love fade and flow, Ngel?"