"Uvi." Pemuda itu mengangkat kepalanya, memanggil rekan mengembaranya yang masih bermalas-malasan di atas rumput, tidak jauh dari tempat pemuda itu membasuh mukanya di sungai.
Seakan mengerti panggilan pemuda itu, Uvi menghembuskan napasnya, membuat rumput yang berada dekat dengan hidungnya bergerak.
"Aku ingin ke alun-alun kota, sepertinya kau harus kutinggal sendiri lagi hari ini." Uvi mendengus hingga uap panas keluar dari mulutnya, kali ini naga itu bangun dari posisi meringkuk dan menatap pemuda itu seolah merajuk.
Pemuda itu hanya tertawa kecil, "ayolah, aku ingin melihat bianglala yang suka dibicarakan olehnya."
Naga itu mendengus lagi, kali ini membalikkan badannya dan menjatuhkan dirinya sendiri ke rumput dengan kasar. Pemuda itu hanya geleng-geleng melihat kelakuan naganya itu, terkadang sangat mirip dengan kelakuan pemilik sebelumnya.
"Aku janji bawakan dirimu daging kelinci saat pulang." Pemuda itu menpuk-nepuk kepala Uvi sebelum dia memasukkan kantung tidurnya ke dalam tas yang disimpan di dekat pohon.
"Jaga barang kita baik-baik, ya!" Pemuda itu terkekeh dan berjalan menjauh dari Uvi yang kembali mendengus, sembari sayapnya yang lebar itu menarik tas di pohon dan menyimpannya dekat dengan badannya, lantas menutup tasnya dengan sayapnya.
***
Malam ke-7 di selatan
Hari ini, aku berkunjung ke alun-alun kota, meninggalkan Uvi di hutan yang tidak jauh dari desa terdekat ke pusat kota selatan. Aku berhasil sampai dengan cepat ke pusat kota berkat menyewa kuda dari penduduk desa setelah meninggalkan alat berburukku sebagai jaminan.
Benar apa kata dirimu, alun-alun di sini ramai. Walau aku tidak datang pada penghujung minggu, tapi aku bisa bayangkan sesibuk apa alun-alun ini saat akhir minggu.
Mungkin, bianglala-nya lah yang menjadi penarik perhatian para pengunjung, ternyata ada beberapa turis yang datang hanya karena penasaran dengan bianglala tersebut. Yah, meskipun mereka bukan dari tempat yang jauh, masih dalam wilayah selatan. Tapi mungkin saja akan ada turis dari jauh yang berkunjung pada akhir minggu.
Dan kau tahu? Hal menarik terjadi saat aku berjalan pulang.
Ada seorang nenek tua dan anak gadis yang berurusan dengan rentenir. Entah kenapa mereka menunggak hutang, tapi kehebohan itu sempat menjadi pusat perhatian di kota. Kau tahu kenapa?
Karena si gadis nyaris membunuh rentenir itu karena dia membuat neneknya babak belur dan hampir mati. Haha, aku jadi teringat padamu. Seberapa dirimu akan berubah kasar saat merasa terancam, sampai aku harus turun tangan agar dirimu tidak berlebihan, benar-benar insting bertahan hidup yang menakjubkan dan menyeramkan tentunya.
Dan mungkin karena aku sudah terbiasa menangani sikap implusifmu saat awal-awal kita saling mengenal, aku bisa menangani gadis muda itu dengan sangat baik, hahaha.
Ah, jika kamu ada di sini sekarang, aku yakin kepalaku sudah ditempeleng olehmu karena membicarakan sifat kekanakanmu di masa lalu.
Atau mungkin kamu sedang memberiku tatapan tajam dari atas sana? Haha.
..
.
.
.
.
.
.
.
29 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Anam Cara
Short StoryBintang yang menerangi malam, matahari yang tenggelam di laut, angin yang menari bersama angin. Semuanya terasa berbeda saat tidak ada kamu di sampingku. Suatu saat nanti, bisakah aku kembali menatap rembulan bersamamu? Menari di tengah padang rum...