31. DINNER

6 2 0
                                    

Kelas hari ini telah usai. Aku berlari mengejar langkah Cinta yang sedang berjalan beriringan dengan Chelsy.

" Hai Cin, Chel "

Kataku menyapa mereka ketika langkah kami tengah sejajar. Chelsy membalas sapaanku dengan senyum manisnya. Sedangkan gadis di samping Chelsy itu memutar bola matanya malas. Mendapatkan tatapan malas itu tak membuat niatku surut.

" Malam in...... "

" Gue ada urusan, duluan!! "

Kata gadis itu menyela perkataan ku kemudian melenggang pergi dengan langkah lebarnya. Aku menatap  kepergiannya sembari menghela nafas panjang.

" Kenapa Ka? "

" Ouh nanti rencananya gue mau ngajak kalian dinner. Lo bisa gak? "

Mata Chelsy terlihat berbinar ia mengangguk dengan semangat.

" Ajak Cinta sekalian ya? "

Pintaku membuat gadis itu semakin berbinar. Tak berapa lagi Chelsy sudah berlalu dari hadapanku. Walaupun belum dapat lampu hijau setidaknya ada kemungkinan lampu kuning. Semoga saja Chelsy berhasil membujuk gadis tomboy itu untuk ikut.

Aku membuka pintu kamarku kemudian melempar tas punggung ke sembarang arah. Aku langsung merebahkan tubuhku di kasur.

" Aukhhh SAKIT BEGOOO!!! "

Teriakan kasur itu membuat aku terkejut dan langsung berdiri.

" Kasurnya ngomong? "

Kataku terkejut setelahnya selimut itu terangkat membuat aku semakin panik. Aku mendekat ingin menyingkap selimut yang terlihat melayang itu.

Sesaat sebelum ujung jariku meraihnya selimut itu terjatuh menampilkan wajah Bang Rafka yang memerah.

" Woh Bang "

Kataku terkejut kemudian mengusap wajahku kasar.

" ABANG!!! NGAPAIN DISINI???!!! "

Mendengar teriakan ku membuatnya sedikit terkejut.

" Apa sih? Lo gak inget kosakata kamus gue? "

Aku memutar bola mata malas.

" Kamar ad...... "

" dek kamar Abang. Kamar Abang ya kamar Abang "

Kataku menyela kata yang ribuan kali terlontar dari mulut Bang Rafka.

" Nah itu tahu! "

" Gak adil tau nggak Bang "

Kataku jengah. Tak sengaja netraku menatap ke arah hidung Bang Rafka yang memerah. Terlihat darah menetes darisana tanpa di sadari sang empu.

" Bang. Lo mimisan! "

Kataku kawatir. Bang Rafka reflek memegang hidungnya. Kemudiaan segera beranjak dari kasur dan berlari ke toilet. Pintu toilet ia tutup dengan kasar. Setelah sepuluh menit Bang Rafka tak kunjung keluar aku pun mengetuk pintu kamar mandi.

" Bang!! Lo gak papa kan? "

Tanyaku sesekali mengetuk pintu itu. Namun hening tak ada satu suarapun yang ku dengar.

" Bang!!! "

" Gak papa gue sekalian mandi "

Suara itu terdengar lirih membuatku semakin kawatir. Aku mencoba menepis segala rasa kawatir itu.

" Cepet. Gue juga mau make kamar mandi "

Kataku kembali menggedor pintu kamar mandi.

" Kamar mandi di rumah kita banyak Ka "

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang