Handes kesal dengan sikap Harsya yang menurutnya berlebihan. Ya, mungkin ia memang salah tapi ia merasa tidak seratus persen salah karena Harsya menyambutnya sehingga ia berani melakukan hal lebih.
Andaikan Harsya tadi menolaknya, mungkin ia tidak akan menyentuh wanita itu dan mengambil sesuatu berharga miliknya. Meski ia sendiri juga baru pertama kali berhubungan dengan wanita.
Mungkin terdengar tidak masuk akal. Seorang Handes tidak pernah berhubungan dengan wanita sebelumnya. Padahal selama ini ia terkenal sebagai pria penakluk. Banyak wanita yang hadir di kehidupan Handes sebelum ia mengenal Harsya atau mungkin masih banyak wanita di kehidupan Handes meski ia tengah menjalin hubungan dengan Harsya.
"Kusut sekali wajahmu." Orion menghampiri sahabatnya.
"Kapan kamu datang?" Handes bertanya tanpa melihat. Ia masih sibuk mengetik pesan untuk Harsya karena telepon dan pesan yang ia kirim sejak tadi diabaikan olehnya.
"Sejak kamu berada di kamar peristirahatanmu dan tak lama keluar wanita sembari menangis. Apa yang baru saja kamu lakukan?"
Handes mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ke arah sahabatnya yang tengah tersenyum mengejek dirinya. "Apa perlu aku jelaskan detailnya?"
Orion tertawa. "Tidak perlu kamu jelaskan aku sudah tahu apa yang terjadi karena itu aku pergi lagi dan baru kembali sekarang."
"Baguslah kalau kamu sudah mengerti. Aku tidak perlu repot-repot bercerita bagaimana indahnya."
"Kamu gila." Orion mengambil bantal di sofa yang berada di ruang kerja Handes dan melemparkannya ke arah Handes.
Handes dengan sigap menghindari lemparan bantal. "Aku rasanya memang gila." Ia meletakkan ponselnya di meja lalu memungut bantal yang jatuh di lantai tak jauh darinya dan meletakkan bantal itu di sandaran kursi miliknya. "Aku menyakitinya tapi aku tidak bisa melepaskannya."
"Apakah dia tahu kalau kamu tidak akan mungkin menikah dengannya?"
"Ya. Dia sudah tahu."
"Dia tetap mau menjalin hubungan denganmu?"
Handes mengangguk sebagai jawaban. Ia memang sudah memberi tahu hal itu pada Harsya. Hubungan mereka saat ini semu, tidak ada tujuan serta harapan. Namun, ia berani bersumpah kalau ia sangat mencintai wanita itu.
Terkadang ia juga tak bisa mengontrol dirinya sendiri untuk tidak berdekatan dengan Harsya saat jam kerja tetapi wanita itu melarang dirinya untuk memberitahukan hubungan mereka di depan publik.
Handes tidak tahu apa alasan Harsya tapi ia sering mendengar kalau Harsya merasa tak pantas bersanding dengan dirinya.
Harsya berasal dari keluarga sederhana dan hanya tinggal berdua dengan ibunya. Ayahnya telah lama meninggal sehingga Harsya mau tak mau menjadi tulang punggung keluarga yang harus mencukupi kebutuhan dirinya sendiri serta ibunya. Sedangkan Handes berasal dari keluarga kaya raya.
Handes tak pernah mempermasalahkan tentang kaya dan miskin tapi tidak bisa dipungkiri. Hal itu tetap berpengaruh terhadap hubungan dirinya dan Harsya. Orangtuanya pasti tidak akan setuju jika ia memilih Harsya sebagai calon istrinya. Padahal, jika dilihat dari kemampuan, Harsya wanita hebat dan juga cerdas. Paling utama, ia mencintai Harsya.
"Kamu yakin jika dia juga mencintaimu?"
"Jika kamu berpikir Harsya hanya inginkan hartaku atau ketampananku, kamu bisa mengeceknya. Aku tidak pernah memberikan dia apa-apa. Justru dia juga yang menginginkan hubungan kita dirahasiakan."
"Unik." Orion tertarik dengan cerita wanita yang mampu meluluhkan hati Handes yang keras. "Kalau dia benar-benar mencintaimu, justru aku lebih khawatir. Aku berharap dia hanya mencintai hartamu atau mungkin ketampanan kamu saja."
"Yang benar saja. Teman macam apa kamu ini? Kenapa kamu justru menginginkan itu?"
"Jika dia hanya mencintai hartamu, setidaknya dia tidak masalah jika suatu saat nanti kamu benar-benar menikahi wanita lain. Kamu cukup berikan dia kompensasi dan semuanya selesai." Orion memberikan gambaran pemikirannya pada Handes. Bukan dia tidak menyukai Harsya, ia hanya kasihan pada nasib wanita itu. "Jika dia benar-benar mencintaimu, saat tahu kamu akan menikahi wanita lain, aku takut dia akan depresi. Lalu melakukan hal-hal bodoh, misalnya bunuh diri?"
Handes terdiam dan berpikir, apakah Harsya bisa sebodoh itu?
Rasanya semua itu tidak akan mungkin terjadi. Harsya wanita cerdas. Tidak mungkin dia akan melakukan hal-hal yang konyol seperti bunuh diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Tears
RomancePria itu yang mengatakan cinta padanya dan pria itu juga yang terus membuatnya menangis. "Apakah cinta sesakit ini?" Harsya merasa bodoh, ia terjerat dalam sebuah cinta yang toxic. Ia sadar sepenuhnya tapi ia tak bisa lepas dari jeratan Handes, pria...