CHAPTER 4

70 36 1
                                    

Saat perempuan tenggelam di dalam cinta, runtuhlah dunianya. Saat perempuan merendahkan dirinya, hilanglah kehormatan dalam dirinya. Dia berlian, namun terkadang lupa bahwa dia memiliki nilai yang mahal.

"Charlotte!" Seseorang memanggilku dari belakang, sehabis melihat adegan konyol mama dan papa di rumah, aku memutuskan untuk pergi berbelanja saja.

Susah payah aku meneguk Saliva karena yang memanggil ternyata Jacksen, dia bersama ... ah kenapa dia bersama Dea? Dea sahabatku, aku tidak akan membiarkan Dea bersama Jacksen. Jacksen bukanlah orang yang baik, dia tidak pantas bersama Dea. Setahuku Dea adalah orang yang begitu agamis, lalu kenapa dia? Manusia satu itu benar-benar dinamis.

"Dea, kau?"

"Aku yang menyapamu, Charlotte."

Jacksen terlihat tidak terima karena aku malah tertuju pada Dea padahal dia yang menyapa, ah tidak peduli.

Segera aku menarik tangan Dea dan membawa ia menjauh dari Jacksen, pria itu diam melihat kami berbicara dengan jarak yang jauh darinya, Jacksen menarik sudut bibirnya. Dea tentu terkejut dengan sikapku, tapi aku jauh lebih terkejut dengan perubahan sikapnya. Di mana Deaku yang berdekatan dengan pria asing saja tidak sudi? Lalu sekarang? Ini mimpi buruk bagiku, aku tidak ingin Dea salah jalan, apalagi salah memilih calon imam.

"Kau tahu Jacksen itu laki-laki pemabuk! Ada apa denganmu, Dea!?" tanyaku menggebu, Dea menyipitkan kedua matanya menatapku heran.

Dia melepaskan genggaman tanganku, dengan itu tentu aku lebih terkejut, aku seperti merasakan bahwa Dea berubah. Ini bukan Dea yang kukenal. Dea tertunduk namun setelahnya kembali menatapku, ia tersenyum dengan helaan napas yang bisa kudengar, ada beban di sana tapi Dea seolah tidak ingin mengatakannya.

"Aku mencintainya, Charlotte."

"Kau mencintai pria brengsek!? Bahkan aku menolak lamarannya dan sekarang kau? Kau mau berdampingan dengannya!?" Aku menggebu, bisa kulihat Dea menatapku, Dea yang berbeda, bahkan Dea yang kukenal tidak akan merendahkan standarnya hanya karena cinta.

Apa jangan-jangan ... Dea kena guna-guna ya? Dea aneh sekali, dia perempuan agamis, apa keimanannya sedang runtuh?

"Tunggu, luka ini?"

"Bukan apa-apa, Charlotte. Jika kau ingin menentang hubunganku dengan Jacksen, sebaiknya kita tidak usah lagi berteman, ini urusanku." Dea berucap sembari menatapku datar, Dea ingin memutuskan pertemanan kami hanya karena laki-laki? Dea, sebenarnya gadis itu kenapa. Dia melenggang pergi bersama Jacksen, cukup kulihat Jacksen menarik sudut bibir seolah tanda kemenangan untuknya, memuakkan.

"Zayn?" Aku terbelalak, belum selesai masalah Dea, kini mataku sendiri menyaksikan bahwa pria bernama Zayn, yang katanya akan menikah denganku.

Kini kulihat dia sedang bergandengan dengan seorang wanita, aku tidak mengerti dengan gejolak dalam diri, bukankah aku belum mencintainya? Lalu kenapa diri ini seolah marah? Bahkan tanganku terkepal kuat saat ini.

Aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri Zayn, dia tidak bekerja hari ini? Aku memilih pulang dengan perasaan aneh, dadaku rasanya sesak, tidak menerima dengan apa yang kulihat. Bagaimana mungkin Zayn setega itu? Tapi siapalah aku, kami juga belum menikah, aku tidak mempunyai hak untuk cemburu, saat akad belum terucap tentu kami masih bukan siapa-siapa.

RENJANA UNTUK CHARLOTTE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang