CHAPTER 16

34 23 0
                                    

"Bertemu denganmu adalah hadiah terbaik dari Allahku."

-Muhammad Zayn-

Dia merusak hari bahagiaku, bahkan saat bukan berbentuk manusia lagi dia datang untuk menakutiku, senyumnya yang lebar hanya berupa pengkhianatan.

Sebaik-baiknya teman, dia yang mendatangimu dengan senyum kehangatan bukan dengan bisa ular yang menyakitkan.

"Aku sekalipun tidak pernah mengatakan cinta padamu, Dea. Tidak ada tanggung jawab yang harus kutunaikan padamu, tidak ada. Kau ingin menjadi wanitaku namun dulu mengkhinatiku, aku tidak bertanggung jawab atas perasaanmu, wanitaku hanya Charlotte." Zayn berucap dalam hati saat ia dan istrinya mengunjungi makam Dea, Zayn tidak ingin menceritakan masa lalunya pada Charlotte, tak ada wanita yang menyukai prianya menceritakan wanita lain.

Zayn paham dia dan Charlotte sudah saling terikat, untuk menjaga perasaan Charlotte juga tanggung jawabnya.

Zayn sendiri tidak tahu bahwa Dea dan Charlotte menjalin persahabatan, sekarang Zayn paham bahwa Dea mungkin menganggap bahwa Charlotte adalah batu hitam untuknya. Zayn menarik napas, tidak boleh ada yang menyakiti wanitanya.

"Aku menyayangkan perbuatanmu sampai akhirnya kau bertemu dengan ajal, semoga kau meraih ketenangan, Dea. Aku tidak mengganggumu maka kau juga jangan menggangguku, apalagi Charlotte. Sesungguhnya aku mencintai wanitaku, cintaku, perhatianku kini tertuju pada Charlotte. Di kehidupan mana pun jangan mengharapkanku lagi, aku hanya untuk Charlotte."

Dulu, Zayn memang bertemu dengan Dea dan berniat untuk menikahinya, tapi di hari saat Zayn ingin mengungkapkan perasaannya dan melamar Dea, wanita itu ia dapati sedang berbuat tidak terpuji dengan seorang pria.

Zayn mengurungkan niatnya, namun setelah itu orang tua Dea malah mendesak Zayn untuk menikahi putri mereka, perasaan Zayn tidak tertuju pada Dea sehingga ia tidak bisa menerima wanita itu apa adanya. Yang Zayn ketahui adalah Dea berteman baik dengan Anisha, putri dari seorang alim yang taat, Zayn hanya pergi dengan harapan Dea bisa lebih baik dengan Anisha, gadis alim itu mengajaknya menuju jalan kebaikan.

Zayn bisa saja menerima wanita apa adanya, tapi Dea bukan sepenuhnya wanita yang Zayn inginkan. Lain halnya dengan Charlotte, Zayn menginginkannya, seburuk apa pun masa lalu Charlotte Zayn tidak keberatan menerimanya. Wanita, jika inginkan lelaki yang menerima segala kekurangan yang ada pada dirimu, maka temuilah ia, pria yang benar-benar menginginkanmu.

"Ayo pulang hari mulai gelap," ajak Zayn. Charlotte mengangguk, ia mencium nisan di makam yang tertulis nama sahabatnya itu lalu beranjak, Zayn menggenggam erat tangannya.

Keduanya pulang ke rumah yang sudah disiapkan oleh Zayn, sebelum menikah Zayn benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, Zayn tidak ingin Charlotte tinggal bersama kedua orang tuanya, menghindari dari yang dikhawatirkan, lagipula biarkan kapal mereka berjalan dengan dua orang saja di dalamnya, sampai nanti buah hati muncul saat Allah mengaruniakan.

"Salat dulu, ya?" Zayn menatap dalam seraya menyentuh wajah Charlotte sayang, mata Charlotte terlihat sembab membuat Zayn tidak tega melihatnya. Zayn membiarkan istrinya mengambil wudhu sebelum dirinya, setelah Charlotte selesai barulah gilirannya.

Hati Charlotte menghangat mendengar lantunan ayat yang keluar dari mulut Zayn, hatinya yang berantakan sedikitnya bisa terobati. Bagi Charlotte Zayn adalah candu, cintanya tertuju pada pria itu, yang sudah sah atas dirinya, tidak ada ketakutan saat bersama Zayn, tidak ada kegelisahan bersamanya, wajah meneduhkan yang membuat Charlotte ingat pada kebesaran Tuhan.

Zayn, adalah dunianya. Usai mengucapkan salam Charlotte meraih tangan Zayn untuk diciumnya, jika dulu Charlotte hanya bisa melihat pada tontonan di televisi maka kini ia bisa merasakannya, pasangan suami istri yang melaksanakan salat bersama.

Zayn mencium kening Charlotte lama, setelah itu Zayn menaruh dagunya pada bahu Charlotte serta tangan yang sudah melingkar di pinggang ramping istrinya, Zayn menghirup dalam.

Charlotte menerima perlakuan Zayn dengan membiarkan posisi mereka tetap seperti itu dengan waktu yang tidak sebentar, hatinya tenang begitu juga dengan Zayn.

"Aku adalah milikmu," bisik Zayn. Charlotte tersenyum, pipinya mengembang tidak tertahan.

Zayn tidak mengatakan bahwa kau adalah milikku, tapi aku adalah milikmu. Zayn menangkup wajah Charlotte dengan kedua tangannya.

"Allah, limpahkan selalu kebahagiaan padanya, sesungguhnya aku mencintainya karenaMu. Dengan karuniaMu engkau mengizinkan hamba untuk menghalalkannya, wanita yang kuinginkan sudah halal untukku berkat izinMu. Jangan biarkan hatinya sakit karena hatiku juga akan terluka karenanya. Allah, kebahagiaannya adalah kebahagiaanku. Berikanlah di hatinya rasa cinta untukku karena aku mencintainya, damaikanlah selalu hatinya, jadikanlah hatinya hanya tertuju padaku saja. Jangan biarkan lelaki selainku menatapnya, jangan biarkan lelaki selainku dan ayahnya mencintainya. Allah, cintailah ia sebagaimana aku mencintaiMu, dan aku juga mencintainya karenaMu."

Zayn berdoa dalam hati sembari menatap wajah Charlotte, wanitanya hanya diam, ia tidak tahu Zayn sedang apa namun Charlotte mengerti saat melihat mulut Zayn yang tengah mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar olehnya.

"Zayn," panggil Charlotte.

"Kenapa, Sayang?"

"Aku mencintaimu." Hati Zayn berdesir mendengarnya, netra mereka saling bertemu dengan pupil yang membesar di mata keduanya, Zayn mengecup pipi Charlotte lama.

Dalam dekapan yang hangat, cinta keduanya dalam ridho Tuhan. Bersatu dalam ikatan halal, bersama-sama menggapai ridhoNya.

"Bertemu denganmu adalah hadiah terbaik dari Allahku." Zayn melihat Charlotte sempurna, tak ada kekurangan dalam diri wanitanya, Zayn menyatukan hidung bangirnya dengan hidung Charlotte sehingga wajah mereka sangat dekat, serta netra yang saling menatap.

Kobaran cinta dalam ridho Tuhan tidak akan pernah padam, maha suci Tuhan yang menyatukan dua hati sehingga saling terikat.

Charlotte mendekat pada Tuhan, menaati perintahnya, berbuat dosa namun selalu kembali dengan penyesalan, meminta ampunan tanpa menyerah. Charlotte wanita yang sedang mengejar ridho Tuhannya, dipertemukanlah ia dengan Zayn, pemuda yang akan memuliakannya serta menuntunnya.

"Cantik," puji Zayn. Bola matanya tidak lepas dari wajah Charlotte, istrinya cantik karena ia mencintainya, Zayn menjaga pandangan dari banyaknya wanita sehingga pandangan cintanya hanya untuk Charlotte, wanita halalnya.

Ia ingin menjadi nahkoda yang baik, biarlah ia menjalankan kapalnya sejalan sesuai dengan ia dan Charlotte mau, mengemudikan kapalnya sebaik mungkin sampai akhirnya perjalanan akan selesai nanti, menikmati angin serta badai yang akan datang, keduanya akan saling menjaga.

Takdir Tuhan tidak pernah salah.
Tuhan mengikuti prasangka setiap hambanya.

Bagaimana bisa kau mengharapakan sesuatu yang baik dari Tuhanmu, sedangkan kau sendiri selalu berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil.

Berprasangka baik pada Tuhan tidak akan membuatmu rugi, Dia akan memberimu sesuatu yang tidak pernah kau sangka-sangka.

Tuhan mencintaimu, jika kau mencintaiNya juga maka Tuhan juga akan menghadirkan seseorang yang akan mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu.

Bersabarlah, takdir baik akan mendatangimu.

Bersabarlah, Tuhan tidak lengah atas takdirmu.

****

Aku tidak ingin berlarut dalam masalah yang nantinya hanya akan semakin memperburuk keadaanku, bayangkan saja tiga peluru kalau bukan karena kasih sayang Tuhan mungkin aku sudah mati. Selesai melaksanakan salat dengan Zayn aku memutuskan untuk tidur, beristirahat untuk mempercepat masa pemulihan.

....

TO BE CONTINUED

RENJANA UNTUK CHARLOTTE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang