"Aku harap kau baik-baik saja di sana. Aku rindu padamu,"
Sekitar 1 jam lamanya di atas pesawat, kini Mila dan keluarganya mendarat di bandara tujuan. Melihat view kota yang cukup baru, membuatnya sedikit merasakan kembali seperti ia pertama kali menginjakkan kaki di kota kenangan itu.
Kakinya melangkah keluar dari pesawat, dengan melalui garbarata yang langsung mengakses bandara tanpa penumpang harus turun ke lapangan.
"Alhamdulillah, kita sampai juga!" ucap Ayah-nya dengan merangkul pundak Mila.
Mila tersenyum tipis sambil mengangguk setuju. Meski tangisnya masih belum sepenuhnya reda, ia mencoba memberikan senyum untuk menyamarkan rasa rindu dan kepedihan di hatinya. Mereka berjalan menuju bagian penjemputan bagasi, sambil menunggu barang bawaan mereka tiba, Mila tidak bisa menahan diri untuk tidak teringat pada Rizky.
"Rizky, aku harap kau baik-baik saja di sana. Aku rindu padamu," batin Mila, sambil memandang langit dari jendela bandara.
Di sisi lain, Rizky sedang duduk di teras rumahnya, sambil melamun memikirkan Mila yang kini telah sampai di tempat barunya. Rizky tanpa seperti tidak baik-baik saja setelah kepergian sosok yang ia cintai, hingga sang ibu pun tak tahan melihat anaknya dengan keadaan seperti itu.
"Nak...., ibu tahu kalau Rizky itu cinta..... sekali kepada Mila, tapi jangan jadikan perpisahan kalian ini dapat menyakiti dirimu!" ucap Ibu Fadhilah, sambil mengelus kepala Rizky.
Rizky menoleh pada ibunya dengan pandangan yang mencerminkan kesedihan. Ia merasakan kehilangan yang begitu mendalam sejak Mila pergi, dan setiap sudut rumahnya terasa sunyi tanpa kehadiran gadis yang dicintainya itu.
"Ibu, aku tidak tahu bagaimana caranya melupakan Mila. Rasanya sulit sekali," ucap Rizky dengan suara serak, mencoba menahan air matanya.
Ibu Fadhilah duduk di sebelah-nya dan memeluk Rizky erat. "Rizky, cinta memang sulit dilupakan, tapi itu tidak berarti kamu harus terus meratapi kepergian Mila. Cobalah untuk fokus pada hal-hal positif di sekitarmu, dan ingatlah bahwa cinta sejati akan selalu menyatukan dua hati, meski jarak memisahkan."
Rizky mengangguk, mencoba meresapi kata-kata ibunya. Meski begitu, kepedihan dalam hatinya masih begitu nyata. Ia tahu bahwa proses penyembuhan akan memakan waktu, tapi ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berusaha untuk melangkah maju.
Sementara itu, Mila dan keluarganya telah mengambil barang bawaan mereka dan menuju ke pintu keluar bandara. Udara kota baru yang mereka masuki terasa segar, namun Mila masih merasa seperti ada sesuatu yang kurang. Rindu pada Rizky terus menyelinap ke dalam pikirannya.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah barunya di kota itu, Mila selalu bertanya kepada sang ayah dan ibu seperti apa kondisi rumah yang akan mereka tempati di sana.
"Ayah, Ibu. Kira-kira rumah kita di sini seperti apa?" tanya Mila, sambil menatap view kota yang cukup indah.
Ayah Mila tersenyum hangat, melihat rasa penasaran anaknya yang baru saja tiba di kota baru. "Rumah kita di sini terletak di lingkungan yang tenang, dekat dengan sekolah dan tempat berbelanja. Kamu pasti akan menyukainya, Mil," jawab Ayah Mila sambil memandanginya dengan penuh kasih sayang.
Ibu Mila menambahkan, "Dan yang paling penting, kita akan membuatnya seindah dan sesenyaman mungkin untuk kita semua, sayang."
Mila mengangguk dengan senyum di wajahnya. Meski masih merasa rindu pada Rizky, kegembiraan untuk menjalani kehidupan baru mulai muncul di hatinya. Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh pemandangan rumah yang terasa hangat dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Untuk Cinta [ TAMAT ]
RomancePerlahan mencoba untuk mengikhlaskan segalanya, ituadalah hal yang sangat menyakitkan untuk dilakukan. Mungkin sebagian orang-orang bisa, namun tidak hal-nya dengan Mila yang harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan meninggalkan tempat yang per...