16. TATAPAN TEDUHNYA

7 2 0
                                    

Aku berangkat ke sekolah agak kesiangan hari ini. Tak mau berburu buru aku mengendarai motorku santai. Lagipun aku tak pernah telat. Telat sekali pun tak apa lah.

Aku melirik ke spion. Terlihat ada banyak orang dengan pakaian serba hitam di belakang ku. Aku menambah kecepatan laju motorku dan segerombolan itu juga ikut menambah kecepatan nya. Ketika aku memelankan laju motornya orang orang itu juga melakukan hal yang sama.

Aku sudah melakukan itu beberapa kali dan mereka melakukan hal yang sama. Aku tersenyum miring.

" Oh mereka ngikutin gue gitu? "

Tanyaku pada diri sendiri.  Menyadari adanya bahaya di depanku aku segera menarik gas ku.

Namun nasib baik tak berpihak padaku. Motorku berhasil di hadang oleh seseorang salah satu dari segerombolan orang tadi. Ia melepas hlem nya. Sontak saja aku mengetahui wajah itu.

" One by one dong kalau berani "

Kataku ketika mereka hendak bersama sama mengeksekusiku. Tangan pria itu terangkat membuat orang orang di belakangnya itu menghentikan langkahnya

Tak mau membuang waktu pria itu melayangkan pukulan di wajahku namun aku cepat mengelak dan membuatnya hanya bisa memukul angin. Dia melakukan serangan bertubi-tubi kepadaku namun berhasil ku tangkis.

Ketika kaki itu melayang ingin menendang wajahku. Aku menangkapnya. Kemudian menarik kaki  dan memutarnya. Sontak saja terdengarlah suara rintihan dari mulutnya. Aku tersenyum sembari membanting tubuhnya ke aspal.

Orang orang yang semula menonton kami yang sedang berduel itu menghampiri ku. Mereka semua serentak ingin menyerangku. Karena tak ada kesempatan untuk kabur tak ada pilihan lain selain melawannya.

Aku berhasil melumpuhkan beberapa orang. Ketika fokus ku terpencar aku merasakan benda tumpul membentur bagian belakang kepalaku dengan amat keras . Aku meringis menahan nyeri yang  perlahan menjalar ke seluruh tubuhku.

Tangan kasar itu mengunci pergerakan ku. Ada dua orang yang mencekal tangan dan kaki ku. Kulihat Paman Cinta berdiri di depanku. Ia tersenyum sembari mengepalkan kedua tangannya.

Wajahku menjadi sasaran empuk untuknya. Setelah puas membuat wajahku remuk. Ia menendang dan memukuli perut ku. Kepalaku sangat pusing perutku seperti di aduk aduk.

" Ini hukuman buat lo karena sudah berani ikut campur urusan gue "

Katanya sambil meninju keras ulu hatiku. Aku memuntahkan cairan merah berbau amis dari mulutku.

Tubuhku di biarkan terjerembab ke tanah. Aku melihat orang-orang itu menjauh. Aku mencoba menjaga kesadaranku. Aku mencari ponselku sebelum aku menemukannya rasa pusing yang teramat sangat itu menyerang ku. Kemudian pandangan ku  perlahan mengabur semakin lama semakin gelap. Dan aku tak mengingat apapun lagi setelah itu.

Aku mengerjapkan mataku. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk pada pupil mataku. Aku menatap ke sekelilingku. Ruangan bernuansa putih ini membuatku kembali mengingat kejadian apa yang membuatku berada disini.

Tak lama ada seorang perempuan memasuki ruangan ini. Ia tersenyum kepadaku. Aku tak mengenalnya. Aku ingin mendudukkan tubuhku.

"  Tak usah duduk dulu. Sambil tiduran gak papa "

Katanya tersenyum. Aku membalas senyuman itu.

" Siapa yang membuatmu begini? "

" Terimakasih atas bantuannya "

" No problem, so what made you like this? "

" Bisa tolong ambilkan tas saya? "

Aku tak ingin menjawabnya. Ia menghela nafasnya kasar namun tetap mengambilkan tas untuk ku.

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang