46. TAK TAHU APAPUN

7 2 0
                                    

Aku mondar mandir kala panggilan telponku sedari tadi tak terjawab. Aku mengamati jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Aku berdecak sebal sembari melempar ponsel itu asal. Aku mengacak rambutku sesekali menjambaknya barangkali itu bisa meringankan rasa pusing ku.

Handphone ku berdering. Aku yang semula terduduk di tepian ranjang pun langsung bergegas mengambil handphone yang tergeletak di lantai setelah ku banting tadi.

Ponsel itu masih berfungsi walaupun tempered glass yang melindungi layarnya itu pecah sana sini.

" Halo Bang!! Lo kemana sih?!! Katanya lo mau kesini tadi?!!. Untung aja mama papa gk di rumah!!. Jadi mereka gak panik "

" Kenapa diem b*ngs*t!!!! Lo dimana?!! Biar gue jemput!! "

" Jangan bikin gue kawatir b*j*ng*n !!! "

" Ekhem Ka, in........ "

" Mana Bang Rafka?!!! Napa lo yang jawab telepon gue?!! "

" Kenapa diem b*ngs*d!!! Mana abang gue?!! "

" Rumah Sakit Cempaka "

Ponsel yang ku pegang luruh seketika. Aku langsung meraih kunci mobil yang tergeletak di nakas. Tak lupa aku kembali memungut ponsel lu yang terjatuh tadi.

Aku berlari menuju ke bagasi kemudian mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Aku tak lagi perduli dengan bahaya lain jika mengemudikan mobil dengan ugal ugalan seperti ini.

Setelah sampai di lokasi aku segera mencari keberadaan seseorang yang menelpon ku tadi.

Setelah berjalan cepat selama dua menitan akhirnya aku menemukan titik dimana teman Bang Rafka duduk di kursi tunggu di depan ruangan yang tertutup rapat.

" Bang Rafka kenapa? "

Cowok itu hanya menggelengkan kepalanya. Aku pun langsung menerobos masuk ke dalam. Terlihat Bang Rafka terbaring di ranjang dengan alat penunjang kehidupan di tubuhnya.

Seluruh sendi ku terasa melumas. Otot otot yang kupunya serasa menghilang. Kakiku bergetar hebat hanya untuk sekedar mendekat ke arah ranjang.

" Bang "

Panggilku pelan dengan isakan tangis yang mulai keluar. Tak ada respon dari tubuh yang terbaring lemah itu.

Aku menatap wajah Bang Rafka yang terlihat memucat dengan alat bantu pernapasan yang menutupi sebagian wajahnya.

" Bang, jangan pergi!!! Gue gak mau lo pergi beneran Bang!! "

Kataku sembari memeluknya pelan. Tak ada respon darinya. Ia tetap terpejam. Aku menatap tajam mata cowok yang sedari tadi berdiri mematung di ambang pintu.

" Bang Rafka kenapa? "

Tanyaku membuat cowok yang semula menunduk kini mendongak.

" Dia tadi pingsan di dalam kamarnya. Gue temuin dia udah dalam keadaan gak sadar dan juga mimisan "

" Sebenarnya Bang Rafka sakit apa? Lo tau kan? "

Cowok itu terdiam. Aku mencoba bersabar dan mengulangi pertanyaan yang sama. Namun responnya tetap sama. Cowok itu diam seolah tuli dengan pertanyaan ku.

" Kak!!! Apa yang sebenernya lo dan Bang Rafka sembunyiin? Pasti lo tahu kan?!! "

" Seb....seb....Sebenarnya..... "

" Akhh.....Khah....... "

Mendengar suara lirih itu membuatku langsung berpaling dan menatap Bang Rafka.

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang