Malam kedua di Selatan.
Aku bertemu dengan gadis kecil hari ini, dia memeiliki dua tanduk kecil di kepalanya seperti kambing. Aku masih kaget saat pertama melihat raut wajanya yang kacau karena menangis, ingusnya menyebar ke wajahnya, sama seperti air matanya.
Sedikit banyak, aku bisa menebak mengapa dia ada di tengah hutan seorang diri, sudah pasti tersesat. Haha lucu sekali ekspresinya saat itu dan aku benar-benar kebingungan harus apa, karena bukannya menjawab dimana rumahnya, gadis kecil itu malah menangis makin kencang, telingaku sampai mau pecah rasanya.
Ah, seandainya dia masih di sini, anak kecil itu pasti sudah ditanganinya dengan baik. Aku yakin dia bisa menjadi ibu yang baik hehe.
Akhirnya aku hanya menunggu sampai gadis itu selesai menangis selama setengah jam. Untunglah dia mau bicara setelahnya, walau dengan sesenggukan sambil sesekali menarik kembali ingusnya.
Gadis itu bilang, dia tengah berlibur di rumah neneknya bersama kakak dan ayahnya, rumah aslinya jauh ke Barat. Entah apa dia tahu dimana barat, karena saat dia berkata begitu, jarinya malah menunjuk ke timur, haha lucu sekali, tapi aku hanya mengangguk saja.
Aku ingat ada pemukiman dekat dengan hutan ini, mungkin sekitar dua hingga tiga jam berjalan kaki. Tapi tentunya aku punya tawaran yang lebih bagus daripada berjalan kaki, dan aku cukup percaya diri gadis ini akan suka dengan tungganganku.
Namun aku keliru, sungguh keliru. Begitu dia melihat tunggananku, gadis itu kembali menangis, dan lebih kencang dari sebelumnya! Ah, aku benar-benar tidak mengerti dengan anak kecil, kupikir mereka suka naga, apa aku salah selama ini?
Jadilah aku terpaksa meninggalkan Uvi untuk sementara waktu di tepi danau, hanya karena gadis itu menolak untuk dekat-dekat dengan Uvi, padahal dia manis sekali, lebih manis dari kebanyakan makhluk lain.
Tapi yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata lari gadis itu cukup cepat, terlalu cepat untuk seumurannya. Sepertinya memang dia berasal dari ras yang memiliki kelebihan demikian. Dan berkat hal itu, kami menghemat banyak waktu dan berhasil sampai di desa dalam satu jam, jika hitunganku benar.
Sesampainya di sana, desa sudah heboh mencari keberadaan gadis itu, sekelompok penduduk desa sudah siap masuk ke hutan lebih dalam. Untunglah kami datang sebelum mereka benar-benar melakukannya. Hutan di sini terlalu rumit, perlu waktu lama bagiku untuk mengenal tempat itu.
Omong-omong, keluarga mereka baik sekali. Neneknya menjamuku dengan banyak hidangan sebagai tanda terima kasih, aku merasa bisa bertahan hanya makan roti dingin selama dua hari ke depan setelah makan malam di sana tadi, haha!
***
Pemuda itu menutup buku di tangannya sebelum menyimpannya di samping dirinya, pun dengan pena milik dirinya. Lantas dia menoleh pada Uvi yang sudah mendengkur, meringkuk tidak jauh darinya. Sayap-sayapnya yang lebar menutupi tubuhnya bagai selimut.
Seekor serangga yang hinggap di hidung Uvi membuat naga itu menggeram dalam tidurnya, merasa terganggu. Pemuda itu tersenyum kecil melihatnya, terkekeh.
"Malam Uvi," ucapnya sebelum dia berbaring di rumput yang sudah beralaskan kain, tidak jauh dari api unggun yang dibuatnya.
.
.
.
.
2 Februari 2024
Sejujurnya tema hari ini enggak susah, hanya, karena harus ada unsur keluarganya aku jadi rada mentok :")
Masalahnya dia udah kagak punya keluargaa :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Anam Cara
Short StoryBintang yang menerangi malam, matahari yang tenggelam di laut, angin yang menari bersama angin. Semuanya terasa berbeda saat tidak ada kamu di sampingku. Suatu saat nanti, bisakah aku kembali menatap rembulan bersamamu? Menari di tengah padang rum...