42. KENAPA HARUS AKU

6 2 0
                                    

Aku menatap sekilas kedua orang yang duduk di ruang tengah. Melihat tatapan keduanya yang mengikuti kemanapun langkahku membuat ku muak dan teringin bersegera meninggalkan keduanya.

Aku yang semula ingin mengambil minum ke dapur pun menjadi malas. Aku membelokan langkah ku menuju ke ruang tamu.

" Rakaa "

Aku terdiam di tempatku tanpa mau menoleh ataupun sekedar berdehem untuk membalas panggilan dari mama.
Hatiku sudah kepalang kecewa dengannya.

" Duduk sini mama mau bicara "

Aku mencoba mengatur deru nafasku yang tak beraturan. Setelahnya aku berbalik dan duduk di seberang mereka.

" Mama ma..... "

" Iya Raka paham "

Kataku kemudian bergegas pergi darisana. Aku menuju ke kamarku. Aku menutup pintu kmarku pelan. Tubuhku meluruh bersender di balik pintu.

" Kenapa harus gue terus yang ngalah! "

Gerutuku sambil memukuli kepalaku sendiri. Aku sangat kecewa dengan semua orang yang tak pernah sedikitpun berpihak padaku.

Aku Memukuli kepalaku sendiri hingga rasa pusing mulai menyerang dan mencoba menghilangkan kesadaranku. Bukannya berhenti aku masih melakukan kegiatan itu hingga kesadaran ku benar benar terenggut.

.................

Aku mengerjapkan mataku perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk pada kornea mataku.

Setelah mataku terbuka lebar aku pun mencoba bangun. Kepalaku terasa sangat sakit. Aku memegangi belakang kepalaku. Aku merasakan memegang sesuatu yang empuk.

" Aukhhhh "

Ringisku ketika menekan kain kasar itu. Aku terdiam sejenak. Aku menatap kesekeliling ki dengan tatapan bingung.

" Bukannya tadi malam aku di balik pintu ya?. Atau mungkin itu mama atau papa? "

Kataku dengan senyuman lebar yang ku sunggingkan mengingat mama atau papa yang telah perduli padaku.

Mereka memindahkan tubuhku ke atas ranjang ketika semalam aku ketiduran di lantai depan pintu kamraku.

Namun rasa senang itu luntur ketika aku mengingat  sesuatu.

" Oh ya lupa. Kalau gue sakit Gue kan gak bisa nurutin apa kata mama. Makanya mama obatin gue. Ge er banget sih dasar BEG0!!! "

Kataku sambil menempeleng kepala ku sendiri.

" Aukhhh "

" Pukul aja terus Ka! "

Kata seseorang dari balik pintu. Aku kembali berdecak sebal melihatnya melangkah masuk dengan membawa nampan berisi susu dan juga roti.

" Gak usah sok peduli "

" Bukan sok, emang gue peduli sama lo "

" B*lsh*t "

" Nih makan! Terus minum obat terus lo istirahat.Jangan sekolah dulu "

" B*c*d!! "

Kataku sambil meraih apa yang ia bawa. Ia terlihat geleng geleng sebelum pergi meninggalkan kamarku.

" Gue tetep sekolah karena ada misi yang harus gue lakuin buat nyenengin mama papa "

Gerakan tangan Bang Rafka yang akan meraih gagang pintu itu terjeda. Ia berbalik menghadapku dengan kening yang berkerut tak paham.

" Nurut sama permintaan lo waktu itu. Biar bisa akur lagi sama mama papa "

" Rak....... "

" Lo tau nggak bang? Gue itu udah kaya pengemis tau nggak? Bedanya pengemis minta uang gue cuma minta kasih sayang. Sesimpel Itu tapi gak gue dapetin kalau gue gak nurut sama omongan lo "

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang