Sooya mengacak-acak surainya frustasi, dimana ia sudah belajar lebih dari 3 jam namun tetap tak paham. Besok dirinya harus menghadapi kuis ia harus full belajar karna minggu ini dia akan banyak mendapatkan kuis dadakan dan banyaknya tugas skripsi.
"Aaaa eomma!" teriak sooya. Dara yang merasa terpanggil buru-buru naik ke lantai atas untuk mengecek putrinya.
"Ada apa sayang?" tanya dara. Mengerutkan dahinya saat mendapat tatapan sendu dari anak bungsunya.
"Bantu sooya, sooya tidak mengerti, besok ada kuis." ucapnya lirih. Dara menggeleng lalu perlahan mendekati anaknya.
"Mau mama jelasin?" tawar dara. Sooya mengangguk mengiyakan.
Dara dengan sabar menjelaskan apa yang tidak di pahami sooya selama kurang lebih 2 jam lamanya.
"Sudah paham?" tanya dara, sooya mengangguk mantap. "Skripsinya sudah di kerjakan?" tanya dara lagi.
"Sudah semua, ma."
"Pintar." puji dara. Dara mengecup pucuk kepala sooya sebelum akhirnya meninggalkan kamar sooya.
Sooya menghela nafas pelan, ia pusing, minggu ini dirinya di serang tugas bertubi-tubi. Belum lagi sepulang kuliah ia harus bekerja, ini benar-benar membuatnya kelelahan.
Di satu sisi ia lelah, tapi di sisi lain ia ingin menikmati hasil kerja kerasnya, ia ingin lulus dan membanggakan kedua orangtuanya.
Ia juga tidak bisa pergi dari taehyung, ia harus mencuri hati pria dingin itu agar tunduk padanya. Sooya harus terus berjuang.
Sooya tidak ingin mencintai taehyung, tapi dirinya ingin hanya taehyunglah yang mencintainya, namun berbeda dengan niat awalnya, sooya sudah mencintai taehyung lebih dulu. Bahkan sebelum pria itu hilang ingatan, sooya mencintainya. Ntah sejak kapan dirinya mencintai pria itu, namun perasaan itu benar-benar sulit di hilangkan. Ia mencoba segala cara untuk menghilangkan perasaan itu dan membuangnya jauh-jauh, namun hasilnya sia-sia. Takdir mempertemukannya kembali namun dengan sikap yang berbeda.
Kalau boleh jujur, kecupan dara sama sekali tak membuatnya merasakan kehangatan dan ketenangan, walaupun di sertai kasih sayang, sooya bersumpah kecupan ibunya di masa lalu adalah kecupan yang terbaik. Ia merasa kecupan dara bukan apa-apa di banding ibunya.
Ya memang ia bisa merasakan kasih sayang itu, namun hatinya, tidak. Sooya sudah mencoba membunuh ibunya dalam pikirannya namun sialnya ia tak mampu melakukan itu semua.
Sooya iri dengan anak-anak di luar sana yang masih bisa merasakan kehangatan ibunya, sooya ingin merasakan kembali kehangatan ibunya. Sooya rindu, sooya membutuhkan pelukan hangat dari ibunya.
Katakan saja sooya cengeng karna menangisi ibunya yang jelas-jelas tak akan pernah kembali.
Ia terkadang berpikir apa teman-temannya masih ingin berteman dengannya saat tau dirinya lahir dari hubungan gelap ibunya dengan tetangganya?
Ia tidak ingin di rundung, mentalnya sudah hancur karna ulah ibunya sendiri, di tambah dengan trauma yang menghantuinya. Ia tidak bisa membela, ia takut, ia terlalu alay dan bertingkah seperti anak kecil karna masa lalunya yang kelam. Ia takut hantu, ia takut kegelapan, ia takut orang-orang melihatnya lamat-lamat, ia takut dengan nada tinggi, ia takut darah, ia takut kehilangan.
Sooya merasa tak pantas untuk siapapun, mengingat dirinya sudah 'kotor' membuatnya berpikir duakali untuk menerima seseorang. Dan juga, mana mau orang dengan anak haram seperti dia? Sepertinya mereka akan terlalu jijik dekat dengannya.
Mengingat dirinya yang di lecehkan dan di perlakukan layaknya hewan, membuat sooya merasa kesal dengan dirinya yang begitu lemah.
Sooya beranjak dari meja belajarnya, sudah pukul 8 malam, tapi dirinya belum mengantuk sama sekali. Hal yang membuat dirinya cepat tidur adalah menangisi takdirnya yang tidak seindah orang-orang hingga terlelap. Itu rutinitas yang biasa dirinya lakukan jika tak bisa tidur, namun ntah bagaimana gadis itu pandai menutupi kantong matanya agar tak terlihat bengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Hate Me?
Teen Fiction"Mencoba mengalihkan rasa sukamu pada assisten pribadimu dengan cara memperlakukannya layaknya seorang pembantu tidak akan membuatnya jatuh cinta padamu." "Aku bisa memaksanya mencintaiku." ~~~ "Kau mencintainya atau membencinya? Kulihat kau tak ber...