Disclaimer : Tokoh dan latar yang berada di bab ini bukan milik saya. Bab ini adalah fanfiction bedasarkan cerita Oracular milik kak EJazzy di bab berjudul '2 Februari 2024'.
***
Riuhnya lorong sekolah bertepatan dengan berakhirnya jam pelajaran pagi menuju siang hari ini, aku melangkah gontai keluar dari kelas, rasanya ingin cepat-cepat keluar dari penjara— ah maksudku, sekolah ini. Semakin dipikir, liburan kemarin terasa berkali lipat lebih menyenangkan dari keseharian di sekolah.
"Aku penasaran, menu apa yang dihidangkan kantin hari ini." Ash berjalan santai di sampingku.
"Sebentar lagi juga kita akan tahu." Mo menimpali.
Aku hanya diam, tidak menanggapi.
Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai di kantin sekolah, yang tentu saja, sudah penuh. Padahal kami bukannya terlambat datang, tapi memang kantin ini kelewat penuh saja, lihat antriannya, seperti antrian ibu-ibu menunggu sembako.
Ash menghela napas panjang, "hei, Mo, kenapa kamu tidak coba teleportasi ke antrian paling depan?" cowok itu menyeringai usil pada Mo.
Mo menatapnya tidak percaya, "itu sangat tidak etis. Dan dari banyak hal keren yang bisa dilakukan dengan teleportasi, kenapa aku harus melakukan hal se-memalukan itu?" Mo mengendikkan bahunya.
"Oh ayolah, lagipun bukannya kita bisa memakai kekuatan ini untuk hal-hal keren." Ash lagi-lagi menghela napas, masih membujuk Mo.
Mo terkekeh, "Kata siapa? Aku baru menyelamatkan kucing yang hampir tertabrak mobil kemarin pagi." Aku bisa melihat lobang hidung cewek itu kembang kempis saat membanggakan hal itu. Agak menjijikan sebenarnya.
Ash mendengus, "ayolah, kita harus buat kehidupan sekolah itu lebih menyenangkan, ya 'kan Erion?" Kali ini, Ash menoleh padaku, meminta persetujuan.
Aku tidak langsung menjawab, sejujurnya aku tidak begitu ingin menarik perhatian di sini, terakhir kali aku menjadi 'perhatian' saat menjadi buron, berakhir tidak mengenakan. Tapi memang, hari-hari terakhir ini terlalu terasa ... membosankan.
"Lama sekali kamu berpikirnya." Ash akhirnya mendengus lagi, mengalihkan pandangannya dariku, aku hanya mengangkat bahu.
Tapi cowok itu tiba-tiba menoleh pada kami dengan cepat, matanya seolah berbinar, "kalau kamu melakukannya, aku traktir kalian es krim sore ini, bagaimana?" Telunjuk cowok itu naik, terlihat sangat bersemangat dengan idenya.
Aku menoleh pada Mo, cewek itu terlihat tertarik dengan tawaran Ash. Setelah diam, mungkin sekitar setengah menit, Mo akhirnya membuka mulutnya, "Dua porsi untukku," tawarnya.
"Deal." Ash menyeringai usil, terilhat senang dengan kesepakatan mereka. Aku hanya geleng-geleng kepala.
"Oke, aku bawa kalian ke antrian paaliing depan," ujar Mo. Belum sempat Ash mengangguk atau memberikan reaksi apapun, aku merasa pergelangan tanganku digenggam dan sedetik kemudian pemandangan di sekitarku sudah berubah, aku merasa pusing untuk sementara.
Prang!
Suara nyaring logam yang jatuh membentur keramik lantai membuat perhatianku langsung terfokus pada sumber suara. Pengelihatanku mendapati seorang anak lelaki yang cukup gempal, tersungkur di lantai dengan nampan makan siangnya yang jatuh berantakan, menodai seragamnya.
"Ups," Mo terlihat merapatkan bibirnnya saat aku menoleh padanya, sadar dengan siapa dia membuat masalah. Aku lupa nama anak itu, tapi kalau tidak salah ingat, dia semacam 'penguasa sekolah'? 'Anak bermasalah'? Entahah, aku lupa apa julukannya.
Pipi gembul anak itu terlihat memerah, sangat cocok dengan mata sipitnya yang juga menatap kami kesal. "Fervent sialaaaann!!" anak itu berteriak kesal, mukanya yang gembul, merah dan kotor terkena sup dan nasi terihat sangat bodoh.
Belum sempat anak itu berdiri menghampiri kami, Mo buru-buru mengenggam tanganku dan Ash. Tau-tau saja, kami sudah sampai di halaman belakang sekolah.
"Tadi itu hampir saja." Mo menghela napas. Aku sedikit oleng, menyesuaikan pijakan setelah berpindah tempat. Nampaknya Mo cukup terbiasa dengan hal ini.
"Kalian lihat mukanya tadi?" Ash terkekeh, dia terlihat puas. Aku tersenyum kecil, ikut tertawa dalam hati.
"Tapi kita tidak jadi makan siang, padahal kita sudah menunggu semenit tadi." Mo mendengus kesal.
Baru juga semenit, batinku.
"Hei, bagaimana kalau kita makan siang di luar? Pasti kamu bisa bawa kita ke sana tanpa ketahuan satpam sekolah 'kan?" Ash lagi-lagi terlihat bersemangat dengan idenya.
"Benar juga." Aku menoleh cepat pada Mo, tidak menyangka dia setuju secepat itu. "Baiklah, kita makan burger siang ini! Lebih baik daripada makanan kantin yang bahkan nasinya terasa keras."
Mereka berdua tertawa, lantas menoleh padaku.
Aku menghela napas, tersenyum tipis, aku ikut, ucapku dengan bahasa isyarat.
***
Pemuda itu menutup buku di genggamannya, kali ini bukan buku bersampul kulit yang di pegangnya. Melainkan buku fiksi, novel yang dia beli di pusat kota wilayah timur lalu. Ravages : Spinoff, judul itu tercetak besar dan tebal di sampul yang didominasi oleh warna biru tua dan hitam.
Pemuda itu terkekeh, merasa terhibur dengan bacaannya. Akhirnya, dia menyimpan buku itu di sampingnya sebelum dia merentangkan tangannya ke belakang, lantas melipatnya untuk dijadikan bantal, berbaring di tengah rerumputan yang pucuknya memutih, membuatnya terlihat seperti berbaring di tengah salju tipis.
Sebuah asap putih terbentuk dari mulut pemuda itu setiap kali dia bernapas. Matanya lantas teralih dari pegunungan-pegunungan tinggi menuju naganya yang bermain dengan serangga menyerupai capung.
Sekali lagi, dia tertawa saat naga yang bermuka garang itu tersungkur saat hendak menangkap serangga itu.
.
.
.
.
.
.
18 Februari 2024
Pfft haha, 12 hari bolong gak tuh ....
/menangis di pojokan.Yah, aku akan coba rapel :")
Karena sejujurnya aku cukup serius dengan cerita ini. Hanya saja, belakangan aku kehilangan akses internet hiks. Rekor sih, aku gak nyentuh internet selama 11 hari ahaha.Well, sebenarnya mah hari pertama dan keempat mah murni lupa ;-;
Daaan, tema hari ini benar benar susaah dicocok-cocok in sama alurku :")
bukan karena ceritanya tapi karena temanyaa
/internal screamingYah, setidaknya aku masih bisa mempertahankan ending dimana MCku muncul, jadi gak belok belok amat lah ya dari alur awal.
Anyway, cerita di atas itu murni fanfiction ya, tokohnya punya kak EJazzy aku hanya melanjutkan cerita beliau di bab '2 Februari 2024' nya Oracular. Kalian bisa cek di worknya okayy.
HARUS bekos ceritanya sebagus itu hwhw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anam Cara
Historia CortaBintang yang menerangi malam, matahari yang tenggelam di laut, angin yang menari bersama angin. Semuanya terasa berbeda saat tidak ada kamu di sampingku. Suatu saat nanti, bisakah aku kembali menatap rembulan bersamamu? Menari di tengah padang rum...