44. BERPURA PURA LUPA

7 2 0
                                    

Aku sedang mengamati isi lemari ku. Mencari baju yang sekiranya cocok untuk ku pakai nanti malam.

Suara engsel pintu yang di putar membuatku berpaling menghadap pintu.

Seseorang itu langsung masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ia langsung rebahan di atas ranjang ku.
Aku berdecak sebal melihat tingkahnya.

" Gue denger lo nembak Chelsy ya Ka? "

" Hahhahhaha "

"  Kok ketawa? Lucunya dimana coba? "

Katanya kemudian bangun dari tidurnya.

Aku berbalik kemudian mengkikis jarak di antara kita. Ku tatap tajam matanya itu.

" Gak usah basa basi deh gue udah muak sama denger ocehan mulut lo itu "

" Ka..... "

" Apa?!! Ha?!! Lo tahu kan Bang?!!. Kalau gue ngelakuin ini setengah hati!! Gue terpaksa!! Gue gak mau ngelakuin ini!! "

Kataku dengan mengepalkan tangan mencoba mengatur letupan emosi yang menguasai diriku.

" Gue tahu kalau lo udah tahu dari Mama kan? Mama pasti udah bilang kan soal gue jadian sama Chelsy? Iya kan?!! "

" Kaa "

" Lo udah tahu kenapa lo masih nanya? Sengaja buat gue makin tertekan ha?!! Sengaja lo?!! "

Bang Rafka diam mematung. Ia ikut berdiri di hadapanku. Ia mengkikis jarak di antara kami. Tapi aku memilih mundur.

" Mama ngasih tahu lo seolah itu kabar bahagia banget!! Tapi mama lupa. Bahwa kebahagiaan lo adalah kehancuran gue Bang!! "

Kataku sambil menekan nekan dada Bang Rafka dengan jari telunjuk ku.

" Karena apa? Karena kebahagiaan lo itu kalau lihat gue hancur? Iya kan Bang?!! "

" Ka... "

" Disana pintu keluarnya "

Kataku sambil menunjuk pintu kamarku. Ia terlihat mendekat ke arahku namun aku terus saja mundur.

" Oh okey kalau gitu gue yang keluar "

Kataku langsung menuju ke pintu keluar. Tapi ia menahan engsel pintu.

" Mau lo apa sih Bang??!! "

" Maaf "

" Permintaan maaf lo itu gak bisa ngembaliin apapun. Jadi berhentilah minta maaf. Karena gue udah bener bener muak dengan permintaan maaf lu itu!!! "

Aku langsung keluar dengan membanting pintu. Tak perduli jika nanti Bang Rafka bisa terluka.

..................

Suasana meja makan terbilang sepi. Hanya dentingan sendok yang mengisi kesunyian.

Bang Rafka sedari tadi diam melamun bahkan ia memainkan makanannya.

" Di makan dong Bang jangan di aduk aduk terus "

Kata Papa kemudian. Aku melirik sekilas kemudian melanjutkan makan siang ku dengan lahap.

Karena untuk bersandiwara aku butuh banyak tenaga.

Setelah selesai aku langsung kembali ke kamar tanpa berbicara pada siapapun.

Aku menoleh ketika sebuah tangan menahan pergelangan tanganku. Aku menepis tangannya kasar.

" Apa sih?!! "

" Rakaa.... "

" Jangan kek gitu sama abangnya yang sopan. Iya ma iya. Raka salah lagi. Raka minta maaf. Sekarang Raka mau ke kamar. Boleh kan? "

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang