5. MEREKA, YANG MEMBUAT LARADatangnya mereka kembali,
hanya untuk menambah lara.~Lakeisha Agnindhiya
****
Sudah satu minggu sejak kepindahan Al di Jakarta, Keisha merasa nyaman ketika bersama cowok itu. Jantungnya selalu berdegup lebih kencang dari biasanya saat berada didekat cowok itu. Apakah Al juga merasakan hal yang sama?
Lama termenung memikirkan perasaannya terhadap Al. Hingga bel rumah berbunyi, menandakan ada orang yang datang. Keisha bergegas menuruni anak tangga, dan ketika sudah membuka pintu utama, ia menegang.
"Ayah, Bunda.." ujarnya lirih, masih bergeming.
Sedangkan kedua pasangan paruh baya didepan gadis itu hanya menatapnya benci, terutama sang ayah. Menghiraukan panggilan itu, mereka berdua masuk ke dalam rumah tanpa mengucap sepatah kata apapun.
Melihat orang tuanya yang sudah masuk, ia lantas menutup pintu. Orang tuanya mungkin sedang beristirahat didalam kamar, jadi, ia akan menemui keduanya nanti ketika makan malam.
Malam pun tiba, Keisha menemui kedua orang tuanya yang pastinya berada di ruang makan. Dan, ya, pasangan paruh baya itu tengah menikmati makan malam dengan senyap. Keisha segera menghampiri keduanya dan duduk di seberang bundanya. Mengikuti makan malam dengan keadaan senyap, hanya dentingan sendok yang terdengar.
Tak lama, ayah Keisha sudah selesai makan. Pria paruh baya itu menatap putri satu-satunya dengan tatapan datar dan serius. Hingga ia mengeluarkan kata demi kata yang mampu membuat Keisha terdiam membisu.
"Besok, kita berdua akan ke luar negeri, mengurus perusahaan yang ada di sana. Jadi jangan suka mengandalkan kita, belajar mandiri, dan kita tidak akan kembali lagi kesini."
Sedangkan Bunda Keisha hanya diam, tak ikut berbicara. Menatap putri semata wayangnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Cukup lama Keisha bergeming hingga ia membalas ucapan sang ayah, "Kalian ngga mikirin perasaan Keisha?"
Sang ayah—Pratama—menyorot Keisha dengan tatapan tajam serta mendecih, "Buat apa mikirin perasaan kamu, kamu itu cuma numpang disini jangan seenaknya mengatur kita!"
"Sudah Keisha, kamu nurut saja jangan menambah masalah." ucap Bunda Keisha yang sejak tadi diam.
Keisha sudah tidak bisa berlama-lama disana, "Terserah kalian. Keisha gak peduli!" ia langsung bergegas meninggalkan ruang makan.
"SAYA BENCI KAMU! GARA-GARA KAMU LUSI MENINGGALKAN SAYA!"
Teriakan itu berhasil menghentikan langkah Keisha yang hendak menaikki tangga. Ia terdiam memandangi lantai dengan kedua mata yang sudah menggenang air mata.
Kenapa? Kenapa harus ia yang dibenci? Ia juga tidak ingin terjadi seperti ini. Mereka terlalu mementingkan urusannya masing-masing, tak pernah peduli dengan kedua anaknya. Lantas, salah siapa di sini?
Percuma, mau membela pun ia tetap salah. Lebih baik mengalah daripada menambah masalah. Memang, manusia itu suka menyimpulkan hal-hal yang tidak mereka ketahui seluruhnya, itu akan menjadi permasalahan.
Keisha hanya diam tak membalas apapun, melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes.
![](https://img.wattpad.com/cover/358993200-288-k440712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKEISHA
Fiksi Remaja"Hilangnya kamu bagai senja tanpa warna, meninggalkan langit hati yang kelabu." -Lakeisha Agnindhiya *** "Dari luka, menjadi tawa, kemudian rasa." -Alzani Davendra