Beberapa tahun berlalu, Rizky telah menjalani hari-hari di kampusnya. Ia telah mendapatkan teman baru dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Namun, meskipun hari-harinya terasa lebih berwarna dengan kehadiran teman-teman baru itu, bayangan Mila masih tetap menghantuinya.
Setiap kali Rizky melewati sudut-sudut kampus yang pernah dia kunjungi bersama Mila, kenangan manis itu selalu menghampirinya. Dia merindukan canda tawa mereka, perbincangan ringan di bawah pohon rindang, dan senyum Mila yang mampu menerangi hari-harinya.
Suatu hari, ketika Rizky sedang duduk di kantin bersama teman-temannya, ia mendapatkan telepon dari Ibunya yang menyuruhnya izin untuk pulang karena ada seseorang yang akan menemuinnya. Kebetulan bahwa besok hingga minggu depan adalah jadwal liburnya.
Rizky bergegas menyelesaikan makanannya dan segera bergegas pulang. Tidak bisa menyembunyikan keingintahuannya, Rizky memikirkan siapa yang mungkin ingin menemuinya. Apakah itu tentang keluarga? Atau mungkin ada sesuatu yang berkaitan dengan Mila?
Keesokan harinya, Rizky tiba di rumahnya dengan hati yang berdebar-debar. Ibunya menyambutnya dengan senyum hangat dan mempersilahkan Rizky untuk duduk di ruang tamu.
"Tunggu sebentar, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," ujar Ibunya sambil pergi ke ruang sebelah.
"Siapa bu?" tanya Rizky bingung.
"Nanti sore, ia menyuruhmu untuk datang ke kafe yang berada di bukit kecil." ucap ibu.
"Emangnya siapa bu?" tanya Rizky sekali lagi.
"Mila," jelas Ibu singkat.
Hati Rizky berdegup kencang. Setelah sekian lama, akankah dia akhirnya bertemu kembali dengan Mila? Tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, Rizky menunggu dengan tak sabar hingga waktunya tiba.
Di tengah senja yang memerah, langit di kota kecil itu berubah warna menjadi nuansa oranye dan merah muda yang lembut. Di sebuah kafe kecil, aroma kopi menyatu dengan kehangatan cahaya lampu temaram. Suasana tenang itu seketika tergetar oleh ketibaan seorang pria bernama Rizky.
Rizky, berdiri di pintu masuk kafe dengan pandangan yang mencari. Ia mengenakan jaket cokelat tua yang telah menemani banyak perjalanan hidupnya. Matanya yang hangat mencerminkan kegelisahan dan keingintahuannya akan sebuah masa lalu yang terpendam. Setiap langkahnya terasa berat, seperti menghadapi masa lalu yang ingin dia temukan kembali.
Rizky tiba di kafe ini dengan satu tujuan: menemukan Mila, wanita yang telah lama mengisi setiap ruang kosong di hatinya. Di sudut kafe, duduk seorang wanita bernama Mila, yang tengah mengamati setiap gerak langkah yang mendekat. Mila adalah seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun, dengan rambut cokelat gelap yang tergerai lembut di bahu dan matanya yang selalu memancarkan kelembutan.
Saat Rizky memasuki kafe, mata Mila seolah menemukan satu-satunya titik terang dalam kegelapan. Sorot matanya langsung menemui mata Rizky. Ada kelembutan di balik sorot matanya yang membuat hati Rizky berdebar-debar. Mereka saling pandang, seolah-olah dunia di sekitar mereka berhenti berputar sejenak. Setelah beberapa detik yang terasa seperti abadi, Rizky melangkah maju menuju Mila.
Mila, dengan matanya yang penuh kerinduan, menatap Rizky. "Rizky," bisiknya dengan suara lembut, seperti bertiup angin di musim gugur. "Aku tahu kau akan datang."
Rizky tersenyum penuh arti. "Apa kau bisa merasakan detak jantungku yang memanggil-manggil namamu?"
Mila tertawa pelan, suara yang familiar bagi Rizky. "Detak jantung kita selalu memiliki irama yang sama, walau terpisah oleh waktu dan jarak."
Tak lama kemudian, Rizky duduk di hadapan Mila. Di antara mereka tercipta ruang hening yang penuh makna. Ada cerita yang belum selesai, ada kenangan yang masih tersimpan rapat di hati masing-masing. Rizky membuka mulutnya, suara lembutnya mengisi udara yang sejenak terhenti.
"Kau tahu, Mila, setiap langkahku seolah membawa aku kembali pada kenangan indah kita. Kita berdua seperti dua puzzle yang hilang, dan aku ingin mencoba menyusunnya kembali," ucap Rizky, dengan tatapan penuh harap.
Mila tersenyum getir, mencoba menyembunyikan rasa haru yang terlihat di matanya. "Rizky, apakah kita bisa kembali seperti dulu? Apakah masih ada tempat untuk cinta di hatimu, di hati kita berdua?"
Rizky menatap mata Mila dengan tulus. "Aku datang pulang untuk cinta, Mila. Pulang untuk mencari jawaban dan untuk memperbaiki segala kesalahan. Kita masih punya waktu, bukan?"
Mila mengangguk, lalu menatap jendela di seberang kafe. "Waktu memang terus berjalan, tapi apakah kita mampu menyusulnya? Apakah kita bisa mengejar kembali waktu yang terlewatkan?"
Rizky meraih tangan Mila dengan lembut. "Kita mungkin tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa membangun masa depan bersama. Kita bisa menciptakan kenangan baru, dan kali ini, kita akan menjaga setiap detiknya."
Mila tersenyum, merasakan kehangatan tangan Rizky yang akrab. "Apa kita bisa melupakan semua kesalahanku, Rizky? Apakah kita bisa memulai lagi seperti kita belum pernah terluka?"
Rizky menatap mata Mila dengan penuh keyakinan. "Kita tidak perlu melupakan, Mila. Kita hanya perlu memaafkan dan memulai kembali. Kita bisa menjadi versi yang lebih baik dari diri kita yang dulu.
Mila tersenyum lega, merasa beban yang selama ini dia pikul mulai terangkat. Mereka duduk berdampingan, mengobrol seperti dua teman lama yang baru saja bertemu. Namun, di dalam hati masing-masing, terasa getaran kebahagiaan yang telah lama terpendam.
Seiring waktu berlalu, mereka menyadari bahwa cinta tidak hanya hadir dalam kata-kata manis, tetapi juga dalam tindakan-tindakan kecil yang penuh perhatian. Kafe kecil itu menjadi saksi dari pulangnya Rizky untuk cinta yang sempat terlupakan, dan awal dari babak baru dalam kisah romantis mereka yang dipenuhi dengan kebahagiaan, pengertian, dan kesetiaan.
Mereka berdua akhirnya menerima satu sama lain dan juga menghabiskan hari-hari itu dengan bertanya-tanya perihal mengapa selama beberapa tahun yang lalu Mila menghilang dan kini ia telah menemukan semua jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Untuk Cinta [ TAMAT ]
RomancePerlahan mencoba untuk mengikhlaskan segalanya, ituadalah hal yang sangat menyakitkan untuk dilakukan. Mungkin sebagian orang-orang bisa, namun tidak hal-nya dengan Mila yang harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan meninggalkan tempat yang per...