Setelah beberapa hari setelah di kuburnya Rizky, Mila yang tertidur di rumah sakit sadar dan keadaannya hari itu sedikit lumayan segar dari sebelumnya. Keluarga Mila, dan sebagian keluarga Rizky senang melihat Mila sudah mulai sadar. Namun, mereka sedikit di berikan ketegangan ketika Mila menanyakan keberadaan Rizky, karena Mila belum tahu kalau Rizky telah meninggal dunia saat proses operasi.
"Ayah, Ibu. Kenapa aku tidak melihat Rizky sejak tadi?" tanya Mila, memecahkan suasana hening yang menggelayuti ruangan. Pertanyaannya membuat semua orang di sana terdiam, terpaku oleh kebingungan dan kesedihan yang mendalam.
Ayah Mila, dengan hati yang berat, berusaha menjawab. "Sayang, Rizky... dia..."
Namun, kata-kata itu tercekat di tenggorokannya. Bagaimana dia bisa memberi tahu Mila bahwa Rizky telah pergi untuk selamanya? Bagaimana dia bisa mengungkapkan berita yang begitu menyakitkan?
Ibu Mila menatap suaminya dengan mata penuh kekhawatiran. Dia merasakan betapa sulitnya bagi suaminya untuk mengucapkan kata-kata itu. Namun, dia tahu kebenaran harus diungkapkan, meskipun akan menyakitkan.
Akhirnya, setelah beberapa saat yang terasa seperti abadi, ayah Mila mengambil nafas dalam-dalam. "Mila, sayang... Rizky telah meninggal dunia saat operasi."
Mila mendengar kata-kata itu dengan terkejut. Ekspresi wajahnya berubah menjadi campuran antara kebingungan dan kesedihan. "Maksud Ayah? Rizky... meninggal?" suaranya gemetar, mencerminkan kebingungannya.
Ibu Mila mendekati ranjang putrinya dengan mata berkaca-kaca. Dia meraih tangan Mila dengan lembut. "Iya, sayang. Rizky telah pergi. Dia meninggalkan kita."
Tangisan mulai merayap di mata Mila. Segala macam emosi bercampur aduk di dalam dirinya. Kesedihan, kehilangan, dan kekosongan merajai pikirannya. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari kepergian Rizky? Bagaimana mungkin dia harus melanjutkan hidupnya tanpa Rizky?
Keluarga Mila dan Rizky berusaha memberikan dukungan satu sama lain di tengah-tengah keheningan yang menyelimuti ruangan. Meskipun penuh kesedihan, mereka tahu bahwa mereka harus saling menguatkan untuk bisa melanjutkan hidup. Setiap langkah mereka terasa begitu berat, dipenuhi dengan kenangan akan sosok Rizky yang hangat dan penuh kebaikan.
Mila, terutama, merasakan beban yang berat di dadanya. Setiap detik berlalu seperti sebuah kenangan yang tak terlupakan. Rasa kehilangan yang begitu mendalam membuatnya sulit untuk menahan air mata. Namun, di tengah-tengah semua kesedihan itu, ada kekuatan yang mendorongnya untuk tetap kuat. Ia tahu bahwa dia harus menerima kenyataan bahwa Rizky telah pergi untuk selamanya.
"Tolong bawah aku ke tempat peristirahatan terakhirnya," ucap Mila dengan suara yang tersedu-sedu, namun penuh dengan tekad.
Keluarga Rizky mengangguk dengan perasaan yang sama-sama hancur, namun juga penuh dengan rasa hormat terhadap keinginan Mila. Mereka memahami bahwa momen itu sangat penting bagi Mila untuk mengucapkan perpisahan terakhirnya pada Rizky.
Dalam perjalanan menuju makam Rizky, suasana terasa begitu hening. Langit cerah dengan sinar matahari yang hangat, tapi hati mereka terasa seakan diliputi oleh bayang-bayang duka yang tak terlupakan. Setiap langkah yang mereka ambil terasa begitu berat, seolah-olah beban kesedihan yang mereka pikul terasa semakin berat.
Ketika mereka sampai di makam Rizky, Mila berdiri di depannya dengan tatapan penuh penghormatan. Dia merasa detak jantungnya berdebar keras, namun dia tetap mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri. Dengan perlahan, dia menurunkan karangan bunga yang telah dia siapkan dengan penuh kasih sayang di atas pusara Rizky.
Air mata tak bisa lagi dia tahan ketika dia merenungkan semua kenangan indah yang mereka habiskan bersama. Kata-kata terakhir yang tidak sempat dia ucapkan, dan mimpi-mimpi masa depan yang kini terasa begitu jauh dan tak tercapai. Tetapi di antara semua kepedihan itu, Mila menemukan kekuatan untuk berterima kasih atas segala hal yang Rizky berikan padanya selama hidupnya.
"Hai, sayang! Aku datang nih. Aku mau bertanya kepadamu, kenapa sih seberani itu mengambil keputusan yang membuat dirimu sendiri terluka?" tanya Mila menangis sambil memeluk makamnya Rizky.
Dia merasa getaran di sekitar makam Rizky, seolah-olah rohnya hadir di antara mereka. Ini adalah pertemuan terakhir Mila dengan Rizky, di bawah bayangan pepohonan yang menjuntai di pemakaman.
Mila mengatur napasnya yang berat, mencoba menemukan kata-kata untuk menjawab pertanyaan yang terdengar dalam hatinya. "Rizky, aku tahu kau pasti mendengarkanku di sini. Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakiti dirimu. Aku hanya tidak bisa menanggung perasaan itu sendiri. Ketika kau mengungkapkan cintamu, aku... aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku takut, Rizky. Takut akan perubahan, takut akan kehilangan persahabatan kita. Aku berharap aku bisa kembali dan mengubah semuanya, tapi sekarang terlambat. Dan aku minta maaf, Rizky. Maaf karena tidak bisa membalas perasaanmu dengan cara yang kau inginkan."
Rizky seolah memberi isyarat hembusan angin lembut yang menyapu wajah Mila. Meskipun dia tahu dia hanya berbicara dengan kenangan, tetapi dia merasa seolah-olah Rizky masih hadir di sana, mendengarkan setiap kata yang dia ucapkan.
"Mungkin ini adalah pelajaran terberat yang pernah aku dapatkan, Rizky. Bagaimana kita harus memperjuangkan apa yang kita inginkan dan takut mengambil risiko untuk kebahagiaan kita. Aku janji, Rizky, aku akan mengenangmu selamanya dan membawa pelajaran berharga ini dalam hidupku."
Mila mencium batu nisan Rizky dengan lembut sebelum akhirnya bangkit dari tempatnya. Meskipun hatinya masih penuh duka, dia merasa lega karena telah bisa berbicara dengan Rizky, bahkan jika hanya dalam doa dan kenangan. Dan dari hari itu, Mila berjanji pada dirinya sendiri untuk hidup dengan penuh keberanian, mengambil risiko untuk mencari kebahagiaannya, dan selalu mengenang cinta dan pelajaran yang Rizky berikan padanya.
"Aku pulang ya, jaga dirimu, gantengku!" ucap Mila sambil melabaikan tangan ke arah makam Rizky dan mulai melangkah pergi.
"Rizky, kau adalah cerita indah yang terhenti tanpa pamit. Kini, setiap bab dalam kisah kita hanya tersisa sebagai kenangan menyakitkan yang mengingatkanku betapa berartinya dirimu dalam hidupku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Untuk Cinta [ TAMAT ]
RomancePerlahan mencoba untuk mengikhlaskan segalanya, ituadalah hal yang sangat menyakitkan untuk dilakukan. Mungkin sebagian orang-orang bisa, namun tidak hal-nya dengan Mila yang harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan meninggalkan tempat yang per...