「2.1 : Misi Selesai 」

302 44 2
                                    

.
.
.
.
.

“Kok, bisa?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kok, bisa?”

Adalah respons paling sempurna atas segala yang terjadi hari ini.

Senyum penuh kebanggaan tidak bisa lagi Yumna sembunyikan. “Jadi gini ….”

Yumna mengambil posisi duduk tegak menghadap ke arah empat orang lainnya yang siap mendengarkan kebenaran yang sebenarnya.

Semua yang sudah terjadi diluar kendali Yumna. Rencana sempurna sudah dirancang sedemikian rupa, bak adegan dalam film yang sering ia lihat di layar kaca.

Mulanya, gadis berambut panjang itu berencana untuk merekam percakapan antara dirinya dan Esa secara diam-diam, berharap ada satu kalimat yang bisa menghapus tuduhan tidak berdasar kepada Manaf. Sejauh mata memandang, rencana itu berhasil, memang. Ia bahkan sangat yakin dengan semua rancangannya.

Akan tetapi, semuanya sirna, ketika ia sadar jika tombol merah pada alat perekam suara di ponselnya belum di tekan dengan baik.

Benda pipih itu tidak merekam apa pun.

Yumna tidak mampu untuk berkata-kata. Sorot matanya benar-benar kosong dan bibirnya menganga. Ini gila.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah tidak mendapat jawaban jelas dari Esa, tidak terekam pula pembicaraan mereka. Yumna ingin berteriak sekencang mungkin saat itu juga.

Yumna merasa seperti orang bodoh, ia terus ia merutuki dirinya sendiri. Dalam langkah gontai dan kehampaan yang ia bawa, sumpah serapah sudah terucap lantang dalam hati.

“Kok, jadi gini, sih? Padahal rencananya nggak gitu.” Dengan alis bertaut, bibirnya maju kedepan, rasa jengkel dan sesal mulai timbul.

Bak orang gila dengan rambut awut-awutan,Yumna mendesah gusar. Sampai pada titik mata tajamnya menangkap sosok yang sempat ia lihat di tempat parkir.

Lalu, senyum penuh kemenangan terukir di wajahnya. Tidak ada lagi raut frustasi, seperti sebelumnya.

Diam-diam, setelah memastikan bahwa tidak ada yang melihat. Yumna mulai mengikuti dari belakang dengan jarak yang lumayan jauh. Jaga-jaga agar tidak ketahuan.

Lama mengikuti, langkahnya terhenti tepat di area belakang sekolah yang sangat jarang dijamah oleh penghuni sekolah. Tempatnya kotor, penuh dengan bangku dan meja usang yang sudah tak layak pakai. Beberapa sampah juga daun kering berserakan di mana-mana.

Tubuh Yumna sedikit gemetar, ia tidak tahan dengan segala kekotoran ini. Namun, demi rencananya Yumna akan berusaha untuk menguatkan dirinya.

“Sabar dikit, lo pasti bisa, Yumna.” Ia menghela nafas panjang, sebelum mengembuskannya secara kasar. Meski pada akhirnya, Yumna tetap bergidik ngeri.

Samar-samar suara obrolan terdengar dari kejauhan. Dari balik tembok Yumna mulai menajamkan indra pendengarannya. Ternyata bukan hanya satu orang di sana, ada dua orang lainnya yang sudah duduk menunggu, dengan sebatang rokok yang terapit apik di jari mereka masing-masing.

Aang Sayang Aa || Mark Lee & Lee Haechan [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang