CHAPTER 9

50 28 0
                                    

Dalam kegelapan malam Harry terlihat tengah berbicara dengan orang yang jauh di sebrang sana dengan menggunakan benda pipihnya, beberapa kali Harry tampak berpikir saat yang berbicara membuat kesepakatan, tentu akan ada keuntungan untuknya.

Segala perbuatan jahatnya bisa dibersihkan dengan uang, siapa yang tidak tertarik dengan uang? Harry tersenyum simpul bahwa jeruji besi, Harry bisa untuk tidak mendekam di dalamnya. Harry lari dari tanggung jawab yang seharusnya ia tidak melakukan itu, Harry kembali berbuat kesalahan.

"Berapa?"

"Dua ratus juta, namamu tidak akan tercemar."

"Apa kau bisa dipercayai?" tanya Harry memastikan, ia ingin secepatnya keluar dari masalah, uang berapa pun bisa dikeluarkan asal namanya kembali bersih dan ia tidak mendekam di dalam penjara, sayangnya Harry terlalu gegabah dalam mengambil keputusan, bisa saja yang di sebrang sana hanya mengambil kesempatan untuk memeras.

"Oh Tuan, kau ingin selamat atau tidak?" Setelah selesai perbincangan, Harry segera menutup benda pipihnya, ia mengecek notifikasi chat ternyata tidak ada, biasanya akan ada notif chat dari Charlotte.

Sejak siang ponsel Charlotte tidak bisa dihubungi, Harry memesan makanan dan ia kembali ke rumah sakit tempat Dea dirawat, makanan rumah sakit tidak bisa masuk ke dalam mulut Dea, katanya tidak ada rasa.

"Dea? Kau senyum sendiri?" Harry masuk dengan membawa makanan yang sudah ia beli, Dea terlihat panik dengan menaruh ponselnya, ia tersenyum melihat Harry.

Sementara Harry hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Dea, wanita itu bilang akan membaca kitab suci dan mengulang hafalannya yang sempat hilang, tapi saat Harry kembali Dea sedang bermain handphone.

Harry harap bahwa Dea sudah kembali seperti dulu, wanita yang taat dengan agamanya, tidak terlalu mengejar kesenangan dunia, Harry senang saat Dea meminta kitab suci diberikan padanya, bacaan Dea pun masih terdengar merdu.
Hilangnya hafalan karena penghafalnya lalai, hafalan bisa hilang sebab maksiat yang penghafalnya lakukan.

Hendaknya seorang penghafal menjaga diri dari kelalaian, hendaknya seorang penghafal menjauhkan dirinya dari maksiat. Setelah berhasil menghafal, seorang penghafal memiliki tanggung jawab untuk menjaga hafalannya, dan dalam menjaganya tidak bisa dibarengi dengan maksiat, maksiat dan ilmu tidak akan bersatu.

"Kau tadi menghafal?"

"Hilang."

"Apanya yang hilang?"

"Semuanya, hafalanku, harga diriku, hidupku, kebahagiaanku."

"Hentikan ucapanmu, aku membencinya." Harry mengakhiri percakapan, ucapan Dea akan membuatnya sedih, tentu sebagai sahabat Harry juga merasakan apa yang membuat Dea sedih, bersusah payah membuat Dea tersenyum, mengingat Jacksen yang malah menyakiti Dea bahkan merenggut kehormatan Dea, Harry tidak akan memaafkannya. Harry membuka bungkus makanan, menyuapi Dea dengan hati-hati.

Aku mengurung diri dalam kamar usai handphoneku hancur karena tanganku sendiri, tak ada kegiatan menyenangkan hari ini, yang kupikirkan saat ini adalah aku ingin mengurung diri dan menjauh dari orang-orang terutama Zayn, dia penyebab dari semua kekesalan yang kurasakan.

Aku tidak memikirkan Dea karena sudah pasti ada Harry yang akan mengurusnya, aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan waktu bahwa aku harus salat, mengakhiri malam ini dengan empat rakaat dan selanjutnya aku akan tidur, semoga saja mimpi indah mendatangi.
Suasana hati yang kesal membuatku tidak sanggup berlama-lama di atas sajadah, aku mengambil air dan meneguknya, pintu kamarku diketuk, sungguh malas sekali membukanya, mengganggu malamku saja.

RENJANA UNTUK CHARLOTTE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang