"Anak itu harus dibuang!"
"Aku akan miskin jika sampai bercerai dengan ayahnya!"
"Jual saja anak itu!"
"Turuti kemauan kami, anak sialan!"
"Kau tahu? Keberadaanmu membuatku terancam! Lebih baik kau pergi dari hidupku dan suamiku!"
"Pergilah anak haram!"
Gadis itu tersentak dari tidurnya. Keringat dingin membanjiri pelipisnya. Mencoba mengatur nafasnya dirinya merasa tubuhnya terlalu berat hanya untuk sekedar bangun dan duduk di ranjangnya.
Cklek!
Pintu di buka menampakkan seorang wanita berumur dengan senyuman lembutnya dara mendekati anaknya yang masih diam di tempat tidurnya.
"Selamat pagi sayang... " ucapnya. Dara mengerutkan dahi melihat sooya yang bermandi keringat. Padahal AC menyala.
"Kamu sakit?" tanya dara lembut. Menempelkan punggung tangannya ke kening sooya. "Ga demam." gumamnya pelan. Tangannya yang tadi mengecek suhu tubuh anaknya kini mengusap lembut kepala anaknya.
Dara ibu dari sooya, orang yang membelinya. Sooya sangat-sangat bersyukur karna dara yang membelinya. Ia di perlakuan sangat baik layaknya anak sendiri. Sooya mempunyai 3 kakak laki-laki yang super jahil namun sangat perhatian.
Sooya bahagia dengan keluarga barunya. Ia sangat berterimakasih kepada Tuhan yang mempertemukannya dengan keluarga baik seperti ini.
Suatu hari nanti, sooya berniat membalas semua kebaikan keluarga barunya ini. Dan membuat keluarga barunya hidup bahagia.
Sooya menggeleng. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan ibunya. Tau kalau sangat ibu sangat overprotective padanya dan sangat tidak mau dirinya sakit, sooya berusaha menekan rasa tidak enak dari tubuhnya dan berusaha bagun dari tidurnya.
"Sayang, kalo kamu ga enak badan, lebih baik kamu libur dulu cari kerjanya, ya? Mama gamau kamu sakit. Atau, kalau bisa, kamu fokus kuliah aja gausah kerja, ya?" usul dara. Sooya menggeleng. Ia tidak mau terlalu merepotkan orang tua dan kakak-kakaknya. Ia mau berusaha sendiri.
"Gapapa, ma. Aku mau lanjut cari kerja aja, mama gausah khawatir, aku udah gede kok, aku bisa jaga diri sendiri." jawab sooya. Dara hanya menghela nafasnya pelan. Anaknya ini benar-benar keras kepala, ternyata.
"Yaudah, mama bolehin kamu cari kerja. Tapi kalo kamu sakit lagi kayak waktu itu, mama bener-bener bakal ga bolehin kamu buat kerja lagi." sooya meringis mengingat kejadian itu.
Sooya dulu bekerja di sebuah cafe. Saat tahun baru, cafe buka pagi dan seluruh karyawan di harapkan datang jam 8 pagi. Sooya terpaksa izin tidak masuk kuliah karna harus bekerja di cafe seharian.
Kala itu sooya terlambat dan tak sempat mengisi perut kosongnya terlebih dahulu. Cafe terlihat ramai pengunjung, membuat sooya kewalahan. Sooya pulang larut malam yang sialnya hujan turun saat itu. Ia hanya makan sedikit saat jam istirahat, membuatnya tidak bertenaga saat melakukan pekerjaannya.
Dan ya, besoknya dia sakit. Demam tinggi. Karna dia pulang larut malam yang dimana saat itu hujan deras. Dan sialnya sooya tak membawa payung. Terpaksa, malam-malam ia berlarian di atas guyuran hujan dengan perut yang keroncongan.
Dengan berat hati, sooya mengundurkan diri dari cafe atas perintah kedua orang tuanya. Karna kejadian itulah, ibunya melarang sooya untuk bekerja. Butuh satu minggu untuk sooya membujuk ibunya agar memperbolehkannya bekerja.
"Iya ma, sooya janji gabakal kayak gitu lagi." balas sooya dengan senyum tipisnya.
"Yaudah, mama ke dapur dulu buatin kamu sarapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Hate Me?
Teen Fiction"Mencoba mengalihkan rasa sukamu pada assisten pribadimu dengan cara memperlakukannya layaknya seorang pembantu tidak akan membuatnya jatuh cinta padamu." "Aku bisa memaksanya mencintaiku." ~~~ "Kau mencintainya atau membencinya? Kulihat kau tak ber...