23. TAK SELALU ADA

8 2 0
                                    

Sudah beberapa hari ini aku di kurung  di rumah karena kesehatan ku yang sempat menurun. Akhirnya aku pun terbebas hari ini. Aku menatap Bang Rafka yang sedang memakan sandwich buatan mama. Melihat wajahnya entah mengapa memancing amarahku. Sadar akan tatapan mataku ia pun kembali menatapku.

" Kenapa? Naksir sama gue lu? "

Katanya ngawur membuat papa yang berada di dekatnya itu langsung menegur.

" Iya pa, Abang cuma becanda. Lagian tu si Raka ngapain natap abang kaya gitu ? "

Aku diam kemudian segera melangkahkan kakiku pergi.

" Ya udah Raka berangkat dulu "

Kataku menyalimi tangan mama dan papa.

" Gak sarapan dulu? "

Aku menggeleng kemudian segera melenggang pergi.

" Gak sopan ya masak abangnya gak di Salimin sih? "

Akupun berhenti dan kembali berbalik.
Aku ingin meraih tangannya tapi dengan sengaja ia mengangkat tangannya tepat di depan wajahku.

" Yang sopan sama abangnya "

Lanjutnya, tanpa berkomentar aku meraih tangannya kemudian menyalimi nya.

" Rafkaaaaa "

Teriak mama dengan menggebu-gebu karena melihat keusilan Bang Rafka di sepagi ini. Secara ia kan tahu aku baru sembuh.

" Iya mama sayang. Abang cuma bercanda "

" Udah udah udah Raka berangkat dulu asslamualaiakum "

Akupun bergegas keluar. Aku melajukan mobilku perlahan. Aku tak ingin menjemput Cinta pasalnya takut jika ia menolak dan salah sasaran lagi. Aku sangat malas. Tapi di tengah perjalanan aku bertemu dengan gadis itu. Kedua sudut bibirku terangkat.

" Jodoh emang ga kemana "

Kataku kemudian menepikan mobilku di pinggiran jalan tepat di sampingnya. Melihat mobil berhenti di dekatnya ia menoleh. Aku menurunkan kaca mobilku.

" Ayo naik "

Kataku sambil membuka pintu mobil. Ku pikir ia akan mau ternyata ia tetap berjalan. Aku pun turun dari mobil dan menghampirinya.

" Hai, ayo berangkat sama gur "

Kataku menghalangi jalannya. Ia menatapku sengit kemudian kembali berjalan. Aku mencengkal lengannya halus membuat ia berbalik ke arahku.

" Gue bisa berangkat sendiri gak usah repot-repot "

Katanya judes kemudian menghempaskan tanganku kasar. Aku tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi pada gadis ini. Kenapa ia sangat senang berganti peran. Baru kemarin dia baik, halus, kalem sekarang apa? judes nya dobel dobel. Aku tak mau menyerah begitu saja aku kembali mengejarnya.

" Udah siang loh nanti telat "

" Bodoamat "

Mendengar penolakannya membuat ku pasrah. Tapi aku tak membiarkannya sendirian. Akupun mengikutinya dari belakang.

Sejauh seratus meteran ia terlihat berbincang hangat dengan seseorang pria. Kemudian ia membonceng kepada pria tersebut. Melihat itu membuat amarahku memuncak. Aku mencengkram kemudi dengan kuku kukuku. Dengan geram aku meninggalkan mereka berdua.

Aku telah sampai di sekolah dan langsung menuju ke kelasku. Aku melihat Chelsy sudah duduk manis di bangkunya.

" Hai Raka "

" HM "

" Di jalan tadi gak ketemu sama
Cinta? "

Aku menggeleng. Melihat respon ku membuat gadis itu tak kembali menanyai ku lebih lanjut. Aku menyenderkan kepalaku di meja. Tak lama pelajaran pun di mulai. Tapi Cinta belum juga kelihatan batang hidungnya. Hatiku menjadi kalut. Aku takut sesuatu yang buruk menimpanya.

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang