Sooya memandang ke arah luar jendela, dimana dirinya sudah berada di rumah kurang lebih 3 minggu lamanya. Ia tau taehyung akhir-akhir ini selalu mengawasinya. Bagaimana tidak, semua kecelakaan saat ia alami di dalam rumahnya, taehyung pasti tau—ya, gadis itu membuka blokiran taehyung setelah dirinya di teror assisten taehyung—dan tentu semua informasi itu berasal dari orang suruhan taehyung.
Bisa di simpulkan, walaupun dia berdiam diri di rumah, pria choi itu tak akan bisa melepaskan pengawasannya—walaupun sooya merasa bukan seseorang yang penting bagi taehyung, ia merasa taehyung terlalu bersikap posesif padanya—dan itu membuat sooya sedikit jengah. Ia merasa tidak bebas.
"I miss you..." gumamnya. Sooya merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, ia tau itu. Ia merindukan taehyung, orang yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
"Merindukan siapa?"
"Astaga!" sooya berjengit kaget kala mendengar suara seseorang yang tidak asing baginya. Itu, jimin.
"Kapan kamu masuk!"
"Baru saja."
Sooya menghela nafas kasar sembari mengusap dadanya. Tidak bona, tidak jimin, keduanya sama-sama tak ada tanda-tanda akan datang.
"Jadi, kamu rindu seseorang?" tanya jimin. Sooya gelapan, ia bingung harus menjawab apa.
"Eum..."
"Jangan bilang kamu rindu taehyung hyung?" tebak jimin. Sooya kaget, tebakan jimin tidak salah namun jika ia membenarkannya lelaki itu akan memberitahukannya pada taehyung, lalu ia akan kembali di ejek dan di goda pria itu.
"T-tidak, aku..." sooya bungkam, melihat senyum jahil jimin membuat pipinya semakin memerah malu.
"Haishh, bilang saja kamu rindu, nanti aku beritahu." ucapnya sembari menaik turunkan alisnya berniat menggoda adik bungsunya itu.
Pipi sooya semakin memerah malu mendengar ejekan dari sang kakak. Ia tidak bisa mengelak bahwa dirinya merindukan pria yang menjadi sumber ketakutannya, dari dulu hingga sekarang.
"Haha, bercanda." jimin mengusak surai sooya dengan gemas. Dia tidak mau mencampuri urusan adiknya. Ia membiarkan adiknya menyelesaikan masalahnya sendiri, karna jimin tau sooya pasti bisa.
"Ayo jalan-jalan ke taman kota." ajak jimin.
"Tidak, aku mau di rumah saja."
"Hm, tumben, biasanya kamu menjernihkan pikiran akan pergi ke sana sambil makan eskrim." ucap jimin heran. Sooya hanya bisa diam termenung, alasan utama dia tidak mau keluar karna dia takut bertemu taehyung dan perasaan aneh yang berusaha ia tepis akan kembali jika melihat pria itu.
"Aku hanya sedang tidak ingin pergi dari rumah." jawab sooya berbohong.
"Bohong. Pasti kau lakukan ini hanya karna tidak ingin menemui kekasihmu, 'kan?" tebak jimin. Oh apa jimin cenayang, kenapa semua rencana sooya selalu terungkapkan olehnya? Apa mungkin dirinya saja yang mudah di baca?
"Kekasihku? Siapa?" tanya sooya bingung, pasalnya anak itu belum punya pacar sejak kecil.
"Itu, boss tampanmu." sooya memutar otaknya, apa boss tampan yang jimin maksud adalah taehyung?
"Siapa? Taehyung?"
"Memang dulu di cafe tempatmu bekerja boss mu setampan yang sekarang?" tanya jimin, sooya hanya menggeleng.
"Jadi siapa boss tertampan yang pernah kau temui?" jimin tersenyum jahil kala melihat pipi adik manisnya memerah padam. Ia senang bisa mengerjai adiknya.
"T-tae..." cicitnya pelan.
'Sudah kuduga.' batin jimin.
Sooya memang tidak bisa membohongi dirinya jika taehyung adalah pria tertampan yang ia temui pertamakali. Andai pria itu merendahkan ego nya sedikit mungkin sooya akan mempertimbangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Hate Me?
Novela Juvenil"Mencoba mengalihkan rasa sukamu pada assisten pribadimu dengan cara memperlakukannya layaknya seorang pembantu tidak akan membuatnya jatuh cinta padamu." "Aku bisa memaksanya mencintaiku." ~~~ "Kau mencintainya atau membencinya? Kulihat kau tak ber...