15. KITA HANYA PERLU MENJALANI

0 0 0
                                    


APA KABAR???

SEMOGA SELALU BAIKKKK..

HAPPY READING!!




15. KITA HANYA PERLU MENJALANI

Apa adanya rencana Tuhan, kita hanya perlu menjalaninya dengan lapang.

••||••

Tuhan punya skenario takdir untuk kita. Dan, kita diperkenankan untuk menjalaninya tanpa protes. Rencana-Nya lebih indah daripada rencana kita sebagai manusia. Pada kesempatan kali ini, Lakeisha hanya menjalani sebuah rencana Tuhan yang menurutnya, indah, namun buruk pula.

Katanya, harus menjalani tanpa protes, Keisha pun begitu, ia tak mau protes dengan apa yang sudah ditakdirkan padanya.

"ANAK PEMBAWA SIAL TAK SEPANTASNYA HIDUP!"

Bolehkah untuknya melayangkan protesan tentang takdir? Rasanya, tidak mungkin.

Rupanya ini yang didapatkan dari kepulangan orang tua.

Tangisan tanpa isakkan. Air mata yang berjatuhan sudah menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Jika anak-anak lain mendapatkan pelukan tatkala orang tuanya pulang, berbeda dengan Keisha yang justru mendapatkan tamparan.

"Kenapa selalu Keisha?"

Dengan amarah yang masih menggebu, Pratama langsung membalas, "Masih bertanya? KARENA KAMU PEMBAWA SIAL!"  Bunda Keisha hanya terdiam, mengalihkan tatapannya selain pada Keisha. Entah mengapa, hatinya terasa seperti ditusuk sesuatu.

"Pembawa sial, ya?" Keisha menyorot Ayahnya dengan tatapan sendu.

"YA! PEMBAWA SIAL!

Keisha hanya tersenyum kecut, "Terima kasih, sudah menjadikan anak pembawa sial ini ada. Terima kasih atas tamparan yang Ayah berikan sebagai hadiah.."

"Asal kamu tahu. Perusahaan di luar negeri hancur karena kamu!" hardik Pratama seraya menunjuk tepat wajah Keisha.

Apakah benar itu salahnya? Mungkin, perlakuan ini adalah bentuk pelampiasan amarah Ayahnya.

"LUSINA MENINGGAL JUGA KARENA KAMU, LAKEISHA!"

Lagi, gadis kecil waktu itu menjadi manusia pertama yang melihat kakaknya meregang nyawa. Menyangkut hal ini, rasa bersalahnya kian memuncak.

"Sudah? Keisha izin pamit." putusnya. Keisha terlalu lelah menghadapi sang Ayah. Ia berlalu meninggalkan ruang tamu yang saat ini masih ada keheningan.

Tatapan Pratama mengekori kepergian Keisha. Tatapan amarah dan sedikit menyesal..

"Kamu terlalu kasar padanya."

Kontan, ucapan tersebut membuatnya menoleh kepada sang istri yang sudah berjalan ke kamar.  Ia mengusap wajahnya gusar, apakah ia keterlaluan? Pratama menggeleng keras, berusaha menolak pikirannya yang terus berperang.

•||••

"Bang Athar?"

Alzani terkejut mendapati kakaknya, Atharya, yang berdiri di depan pintu Apartemennya.  Laki-laki dihadapannya ini menampilkan senyum tipis.

LAKEISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang