Pagi hari itu, angin berhembus dengan cepat. Kicauan burung yang sangat merdu menambahkan suasana asri yang cukup bagi sekitaran komplek perumahan Rizky.
Rizky duduk di teras rumahnya, menyeruput secangkir kopi hangat sambil menatap kejauhan. Wajahnya masih tercermin kecemasan dari beberapa bulan sebelumnya. Mila, cahaya dalam hidupnya, telah pergi tanpa kabar yang jelas. Meskipun berusaha mempertahankan keyakinan bahwa segalanya akan baik-baik saja, namun kegelisahan tetap membayangi pikirannya.
Sementara itu, suasana di sekitar komplek perumahan mulai ramai dengan aktivitas pagi. Tetangga-tetangga keluar rumah untuk menjalani rutinitas harian mereka. Beberapa di antaranya menyapa Rizky dengan ramah, menyadari ekspresinya yang sedikit murung.
Tiba-tiba, di tengah-tengah keheningan pikirannya yang kacau, handphonenya bergetar dengan riang. Rizky sontak terkejut, segera merogoh saku untuk mengeluarkan ponselnya. Layar ponsel menampilkan nama "Bu Ani - Wali Kelas" di atasnya. Dengan hati yang berdebar-debar, Rizky menjawab panggilan tersebut.
"Hallo, Bu Ani," sapa Rizky dengan suara yang sedikit gemetar.
"Halo, Rizky. Apa kabar?" jawab Bu Ani dengan suara hangat dari seberang telepon.
Rizky menelan ludah sejenak sebelum menjawab, "Baik, Bu. Maaf, apakah ada sesuatu yang ingin Bu Ani bicarakan?"
"Sebenarnya, iya, Rizky. Ibu ingin memastikan apakah semuanya baik-baik saja denganmu. Ibu menyadari bahwa akhir-akhir ini kau terlihat agak tertekan di sekolah," jelas Bu Ani dengan nada prihatin.
Rizky merasa tersentuh dengan kepedulian Bu Ani. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaannya, namun rupanya Bu Ani peka terhadap perubahan sikapnya belakangan ini.
"Aku... aku sedang menghadapi beberapa masalah, Bu," akui Rizky dengan jujur, merasa lega bisa berbagi beban dengan seseorang.
"Masalah apa itu?" tanya Bu Ani dengan nada bingung.
"Sebenarnya, Bu, saya merasa sedikit sedih bu dalam beberapa bulan ini Mila anak kelas sebelah kemarin yang pindah dari sekolahan kita, hilang kontak. Selain itu, ada beberapa masalah pribadi yang sedang saya hadapi juga," jelas Rizky pelan.
"Oh, Mila, ya?" tanya Bu Ani.
"Iya, Bu. Betul!"
Bu Ani mendengarkan dengan serius. "Rizky, kamu tahu, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Jangan ragu untuk berbicara jika kamu membutuhkan bantuan, baik dari guru maupun teman-temanmu. Kita semua di sini untuk saling mendukung dan membantu," ucap Bu Ani dengan penuh semangat.
Rizky merasa sedikit lega mendengar kata-kata Bu Ani. Perasaannya yang terpendam selama ini akhirnya bisa tersalurkan. Ia merasa dihargai dan didukung oleh lingkungan sekolahnya.
"Terima kasih, Bu Ani. Saya akan mencoba untuk lebih terbuka dan mengatasi masalah-masalah ini dengan baik," jawab Rizky penuh keyakinan.
"Baiklah, Rizky. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika kamu membutuhkan bantuan atau sekadar ingin berbicara. Untuk masalah Mila, nanti ibu coba cari data sekolah yang kini ia tempati." kata Bu Ani dengan tegas.
Setelah percakapan itu, Rizky merasa lebih ringan. Dia merasa didukung dan tidak sendiri dalam menghadapi masalahnya. Bu Ani telah memberinya dukungan dan solusi yang membuatnya merasa lebih percaya diri.
Ia melanjutkan minum kopinya, dan ketika sedang santai. Ia berpikir untuk pergi menuju toko buku terdekat buat membaca-baca beberapa karya milik penulis yang dia kagumi.
Langkah-langkahnya menuju toko buku terdekat penuh dengan antisipasi. Rizky telah lama merindukan momen untuk meresapi aroma kertas yang khas dan merayapi rak-rak yang dipenuhi dengan berbagai buku yang menarik. Begitu tiba di sana, ia langsung merasa seperti berada di surga para pembaca.
Dengan langkah yang penuh semangat, Rizky mulai menjelajahi rak-rak buku. Dia terpesona oleh beragam judul dan cover yang menggoda. Setiap buku adalah pintu gerbang ke dunia baru yang menunggu untuk dieksplorasi. Rizky mengambil beberapa buku dari penulis favoritnya dan mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan memulai petualangannya.
Namun sebelum ia membaca itu, ia terfokus ke salah satu buku yang berada di rak buku. Buku yang pernah ia belikan untuk Mila sebagai kenang-kenangan. Tatapan Rizky terhenti sejenak, matanya melintas di atas sampul buku yang dulu dia berikan dengan penuh makna. Senyum kecil terukir di wajahnya saat ia mengingat momen ketika ia memberikan buku itu kepada Mila.
Rizky mencoba mendekati buku itu dan memeluknya. Hangatnya buku itu terasa di genggaman Rizky, menyirami hatinya dengan kenangan manis bersama Mila. Sejenak, dia merasakan kehadiran Mila begitu dekat, meskipun hanya dalam ingatan. Suara tawa dan senyum Mila mengalun dalam benaknya, mengisi ruangan kosong di hatinya.
Namun, di balik riuhnya kenangan, Rizky merasakan juga getaran kesedihan yang mendalam. Kesedihan karena Mila sudah tidak lagi bersamanya. Kehilangan yang begitu besar, meninggalkan luka yang sulit untuk sembuh. Rizky merasa seperti sepotong dirinya telah hilang bersama kepergian Mila. Namun, di tengah kepedihan itu, ada juga kehangatan dari kenangan-kenangan indah yang mereka bagi bersama.
Dengan perlahan, Rizky membuka halaman-halaman buku itu. Kata-kata yang terpampang di sana seolah membawa dia kembali pada saat-saat bahagia bersama Mila. Meskipun saat ini Mila tidak lagi berada di sisinya, tapi melalui buku ini, Rizky merasa seolah-olah Mila masih menyertainya, menemani setiap langkah petualangan baru yang akan dia lalui.
Dengan hati yang penuh dengan campuran antara kesedihan dan kehangatan, Rizky mulai meresapi cerita di dalam buku itu. Setiap halaman terasa seperti menyapanya dengan kehangatan yang akrab, mengingatkannya pada kisah cinta mereka yang begitu indah namun tragis. Meskipun kehilangan begitu berat, namun Rizky yakin bahwa cinta mereka akan terus hidup dalam kenangan dan cerita yang terpampang di halaman-halaman buku ini.
Dan di tengah prosesnya menelusuri halaman demi halaman, Rizky menemukan juga kekuatan baru. Kekuatan untuk menerima kenyataan, untuk melangkah maju, dan untuk menghadapi petualangan baru yang menantinya. Meskipun Mila telah pergi, tapi cerita cinta mereka tidak pernah berakhir. Dan Rizky yakin bahwa di masa depan, mungkin saja ada kisah baru yang menunggunya, dengan babak-babak yang lebih indah dan penuh makna.
"Aku kangen kamu, Mila. Dan aku kangen bisa menghubungi dirimu! Aku harap, suatu saat nanti kamu akan kembali kepadaku dan menghubungi diriku." ucap Rizky sambil menaruh kembali buku itu kepada posisinya.
Terdiam sejenak, Rizky menatap jendela toko buku itu yang menghadap ke langit senja yang indah. Membuatnya sedikit terkejut ternyata ia telah menghabiskan hampir satu hari ini di toko buku hanya untuk membaca. Namun, ia tidak merasa menyesal. Sebaliknya, ia merasa ada kepuasan yang mendalam dalam hatinya, seolah-olah ia telah menemukan bagian yang hilang dari dirinya dalam kisah-kisah yang ia telusuri.
Langit senja memberikan semacam kesegaran baru bagi Rizky. Ia merasa seperti langit itu sendiri, luas dan penuh dengan kemungkinan. Dan sementara ia berdiri di situ, merenung, ia merasa getaran energi baru yang mengalir di dalam dirinya.
Ketika matahari benar-benar terbenam dan malam mulai merayap, Rizky memutuskan untuk pulang. Namun, ketika ia melangkah keluar dari toko buku itu, ia membawa lebih dari sekadar buku-buku yang ia beli. Ia membawa dengan dirinya harapan baru, keberanian baru, dan keyakinan bahwa meskipun satu cerita telah berakhir, masih banyak kisah yang menunggu untuk ditulis dalam hidupnya.
Dengan langkah mantap, Rizky meninggalkan toko buku itu. Meskipun ia tidak tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya, ia yakin bahwa ia akan kembali kepada Mila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Untuk Cinta [ TAMAT ]
RomancePerlahan mencoba untuk mengikhlaskan segalanya, ituadalah hal yang sangat menyakitkan untuk dilakukan. Mungkin sebagian orang-orang bisa, namun tidak hal-nya dengan Mila yang harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan meninggalkan tempat yang per...