Diminta Tanda Tangan

103 31 18
                                    

Selama perjalanan menuju sekolah, banyak cewek yang kagum dan melihat dirinya. Namun, Rizky hanya cuek dan tak menghiraukan mereka. Baginya, hal-hal seperti itu tak begitu penting, karena apa? Karena ia telah jatuh cinta kepada Mila.

Hari itu, suasana di sekolah terasa begitu cerah meskipun awan-awan di langit terlihat membayangi. Rizky duduk di kelas dengan pikirannya melayang-layang ke Mila. Matanya tak bisa lepas dari keindahan senyumnya dan cara dia tersenyum membuat hati Rizky berbunga-bunga.

Namun, di balik rasa cinta yang begitu mendalam, ada ketidakpastian yang mengganggu pikirannya. Bagaimana jika Mila tak pernah melihatnya lebih dari sekadar teman? Apa yang harus dia lakukan? Pikirannya terombang-ambing antara berani mengungkapkan perasaannya atau tetap diam dan menyimpannya dalam hati.

"Lihat tuh Rizky, ngapain coba senyum-senyum sendiri!" cetus Tian ke Reddo secara bisik-bisik.

Reddo, menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh kebingungan. "Hmm, kayaknya ada yang terjadi nih sama si Rizky. Biasanya dia gak senyum-senyum sendiri begitu."

"Kayaknya sih Mila yang buatnya seperti itu?" tanya Tian.

"Maybee, sih." Reddo tertawa puas.

Rizky yang tak sengaja mendengar percakapan mereka merasa tersentuh hatinya. Mereka berdua sudah lama menjadi sahabatnya, dan mungkin mereka bisa memberikan saran atau bantuan dalam masalah yang sedang dia hadapi.

"Eh, Tian dan Reddo!" ucap Rizky dengan nada santai.

Reddo dan Tian saling memandang satu sama lain, mereka bingung dan takut kalau Rizky telah mendengar pembicaraan mereka berdua.

"Apa?" cetus Reddo dengan memberanikan diri.

"Aku mau nanya nih, biasanya mimpi buruk itu menjadi kenyataan ya?" tanya Rizky bingung.

"Soalnya, kalau aku baca di buku-buku, kalau mimpi buruk itu bisa menjadi kenyataan," lanjut Rizky dengan raut wajah khawatir.

Tian dan Reddo saling bertatapan, mengolah kata-kata Rizky dengan serius. Mereka merasakan bobot yang mengendap di udara, memahami bahwa ini lebih dari sekadar mimpi buruk biasa. Kegelisahan Rizky terabaikan, seperti beban rahasia yang tersembunyi di balik sorot matanya.

"Rizky, apa yang sebenarnya terjadi? Ada yang bisa kami bantu?" Tian bertanya lagi, suaranya lembut, mencoba menenangkan sahabat mereka yang sedang dilanda kegalauan.

Rizky menghela nafas panjang, mencoba mengungkapkan apa yang terasa begitu mencekam dalam benaknya. "Sebenarnya..." ucapnya pelan, "Kemarin malam itu, Mila meneleponku. Dia bilang kalau aku di mimpinya itu mengalami kejadian sesuatu hingga menyebabkan diriku meninggal."

Suasana di ruangan itu menjadi semakin hening. Mereka merenung, mencerna informasi yang baru saja mereka dengar. Benar-benar sulit dipercaya bahwa mimpi seseorang bisa menjadi begitu intens sampai-sampai menimbulkan ketakutan yang sedalam itu.

"Kamu yakin ini hanya mimpi biasa?" Reddo menanyakan dengan serius.

Rizky mengangguk perlahan, "Aku tidak tahu. Tapi rasanya begitu nyata, begitu mencekam. Aku tidak bisa menghilangkan rasa takut itu dari pikiranku."

Tian menggenggam tangan Rizky dengan penuh dukungan. "Kita akan mencari tahu lebih lanjut. Mungkin ada cara untuk menenangkan pikiranmu, Rizky. Kita tidak akan membiarkanmu sendirian menghadapi ini."

Reddo menambahkan, "Benar, kita akan menghadapinya bersama. Kita akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan mencari solusi bersama-sama. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa mimpi itu memiliki makna apa pun. Kita akan mencoba mengatasi ini bersama."

Pulang Untuk Cinta [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang