Satu 🐣

2.3K 110 4
                                    

.
.
.

😸😸😸😸😸

.
.
.


"Lihatlah nilai2mu yg anjlok itu!! Kenapa kamu begitu bodohnya astaga!!! " Triak frustasi ayah Jimin.

Jimin memilin ujung seragamnya sambil memonyongkan bibir.

"Denger gak orangtua lagi ngomong?"

Jimin mengangguk angguk, pada hari itu penerimaan rapor hasil ujian akhir semester dan Jimin kedapatan mendapat peringkat 250 kali ini. Padahal satu tahun lalu ia berada di 5 besar. Tidak tau apa yg dilakukan Jimin selama setahun belakangan ini hingga malas belajar dan berakhir dengan peringkat 250 dari 300 siswa kelas 2.

"Sebagai hukumanmu kau pergi sana cari kerja sendiri selama liburan. Karena kau tak akan dapat uang jajan selama itu" Final ayah Jimin.

"Ayahh... Aku harus kerja apa? Aku bahkan masih SMA kau tau! " Tunjuk Jimin.

"Berani kau tunjuk2!?"

Jimin langsung menurunkan telunjuknya dan kembali memilin ujung seragamnya.

"Ayah tidak mau tau. Terserah kau mau kerja apa. Dalam seminggu ini kalau kau tidak dapat kerjaan part time kau akan ayah ungsikan dirumah nenekmu selama 3 bulan penuh."

"Tidakkk!!! Ayah keterlaluan.. "

"Itu urusan mu,!! "

Brakk..

Ayah Jimin pergi keruangan kerjanya membanting pintu.

"Arrrrhhhhgg... Aku harus nyari kerja kemana? Sial orang tua satu itu. Kkhh..!!!" Jimin menendang nendang angin sambil berjalan menuju kamarnya.

Jimin dulu pernah nakal swaktu kelas 6 sd karena menginjak baju teman perempuannya hingga robek dan temannya itu jatuh terantuk batu kepalanya membuat temannya itu harus masuk rumah sakit.

Alhasil dia diungsikan dirumah nenek buyutnya selama 3 hari karena kenakalan nya. Rumah nenek buyutnya itu sudah lama tak ditinggali, dia berada disebuah desa kecil yg penghuninya hanya 20 orang saja. Jimin disana ketakutan setengah mati.

Apalagi jika malam pasti selalu ada ketukan2 aneh dipintu depan rumah dan diatap. Jimin cukup mengalaminya 1x itu saja dalam hidupnya, ia tak mau lagi dihukum disana. Jadi mau tak mau jimin simanja ini harus berusaha nyari kerja part time setidaknya, hanya 3 bulan saja dan harusnya tak masalah baginya.

Tuut...

"Halo... " Pada sambungan pertama Hoseok mengangkat telpon dari Jimin.

"Hosoek, bisakah kau bantu aku, plis darurat penting banget"

"Ck. Minta bantuan itu setidaknya sopanlah sedikit, aku seniormu tau. Panggil aku kakak kek, atau hyung"

"Oke oke. Kakak hoseok yg kusyinta, bolehkah dedek Jimin ini memintah bantuan mu? Puwisse.. "

"Cih, jijik sekali. Ada apa kau ini, to the point saja, cepat. " Ucap hoseok kemudian.

"Jadi gini.... "

Jimin menceritakan keseluruhan kejadian yg menimpanya hari ini. Dan hoseok disebrang sana tertawa terbahak. Selama ini Jimin sudah diperingati jauh jauh hari namun tetap ngeyel, beberapa kali ia kedapatan bolos untuk pergi ngegame, dan berakhir dengan peringkat jeleknya yg membuat sisi setan ayahnya keluar lagi setelah sekian lama

"Cepat bantu aku. Jangan cuma ketawa aja Hosoek!!"

"Iya2. Sabar kek. Kau mau kerja apa kira2? "

Berawal Dari SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang