13. ESPERANZA (HARAPAN)

0 0 0
                                        

HALLO APA KABAR??

SEMOGA SELALU BAIKKK

H A P P Y  R E A D I N G




13. ESPERANZA (HARAPAN)

Sebisanya, jangan berharap terlalu
lebih, karena harapan tidak
semestinya sesuai dengan kenyataan.

~Lakeisha Agnindhiya

****


Tak dapat dipungkiri, semua orang sudah pasti memiliki harapan yang ingin mereka dapati. Tetapi, pada akhirnya semua yang mereka harapkan akan terhempaskan oleh kenyataan. Berharap, boleh saja, sebutuhnya saja kita berharap. Apalagi berharap pada manusia, sesuatu yang kita dapati hanyalah kekecewaan.

Ya, seperti saat ini, Keisha tengah menatap kosong langit-langit kamarnya, posisi nya saat ini, ia sedang berbaring di atas kasur dengan memeluk boneka pemberian sang kakak. Seakan-akan sedang menyelami masa lalu, ia tenggelam di dalamnya.

Harapannya itu telah pergi dan tidak mungkin kembali. Dirinya sudah tahu, ini adalah hadiah dari harapan yang mendalam. Menerima kenyataan itu tak semudah mengharapkan, nyatanya, seseorang yang kita harapkan itu, sebagian besar adalah kekecewaan.

Keisha kecewa, seharusnya ia tak berharap berlebih pada kakaknya untuk menemaninya selalu. Ia hanya menyalahkan dirinya, terlalu obsesi dengan harapannya, sehingga melupakan apa yang akan menjadi kenyataan.

"Belajar untuk tidak berharap pada seseorang itu sulit, Kak Lusi.."

Bagai didengarkan oleh sang kakak, Keisha berbicara tiada henti.

"Kak Lusi, Sha udah suka sama seseorang, mungkin cinta juga, hehe."

"Tapi, Keisha takut, takut menaruh harapan besar padanya."

"Sha harus gimana Kak?"

Ketika menoleh ke samping, ia terkekeh masam, "Berharap lagi ya..."

****

Bel penunjuk jam pertama telah berbunyi, siswa maupun siswi berlarian menuju kelasnya karena dirinya terlambat. Seperti di kelas XI IPA 2, terdapat dua murid laki-laki yang tengah bercekcok mengenai tempat duduk.

Mereka memang sengaja bertukar kelas dengan dua murid di kelas ini, katanya ingin dekat dengan sahabatnya.

"Gue mau duduk yang samping tembok, TITIK." seru Ijan sembari menepis tangan Niko yang berada dikursi yang sedang ia pegang.

Niko mendengus, "Gak ya, gue duluan yang naruh tas nya."

"Apaan! lo ngalah dong sama gue, secara lo kan yang lebih tua daripada gue!" ujar Ijan yang masih memegang kursi samping tembok.

"Gak ada sejarahnya, udah lah gue capek berantem sama lo." final Niko, pasrah.

Ijan lantas tersenyum lebar, "Dari tadi dong, buang tenaga gue aja lo."

Niko memutar bola matanya,malas.Ia segera mendudukkan diri di kursi samping Ijan. Sementara dua laki-laki berwajah datar itu, sejak tadi hanya menatap jengah kedua orang yang bercekcok mengenai tempat duduk.

LAKEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang