Masa SMP adalah masa dimana anak-anak mulai mengalami masa pubertas. Mereka akan bisa menjadi anak yang sangat ambisius, penasaran akan banyak hal, pembangkang, atau menginginkan banyak atensi dari orang-orang dengan melakukan tindakan yang terkadang tidak bermoral. Dimana para orang yang lebih tua terkadang melabelinya dengan 'nakal'.
Pertama kali Jake bertemu dengan Steve ketika memasuki kelas 8. Jake yang memang terkenal pintar dan selalu juara satu membuatnya dikenal banyak orang, termasuk para guru, sedangkan Steve adalah atlet kebanggaan sekolah, walaupun jarang masuk sekolah karena berbagai perlombaan yang di ikutinya, tapi namanya cukup terkenal.
Hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas, seperti biasa akan ada pembagian kelas dan perkenalan. Karena kelas tidak di klasifikan berdasarkan rangking, maka dari itu Jake akan menjadi orang yang sering membantu teman sekelasnya dalam hal pembelajaran. Walaupun begitu, teman sekelasnya hanya akan mendekatinya jika urusan belajar saja, selebihnya tidak ada yang mau berteman dengannya secara sungguh-sungguh. Terlebih lagi sifat Jake yang sangat pendiam membuatnya enggan untuk bergaul dengan yang lain terlebih dulu.
Saat memasuki kelas untuk pertama kali, Jake melihat bahwa masing-masing siswa sudah mulai membentuk kelompok pertemanannya sendiri-sendiri, bahkan tempat duduk sudah di tempati oleh mereka bersama dengan kelompoknya. Tinggallah satu kursi kosong di pojok belakang, mau tidak mau Jake duduk disana. Tak bisa dipungkiri, anak sekelasnya saat ini di dominasi oleh anak-anak yang memang terkenal seantero sekolah.
Tidak berselang lama setelah Jake duduk, seorang lelaki berkulit putih pucat mendatanginya. "Duduk sendirikan?" Tanyanya. Jake hanya mengangguk, kemudian laki-laki itu pun duduk di kursi sampingnya.
"Kalo udah ada guru bangunin gua ya," pintanya, kemudian menelungkupkan kepalanya diantara kedua lengan yang ia lipat di atas meja.
Dalam hati Jake sudah memaki laki-laki jangkung berkulit putih ini, namun karena tak ingin menarik perhatian Jake memilih untuk diam dan membiarkannya.
Alasan Jake menjadi orang yang sangat pendiam adalah karena orangtuanya yang memiliki jabatan di pemerintahan, sehingga ia terpaksa harus menjaga image untuk kedua orang tuanya. Walaupun semua itu palsu, tapi Jake tidak keberatan karena sudah terbiasa sejak kecil, dimana kedua orangtuanya hanya akan menggap keberadaan dirinya ketika berada di hadapan publik saja.
Guru memasuki ruangan, Jake menyenggol lengan lelaki disampingnya tanpa berkata apapun. Untungnya, lelaki ini langsung bangun. Sejenak Jake merasa adanya kemiripan antara dirinya dengan lelaki pucat ini, sama-sama irit dalam hal berbicara.
Bel yang telah di tunggu-tunggu akhirnya bunyi. Seluruh siswa telah meninggalkan sekolah, dan kembali menjadi sunyi. Tetapi tidak dengan Jake, ia menuju ke sungai yang terletak di halaman belakang sekolah untuk menghisap rokoknya.
Baru saja Jake menghisap sekali rokoknya, sebuah suara mengejutkannya.
"Kali mau ngerokok jangan disini please! Ganggu!"
Jake menolehkan kepalanya ke atas, dan terlihat seorang lelaki berkulit pucat meloncat dari ranting pohon yang tadi ia diami.
"Oh? Temen sebangku!" Serunya dengan wajah berbinar, sangat berbeda dengan saat dikelas.
"Woy! Steve anj- loh? Lo Jake si rangking satu mulu itukan?" Kini seorang lelaki bermata elang terkejut melihat kehadiran Jake.

KAMU SEDANG MEMBACA
B-SIDE
Mystery / Thriller"Kebahagiaan gue salah satunya berasal dari kalian." -Steve- "Kalian adalah keputusan terbaik dalam hidup gue." -Jay- "Gue rela melakukan apapun untuk kalian." -Jake- Ketika dalam semalam tiga sahabat mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun dala...