Semakin ke Selatan

3 0 0
                                    

"Pada saat itu, aku sangat yakin rasa dingin di kulitku bukan berasal dari air sungai yang mengalir di bawah kakiku." Seorang pria berbicara kepada kawan-kawannya dengan ludah menyiprat di meja yang bersebalahan dengan Darius. Dari yang pemuda itu dengar, sepertinya pria itu tengah menceritakan pengalaman berburunya pada kawan-kawannya. 

Kedua temannya itu mendengarkan kisah si pria dengan seksama sedangkan yang satunya lagi melemparkan tatapan ragu sembari menegak gelas alkohol miliknya.

"Firasatku benar, dengan mengangkat busurku-"

Brak!

Bunyi gebrakan meja itu memotong cerita si pria. Membuat seluruh pengunjung kedai memusatkan perhatiannya pada meja tersebut.

"Bisakah kau berhenti membual?" seruan kesal itu diserukan oleh salah satu teman yang bercerita, pipinya memerah, nampak mabuk.  

Darius yang semula ingin singgah lebih lama di kedai karena dinginnya cuaca di luar jadi batal. Dia sedang tidak ingin melihat keributan, padahal dirinya sudah terlanjur nyaman dengan keadaan dalam kedai yang hangat dan nampak remang karena pencahayaan seadanya dari lilin yang dipasang di beberapa tiang kedai.

Darius bangkit dari kursinya setelah dia merogoh sakunya dan memberi beberapa keping perak pada si bartender. Pegunjung di meja sebelahnya tadi sudah mulai bertengkar, Darius semakin merasa harus cepat-cepat keluar sebelum pertengkaran jadi semakin heboh.

Udara dingin langsung menyambut pemuda itu kala dia membuka pintu kayu dan melangkah keluar. Sepatu botnya melangkah turun dari tangga kayu berderit menuju tumpukan salju setebal setengah senti yang menutupi tanah dan rerumputan. 

Darius mengembuskan napas kecil sembari menatap langit biru gelap yang bersih dari awan sebelum tatapan pemuda itu mengikuti asap putih yang terbentuk dari helaan napasnya. Lantas Darius mengantungkan tangannya dan berjalan menjauh dari kedai dan desa kecil yang hanya terisi oleh beberapa penduduk. 

Agak jauh dari desa, dimana jalan mulai sedikit lebih menanjak dan pepohonan mulai sering, Uvi menunggu Darius di sana, tertidur di dekat tenda yang didirikan Darius. 

Sejujurnya, akan lebih nyaman jika Darius menyewa penginapan di desa tadi. Tapi Darius sudah mencoba mencarinya, tidak ada yang mau sekalian menampung kawan berkelananya itu, dan pemuda itu terlalu khawatir meninggalkan Uvi seorang diri.

Darius hanya bisa berharap tidak ada badai malam nanti.

***

Malam ke-28 di selatan

Pada akhirnya aku tetap memeriksa tempat yang dikatakan oleh Ettan ...

Aku benar-benar tidak punya pilihan lain. Yah, tidak ada salahnya juga mencobanya, siapa tahu apa yang dikatakannya memang benar. 

Tapi yang kini menjadi masalah adalah cuaca dingin di selatan, aku mulai kewalahan mengatasi dinginnya udara Selatan. Salahku juga berkelana ke selatan saat penghujung tahun. 

Huft, aku sungguh berharap kali ini aku benar-benar berada di jalan yang benar. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin membuatmu menunggu lebih lama. 

.

.

.

.

.

.

23 Februari 2024

Cc to kak Happy_Shell yang sudah kupinjam kalimat pertamanya untuk tema hari inii. Terima kasih kak shell hehe.

Hari ini agak pendek karena aku mepet banget nulisnya, hiks :")

Tapi Alhamdulillahnya tidak bolong lagi, yeay .

Anam CaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang