"Kenapa kamu ada di sini?!" Gadis remaja itu mendesis pada pemuda berambut hazelnut setelah membawanya pada kelokan yang cukup sepi.
Pemuda itu hanya menyeringai puas melihat reaksi gadis di depannya lantas mengendikkan bahu. "Memangnya tidak boleh aku ada di sini?"
Gadis itu memutar bola matanya, "tidak seharusnya orang luar bisa masuk ke kediaman. Kau jangan mengada-ada."
Pemuda itu tertawa kecil sebelum dia melipat tangannya di depan dada, "sepertinya kamu begitu ketinggalan berita. Ah ya, kamu 'kan tidak punya kawan? Siapa yang akan memberitahumu kalau ada anggota baru di kediaman ini?" Seringai pemuda itu semakin lebar saat melihat mata gadis di depannya membulat.
"Huh, jadi begitu kau bicara soal keseitaan. Nyatanya kau sendiri pun menkhianati kediaman Han." Gadis itu mendengus, menyimpan tangannya pada pinggangnya.
"Kau salah, mereka yang mengkhianatiku."
Sebelah alis gadis itu terangkat sebelu dia mendengus kembali, "jadi sekarang kau percaya pada omonganku? Bagus, setidaknya kau tidak lagi bodoh." Gadis itu membuang mukanya, menatap pada koridor lebar yang sepi, hanya satu-dua pengurus rumah yang lewat.
"Yah, apakah aku akan percaya atau tidak, kita akan tahu jawabannya saat aku tahu kebenarannya." Pemuda itu menghela napas, merilekskan bahunya.
"Kita?" Ujung bibir atas gadis itu terangkat, terlihat tidak senang dengan pemilihan kata pemuda di depannya.
"Hm? Bukannya kau akan membantuku mencari kebenarannya?" Pemuda itu mengangkat kedua alisnya, seringainya kembali terlihat.
"Sejak kapan?" Gadis itu berseru tidak setuju.
"Oh? Kupikir kita sepakat, aku akan membantumu membalaskan dendammu dan kau membantuku mencari jawaban atas masa laluku." Pemuda itu mengendikan bahunya.
***
Malam ke-8 di Selatan
Akhirnya, aku pergi menjauh dari kota, kembali mengarungi dan menapaki hutan dan desa di Selatan.
Sayang sekali, padahal ada banyak hal yang belum kucoba dan alami selama beberapa hari ini aku sengaja berkemah dekat dengan pinggiran kota. Tapi aku harus segera pergi sebelum udara di selatan berubah semakin dingin, atau perjalanan akan semakin sulit dilakukan.
Beruntung Uvi bisa beradaptasi dengan baik di segala cuaca, kita benar-benar beruntung bertemu dengan jenis naga seperti dirinya saat itu. Dan kerja bagus juga untukku karena berhasil membesarkannya dengan baik, hehe.
Ngomong-omong soal Uvi, karena dia tadi pagi, aku jadi semakin rindu padamu. Dia terlalu sering mendengus, persis seperti dirimu. Aku ingat kamu jadi dingin sekali padaku selama beberapa hari karena aku tiba-tiba muncul di kediaman Jafra. Walau pada akhirnya kamu menyetujui tawarnku juga, haha, dasar.
Sejujurnya sampai sekarang aku masih penasaran mengapa kamu begitu mudah sekali jengkel denganku dulu? Yah, aku menikmatinya sih, muka jengkelmu itu sangat menghibur. Tapi aneh saja, rasanya seperti kamu punya dendam kesumat padaku.
.
.
.
.
.
.
.
.
29 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Anam Cara
Short StoryBintang yang menerangi malam, matahari yang tenggelam di laut, angin yang menari bersama angin. Semuanya terasa berbeda saat tidak ada kamu di sampingku. Suatu saat nanti, bisakah aku kembali menatap rembulan bersamamu? Menari di tengah padang rum...