Life After Breakup

435 86 16
                                    

Mungkin life after breakup itu benar adanya, dan ia mengalaminya saat ini.

Tak ada yang ia lakukan lagi setelah selesai dari urusan perkuliahannya yang berat itu selain pergi bermain dengan dua sahabatnya ini, entah hanya untuk membeli kopi atau hanya sekedar merebahkan diri di kos temannya itu.

Tak ada lagi yang akan menjemputnya setelah ia selesai dari kelas seharian di kampusnya itu, tak ada lagi yang meneleponnya untuk bertanya apakah ia sudah melahap sesuap nasi hari ini atau belum, tak ada lagi yang menanyainya ia dimana dan dengan siapa ia berada, tak ada lagi yang menyuruhnya untuk segera pulang agar tak dicari orangtuanya, semua itu hilang sejak sembilan hari yang lalu. Sembilan hari yang lalu terakhir ia diantar oleh pria dua puluh tiga tahun itu, terakhir kali ia dijemput dari kampusnya, terakhir kali ia ditelepon oleh sosok pria yang tiga tahun belakangan ini menjadi perhatiannya, terakhir kali mendengar suara pria itu, hari itu benar-benar kebiasaannya dengan kekasihnya itu berakhir.

Dan sini ia sekarang, di tempat kos sahabatnya yang jarak dari kampusnya hanya lima menit. Menyeduh teh yang beberapa hari lalu ia beli dan ia taruh disini, berharap kapanpun ia datang ia dapat menyeduhnya kapanpun.

" Udah lama gue engga lihat lo dijemput sama gitaris kesayangan lo itu, ribut atau gimana?" tanya sang puan kos disana

Air mendidih dengan uap yang terlihat mengepul disana membuat pertanyaan yang Marsha lontarkan tak dijawab oleh perempuan yang sibuk di pantry kamar kosnya ini. Gemercik air panas yang terdengar turun dari teko ke teh yang sudah sahabatnya itu racik terdengar di indera pendengarannya. Ia tatap lamat lamat sosok perempuan di pantry itu dengan seksama, berharap pertanyaannya akan dijawab oleh sang puan.

Sepertinya harapan Marsha hanya angan-angan saja, pintu kosnya dibuka dengan kasar dan terburu-buru oleh sosok Kathrina disana. Perempuan itu tampak seperti dikejar sesuatu yang menakutkan hingga perempuan itu berlari tunggang langgang dengan tas yang terombang-ambing kedepan dan kebelakang dengan tak terarah. Punggungnya ia tegakkan dari posisi berbaringnya, menatap Kathrina yang menghampiri Christy dengan nafas yang tersengal-sengal.

" Sumpah ya, ngel! Gue lihat cowo lo tadi di mall sama cewe terus ada anak kecilnya lagi. Itu tante sama keponakannya atau selingkuhannya anjir?!" pekik Kathrina dengan nafas terengah-engah

Yang ditanyai hanya diam disana, mengaduk teh yang baru saja ia buat itu dengan tangan kanannya, tak menghiraukan hiruk pikuk sang sahabat yang lari tunggang-langgang hanya untuk kabar yang samasekali tak ingin ia dengar.

Kathrina membalikkan tubuh sang sahabat agar menghadap ke arahnya dengan tak sabar,
" HELLOO? GUE NGOMONG SAMA LO YA ANJIR! INI COWO LO LOH YANG SELINGKUH! ENGGA MARAH?"

Christy tak menggubris, membawa segelas teh yang ia buat di kamar kos temannya ini untuk ikut duduk di pinggiran ranjang bergabung dengan Marsha disana yang menatap dua orang dengan lamat.

" Udahan" ucapnya lirih

" Hah? Gimana?" bingung Kathrina disana

Ada helaan nafas yang ia buang disana dengan perlahan untuk menjawab pertanyaan perempuan yang sudah duduk berjongkok didepannya ini." Udahan, gue sama dia putus" ucapnya lirih dengan tatapan yang ia kunci pada segelas teh yang sedari tadi masih ia aduk dengan sendok disana

" WHATTT?"

" SERIUSSS? KOK BISA?"

Christy sudah membayangkan hal ini akan terjadi, ia sudah membayangkannya beberapa hari setelah hubungan dengan sosok Arkenzee itu kandas. Hebohnya dua temannya ini sudah terpikir olehnya, jauh hari.

" Ya bisa, namanya pacaran juga udah pasti bisa putus lah" jawabnya. " Engga usah tanya kenapa ya? Kalian juga udah pasti tau alasannya"

Rentangan tangan Kathrina untuk memeluknya ia terima dengan senang hati setelah segelas teh yang belum sempat ia minum itu ia taruh di nakas di samping tempat tidur temannya ini. Pelukan dari belakang juga ia rasakan dari Marsha disana, memeluk dengan erat untuknya.

DI ANTARA KEBIMBANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang