「1.2 : Tak sedikit yang percaya」

375 62 7
                                    

.
.
.
Selamat Membaca
.
.
.

Sudah seharusnya Manaf menaruh curiga pada Esa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seharusnya Manaf menaruh curiga pada Esa. Sejak awal, pertemuan keduanya di parkiran sekolah memang terasa janggal. Bagaimana gelagat Esa terlihat tak seperti biasa, lelaki itu bertingkah selayaknya ia sedang ditindas.

“Lo sakit?”

Bodohnya Manaf malah menanyakan hal yang tak berguna. Esa lantas menggeleng cepat, kemudian buru-buru memberikan Manaf sebuah amplop coklat. Padahal map biru milik Esa belum Manaf berikan.

“Seneng bisa bisnis sama lo,” ungkap Esa sambil tersenyum. Senyum yang Manaf rasa ada maksud tersirat di dalamnya.

Esa lalu pergi setelah merebut map biru miliknya. Secepat itu perubahan yang terjadi pada diri Esa. Pantas saja Manaf tidak sadar jika itu adalah bagian dari skenario licik yang sudah Esa rencanakan.

Esa memang pandai berlakon.

Foto yang pak Bayu tunjukkan adalah foto saat Manaf menerima upah dari Esa. Sialnya foto itu diambil ketika posisi Manaf berdiri tegak dan Esa menunduk dalam. Tak heran jika Manaf dituduh melakukan pemerasan. Ia memang terlihat seperti itu dalam foto.

“Naf, yang orang omongin itu bener?”

Manaf masih berusaha menenangkan pikiran ketika Heru mulai menodongkan sebuah pertanyaan.

Dua teman Manaf itu bergegas menuju ruang kepala sekolah, tat kala mendengar rumor bahwa Manaf telah memeras Esa.

“Lo semua mau denger berita baru? Dan ini panas banget, fresh from the open.”

Murid yang menghampiri Manaf tadi mulai mendekat ke arah sekumpulan murid lain yang asik bercerita.

“Apa?” timpal salah satu dari mereka.

“Esa, kalian tau, kan?” Mereka semua kompak mengangguk. “Dia diperas sama manaf.”

Seketika suasana kelas menjadi hening. Semuanya terperanjat kaget termasuk Yumna dan Heru yang diam-diam mendengarkan.

“Jaga mulut lo, nggak usah buat rumor aneh kayak gitu tentang Manaf!” sentak Yumna, tak terima dengan pernyataan barusan.

Murid itu menoleh. Raut wajahnya seolah meremehkan Yumna.

“Rumor? Itu bukan rumor, tapi fakta. Manaf, dia peras Esa,” katanya lagi dengan nada bicara yang angkuh.

“Pak Bayu sendiri, kok, yang bilang. Kalau nggak percaya, silahkan pergi ke ruang kepala sekolah dan buktiin apa yang gue omongin barusan bukan omong kosong belaka.” Ia mengulurkan tangannya, mempersilakan Yumna untuk pergi dan mengecek sendiri kebenaran yang ada.

Tanpa aba-aba apapun Yumna berlari secepat mungkin menuju ruang kepala sekolah, diikuti oleh Heru di belakangnya. Langkah kakinya dengan mudah membelah lautan siswa yang mulai berhamburan keluar kelas, jam istirahat sudah hampir tiba pantas jika lorong sekolah mulai ramai oleh banyak orang.

Aang Sayang Aa || Mark Lee & Lee Haechan [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang