Minggu, 26 Oktober 2014
KEESOKAN - harinya, Rizky dan teman-temannya pergi ke rumah Mila. Namun, sebelumnya pada selepas ia pulang malam tadi dari rumah Mila ia pergi menuju ke salah satu toko yang tak berada jauh dari rumahnya, di sana ia membeli beberapa hadiah untuk Mila dan juga ia tidak lupa membelikan salah satu novel kesukaan Mila.
Tiba di rumah Mila, suasana terasa hening. Mereka diterima oleh Bapak Arif yang tampak sedikit terharu melihat kedatangan mereka. Mila duduk di sofa dengan senyum tipis di bibirnya, mencoba menyembunyikan kesedihannya di balik senyum itu. Rizky melangkah mendekati Mila, membawa sekumpulan bunga dan novel yang telah dibelinya.
"Halo, Mila," sapa Rizky dengan lembut. "Ini untukmu." Ia menyodorkan bunga dan novel kepadanya.
Mila terkejut melihat hadiah-hadiah itu. "Oh, terima kasih, Rizky! Ini sangat indah," ucapnya sambil tersenyum tipis. Rizky bisa melihat bahwa senyum Mila tak sepenuhnya mencerminkan kebahagiaan. Ia memahami bahwa kepergian mereka adalah sesuatu yang sulit bagi Mila.
Bapak Arif mempersilakan mereka duduk. "Sekali lagi, terima kasih atas semua yang kalian lakukan. Kalian sudah menjadi bagian yang sangat berarti dalam hidup Mila," ucapnya dengan tulus.
Walaupun Rizky dan teman-temannya baru saja mengenal Pak Arif namun kedekatan mereka sangat lah luar biasa.
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu, mencoba menciptakan atmosfer yang hangat. Rizky merasa tanggung jawab besar untuk membuat hari itu menjadi spesial bagi Mila. Ia pun memulai percakapan dengan ringan, bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu dan menyenangkan selama perjalanan mereka.
Mila, meskipun mencoba untuk bersikap ceria, tetap terlihat terbebani oleh perasaannya. Rizky memutuskan untuk membawa obrolan ke arah yang lebih ringan, membuka novel kesukaan Mila yang baru saja dibelinya.
"Ini novel yang kubeli untukmu," ucap Rizky sambil menyodorkan buku itu ke Mila. "Aku berharap kau akan menikmatinya. Mungkin bisa menjadi temanmu selama aku tidak ada di sini."
Mila mengambil novel tersebut dengan senyuman kecil. "Terima kasih, Rizky. Aku pasti akan membacanya dengan penuh kasih sayang." Meskipun kehadiran Rizky membuatnya bahagia, tetapi kepergiannya membuat ruang kosong dalam hati Mila.
"Kira-kira pukul berapa berangkatnya?" tanya Rizky kepada Mila yang saat itu sedang membaca novel pemberian darinya.
Mila mengangkat kepala dari bukunya dan menjawab, "Sekitar pukul sembilan. Pesawatnya jam sepuluh, tapi kami harus tiba di bandara lebih awal untuk check-in."
Rizky mengangguk mengerti sambil menatap wajah Mila yang masih tampak sedikit murung. Ia merasa perlu membuat momen tersebut lebih berkesan dan menghilangkan kekhawatiran yang terlihat dalam mata Mila.
"Mila, aku ingin hadiah pemberian dari aku ini dapat menjadi kenangan yang indah untukmu. Jangan biarkan hadiah-hadiah kenangan ini hilang darimu," ucap Rizky dengan lembut.
"dan juga aku berharap, semoga suatu saat nanti jika kita di pertemukan kembali, kau dapat menerima cintaku ini. Aku berjanji, bahwa tidak ada hati wanita yang dapat masuk ke dalam diriku selainmu dan kau juga harus berjanji." lanjut Rizky.
Mila tersenyum menghargai, merasa hangat oleh kata-kata Rizky yang begitu tulus. Matanya memancarkan kilauan haru dan rasa syukur karena memiliki seseorang seperti Rizky di hidupnya.
"Terima kasih, Rizky. Aku akan merawat hadiah ini dengan baik dan membawanya ke mana pun aku pergi. Dan, aku percaya kita akan bertemu lagi suatu hari nanti," jawab Mila sambil memegang erat novel yang baru saja diterimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Untuk Cinta [ TAMAT ]
عاطفيةPerlahan mencoba untuk mengikhlaskan segalanya, ituadalah hal yang sangat menyakitkan untuk dilakukan. Mungkin sebagian orang-orang bisa, namun tidak hal-nya dengan Mila yang harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan meninggalkan tempat yang per...