Bertemu

109 31 8
                                    

Nanti malam Handes akan bertunangan dan hari ini, ia belum bisa memutuskan untuk datang atau tidak.

Kegiatan kantor di liburkan, sehingga Harsya sejak pagi hanya tiduran di kamar. Apalagi cuacanya hari ini hujan deras seolah mengerti isi hatinya yang tengah bersedih.

"Harsya, kamu tidak makan?" Salma masuk ke kamar Harsya sambil membawa nampan berisi makanan.

"Ibu. Kenapa ibu repot-repot membawa makannya ke kamar?" Harsya langsung bangkit menghampiri ibunya. Ia merasa tidak enak.

"Aku khawatir kamu sedang tidak enak badan karena sejak kemarin kamu terlihat lemas dan muram."

"Aku sungguh tidak apa-apa, Bu. Aku hanya capek sedikit." Harsya berbohong pada ibunya. Ia belum siap jujur tentang hubungannya dengan Handes.

"Oh ya, Sya. Sejak tadi pagi-pagi sekali. Ada mobil hitam di halaman rumah kita."

"Mobil hitam?"

"Iya. Sejak ibu bangun dan membuka jendela, mobil itu sudah ada di sana."

Harsya yang penasaran, ia beranjak ke arah jendela dan membuka tirai jendelanya untuk melihat mobil hitam yang ibunya maksud.

Betapa terkejutnya Harsya saat melihat mobil itu. "Handes," ucapnya tanpa sadar.

"Handes?" Salma mengerutkan keningnya.

"Ibu, aku keluar dulu." Harsya buru-buru keluar rumah menggunakan payung untuk melihat secara langsung, apakah itu benar-benar Handes atau bukan.

"Han." Harsya merasa tak percaya tapi ia sangat yakin kalau mobil yang ada di hadapannya saat ini adalah mobil milik Handes. Ia bergegas untuk mengetuk kaca dekat kemudi, khawatir Handes tertidur di dalam mobil. Namun, belum sempat ia ketuk, kaca mobil sudah turun perlahan.

"Masuk mobil!"

"Han?"

"Masuk mobil, Sya."

Harsya ingin menolak dan masuk rumah lagi tapi hati dan pikirannya tidak singkron. Ia justru melipat payung kemudian bergegas masuk mobil.

"Sya." Handes langsung memeluk Harsya erat-erat saat Harsya sudah duduk. "Aku sangat merindukanmu."

"Han, apa yang terjadi?" Harsya bingung dengan situasi saat ini.

"Aku sangat mencintaimu, Sya." Handes melepaskan pelukannya lalu mencium bibir Harsya pelan. Namun, lama kelamaan ciuman itu semakin menuntut.

Harsya ingin menolak dan mendorong Handes menjauh darinya tapi ia tidak bisa dan bodohnya, ia justru membalas ciuman Handes.

Mereka berciuman cukup lama seolah enggan melepaskan satu sama lain. Namun, akhirnya mereka saling melepaskan saat merasa pasokan oksigen di sekeliling mereka menipis.

"Aku mencintaimu." Handes kembali memeluk Harsya erat.

"Kamu bohong."

Setelah hilang kewarasannya sejenak, kini kewarasan Harsya berangsur-angsur kembali. Ia baru sadar kalau apa yang baru saja ia lakukan adalah sebuah kesalahan.

"Aku tidak bohong. Selama seminggu ini aku tersiksa memikirkan kamu."

Handes melepaskan pelukannya dan menatap mata Harsya untuk meyakinkan wanita itu.

"Bohong."

"Aku serius, Sya."

"Bukannya seminggu ini kamu sibuk mengurus acara pertunangan kamu? Kamu akan bertunangan malam ini, bukan?"

Mengingat kenyataan yang ada, seperti ia baru saja sampai menara yang tinggi kemudian sekarang ia terjun bebas.

Mendengar itu membuat Handes lemas, ia kalah berdebat dengan ayahnya sehingga terpaksa ia menerima pertunangan itu.

"Apa yang terjadi?" Harsya bisa melihat wajah putus asa Handes. Biasanya dia tidak pernah terlihat seperti itu.

"Aku tidak tahu." Handes mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Han." Harsya meraih tangan Handes dan menggenggamnya. "Katakan padaku."

"Aku harus bertunangan, Sya."

"Ya, aku sudah mendapatkan undangannya dari temanmu. Acaranya nanti malam."

"Kamu akan datang?"

"Apa yang kamu inginkan?"

"Aku ingin kamu datang. Aku tidak bisa jika tanpa kamu di sisiku, Sya."

"Aku tidak kuat melihatmu bersama wanita lain, Han. Jadi maafkan aku."

Harsya melepaskan pegangan tangannya dan berniat untuk keluar mobil tapi Handes menahannya.

"Aku tidak mencintainya. Aku tidak menginginkannya."

"Mungkin dia takdirmu."

"Tidak!!"

Handes menolak tegas ucapan Harsya. Ia tidak mau dan tidak bersedia menghabiskan sisa hidupnya bersama wanita yang tidak ia cintai.

🍂🍂🍂
Masih mau lanjut terus gak nih...

Love and Tears Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang