CHAPTER 12

40 28 0
                                    

"Berhati-hatilah berbincang dengan para wanita."

Mawar selalu dikaitkan dengan keromantisan, tak heran banyak dari wanita yang sangat merasa dicintai saat dibawakan bunga mawar oleh pasangannya, membawakan mawar pada seorang wanita mampu membuatnya merasa dicintai, wanita suka sekali diperlakukan dengan romantis, tidak peduli setampan apa pun pria, jika pria itu tidak memberikan wanitanya keromantisan bagaimana wanita akan nyaman?

Nyatanya wanita lebih melihat bagaimana perlakuan dari seorang pria padanya, bukan hanya soal ketampanan.

"Cantik, sepertimu," ucap Zayn seraya memberikan bunga mawar merah dengan ukuran sedang itu pada Charlotte. Setelah selesai membeli perlengkapan apa saja yang diperlukan mereka berdua segera kembali untuk pulang, kalau kata orang dahulu, calon pengantin jangan terlalu sering untuk pergi ke luar rumah menjelang hari pernikahan.

"Kau menyamakanku dengan bunga mawar?" tanya Charlotte, ia menerima bunga mawar pemberian Zayn sebelum pria itu pergi, Zayn tampak berpikir.

"Apa ada yang salah?"

"Duri mawar itu menyakitkan."

"Menyakitkan namun cantiknya memberi kebahagiaan." Sejenak Charlotte merasa kecewa, jadi Zayn menyukainya karena cantik? Bukan karena Charlotte adalah Charlotte? Jika benar begitu, mungkin Zayn akan berpaling ketika didatangkan wanita yang jauh lebih cantik daripada dirinya, Charlotte tidak terima.

Senyumnya terlihat memudar, kini bunga mawar itu hanya Charlotte pegang dengan satu tangan, herannya Zayn justru tersenyum seolah tahu apa yang sedang Charlotte pikirkan.

"Jadi kau menyukaiku karena cantik?"

Zayn tersenyum tulus, ia tahu pasti Charlotte berpikir di luar jangkauannya, wanita memang pencemburu yang handal, hanya dengan salah perkataan suasana hatinya begitu cepat bisa berubah, Zayn jadi mengingat salah satu kalimat yang pernah dibacanya bahwa berhati-hatilah berbincang dengan para wanita, sekarang Zayn mengerti karena mengalaminya sendiri.

Zayn terkekeh lalu berkata, "Kau cantik karena aku menyukaimu, bukan menyukai karena kau cantik. Sampai jumpa di hari pernikahan, Nona."

Lihatlah, seperkian detik Charlotte kembali tersenyum, bunga mawar itu dihirupnya, ada aroma parfum Zayn yang tercium, Charlotte melambaikan tangannya karena sehabis ini mereka akan bertemu lagi di hari terlaksananya akad dan resepsi. Zayn, pria memabukkan untuk Charlotte.

Bukan hanya Charlotte yang tersenyum tanpa henti layaknya orang tidak waras, ternyata Zayn juga. Ia mengemudi mobil, matanya tertuju pada jalanan namun pikirannya penuh dengan bagaimana raut wajah wanitanya, senyum yang menunjukkan kebahagiaan saat bersamanya, sungguh senyuman itu mampu membuat Zayn terpana.

Zayn tidak bisa menahan diri jika tidak menggoda Charlotte, pupil matanya membesar sebagai pembuktian bahwa ia mencintai wanitanya, wajah Charlotte bertambah cantik saat sedang malu, apalagi rona merah yang muncul, Zayn ingin menggigitnya tapi belum halal.

Hari masih siang namun langit sudah mulai menggelap dengan awan mendung, sepertinya akan turun hujan.

Zayn merasakan suasananya begitu dingin padahal ia sudah mengenakan baju tebal, muncul perasaan tak mengenakkan hingga membuat Zayn ingin segera sampai, ia mengemudikan mobilnya dengan cepat.

"Astaghfirullah!"

"Hampir saja." Zayn mengusap dadanya, menghela napas gusar dan segera membuka pintu mobil untuk turun, baru saja jantung Zayn hampir terlepas dari tempat yang seharusnya saat seorang wanita berdiri di tengah jalan seolah sengaja ingin menabrakkan diri, untung saja Zayn segera menyadari dengan sigap ia rem mendadak, apakah wanita itu sudah bosan hidup? Cuaca kian menggelap, mungkin juga dengan hidup wanita itu.

"Apa anda sengaja ingin mati!?" Zayn berucap tegas dengan wajah datarnya, jujur saja ia merasa kesal karena tindakan membahayakan yang dilakukan wanita satu ini.

Bosannya dengan segala permasalahan hidup, tapi mati bukanlah solusi.

Zayn menunggu jawaban dari wanita itu namun belum kunjung mendapatkan jawaban, Zayn tidak ingin membuang waktu, ia melapisi tangannya dengan kain dan membawa wanita dengan wajah yang tertutup rambut itu untuk menepi di tepi jalan, Zayn harus segera pulang, ada pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Tunggu." Langkah Zayn terhenti saat wanita itu mulai membuka suara, ia menyibakkan rambut dan memperlihatkan wajahnya, Zayn setengah mati menelan salivanya.

Dia adalah wanita yang sempat akan dijodohkan dengannya, namun Zayn menolak dan pergi tanpa ingin tahu bagaimana kehidupan wanita itu selanjutnya, Zayn sulit untuk mencintai. Zayn tidak bisa menikah dengan wanita yang tidak ia inginkan, jika tetap melanjutkan maka hanya akan saling menyakiti yang didapat.

"Kau?"

"Senang bertemu denganmu." Zayn memasang wajah datar sementara wanita itu tersenyum, entah, mungkin bertemu dengan Zayn adalah suatu kebahagiaan untuknya. Kala itu dalam suasana malam yang sejuk, kedua orang tua Dea meminta untuk Zayn menikahi putri mereka, berulang kali Zayn menolaknya dengan halus tetapi orang tua Dea bersikeras memaksanya.

Padahal pernikahan bukan hal yang sepele, lelah dengan semuanya Zayn memutuskan untuk menjauh. Pergi ke kota ini, Zayn tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Dea, di sini.

"Nak terima saja pinangan kami, apa yang membuat Nak Zayn enggan untuk menikah dengan Dea? Kami lihat bahwa Nak Zayn ini adalah laki-laki yang baik, cocok untuk jadi menantu kami."

"Putri kalian yang tidak cocok untuk saya, maaf."

Zayn beranjak dari duduk namun belum sempat untuk itu tamparan keras yang dilayangkan oleh ayah Dea sudah mendahuluinya, Zayn meringis sakit, rasa panas menjalar pada area pipinya, untunglah rahang tidak ikut bergeser.
Pria paruh baya itu melihat Zayn berang, terang-terangan Zayn menolak putrinya, tentu ia merasa tidak terima.

"Mohon maaf Pak tapi menikah bukan hal yang sepele, Bapak dan Ibu tidak bisa memaksa saya untuk menikahi putri kalian, saya punya kriteria wanita sendiri, saya berhak memilih pasangan hidup sesuai yang saya mau. Sekali lagi, maaf, saya permisi."

Sejak saat itu Zayn memilih untuk pergi dari desa, menjauh dari segala hal yang rumit, menurutnya tidak pantas jika ada orang yang memaksanya tentang pilihan hidup, Zayn juga punya akal sehat sendiri dalam menentukan setiap pilihan, Zayn akan sangat menghormati orang yang juga menghormati pilihannya.

Tidak bermaksud kurang ajar, tetapi orang tua Dea tidak memiliki hak untuk mengaturnya, apalagi sampai memaksa untuk menikahi Dea, sedangkan Dea bukan wanita yang Zayn mau.

Kini Zayn melihat prihatin Dea, tampilan wanita itu terlihat sangat berantakan. Zayn yang memutuskan untuk tidak peduli sekarang malah bimbang tidak bisa meninggalkan Dea sendiri, di sisi lain ia tidak bisa jika mengambil keputusan untuk membawa Dea satu mobil dengannya, kalau Charlotte tahu, wanitanya itu akan marah.

"Ada apa denganmu?"

"Aku merindukanmu," ucap Dea penuh harap. Zayn bergidik dengan perasaan aneh, ia sama sekali tidak nyaman berada dekat dengan wanita ini, lain halnya saat ia bersama dengan Charlotte, bahkan sepanjang hari bersama Charlotte Zayn tidak akan merasa bosan. Lihatlah, betapa pikirannya selalu tertuju pada Charlotte, ia takut Charlotte marah.

"Lepas! Wanitaku akan marah." Zayn menghempaskan tangan Dea saat wanita itu tanpa malu malah memegang lengannya, Zayn melepaskannya kasar, Zayn berucap janji pada Charlotte untuk menjaga hati, tidak boleh wanita selain Charlotte yang boleh menyentuhnya, sekalipun terlapis kain. Zayn hanya untuk Charlotte.

"Wanita? Kau punya kekasih?"

"Tidak penting untukku memberitahumu, aku tidak mengerti mengapa kau bisa ada di sini, melakukan hal konyol dengan menabrakkan diri pada pengguna jalan. Itu hanya akan membahayakanmu. Ini uang dan undangan pernikahan, beritahu pada orang tuamu itu untuk tidak memaksaku lagi." Zayn berkata tanpa perasaan, ia tidak peduli dan segera pergi.

TO BE CONTINUED

RENJANA UNTUK CHARLOTTE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang