CHAPTER 14

40 26 2
                                    

Peluru yang menembus tidak terlalu menyakitkan dibandingkan melihat bisa ular mulai berjalan.

"Kecantikan Charlotte jauh lebih dari segalanya dibandingkan denganmu, apa kau tidak punya hal lain yang bisa dibanggakan selain kecantikan?" Zayn menatap remeh Dea, tidak bermaksud untuk merendahkannya namun perasaan dongkol Zayn pada Dea masih tetap sama seperti beberapa tahun yang lalu.

Zayn juga tidak terlepas dari masa lalu buruk, dulu memang Zayn menyukai Dea, namun melihat sikap Dea yang ternyata mengkhianati di belakang, padahal Dea terlihat alim, gadis polos, siapa sangka jika pergaulannya begitu bebas.

Zayn mengenal jika Dea berteman baik dengan Anisha, ternyata Dea berbeda. Dea terlihat alim namun isinya sangat mengejutkan, lihatlah bagaimana sekarang Dea sudah menanggalkan penutup kepalanya.

"Charlotte sudah tidak gadis!"

Zayn tersenyum simpul mendengar itu, menarik sudut bibirnya, memasukkan tangan pada satu kantung celana. Alisnya terangkat kemudian berkata, "Lalu apa masalahnya?"

"Apa bedanya aku dengan Charlotte sampai kau lebih memilihnya!?"

"Bedanya? Bedanya adalah Charlotte wanita yang kucintai, sementara kau wanita yang kubenci. Jika kau menggodaku sekalipun, aku hanya tertarik dengan Charlotte. Jika kau tanyakan jiwaku, hatiku, pikiranku ada di mana, semuanya ada pada Charlotte. Dengarlah baik-baik oleh telingamu, hatiku hanya untuk Charlotte, wanita satu-satunya yang kucintai hanya Charlotte. Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan wanitaku, sedangkan kau? Aku membencimu."

Sakit.

Sakit untuk Dea mendengarnya, percakapan kala itu dengan Zayn, harga dirinya hilang, sebelum Zayn kembali masuk ke dalam mobil Dea sempat menarik pria itu untuk menoleh padanya sebentar.

Tidak Dea sangka kalimat menyakitkan itu akan terdengar di telinganya, Dea tersenyum dengan penuh kesakitan.

Zayn masih sebuah alasan untuknya bertahan, Dea jatuh dalam hawa nafsunya tapi untuk siapa hatinya tertuju, hal itu masih untuk Zayn.

Dari sekian banyak lelaki yang Dea temui, hanya Zayn yang benar-benar menghargainya, tapi saat itu di bawah naungan langit serta air hujan, Zayn mengucapkan kalimat yang begitu sakit untuknya.

Lelaki yang selalu memanggilnya dengan kata nona adalah Zayn, lelaki yang selama ini ia rindukan adalah Zayn, lelaki yang tidak pernah hilang dari hatinya adalah Zayn.

Zayn membencinya? Sangat? Lalu Zayn mencintai sahabatnya dengan hebat? Dunianya sekali lagi terasa runtuh, imannya lemah dengan hati yang bertambah rapuh.

Berjalan dengan kesakitan, perasaan bisa mengantarkan wanita pada kesengsaraan, perasaan yang tidak sejalan dengan iman. Wanita, dikalahkan oleh perasaannya sendiri.

"Aku mencintaimu,"

"Hapus itu, jika kau terus memeliharanya, aku takut kau binasa sebab perasaanmu sendiri. Aku harap kau membenciku, aku mengucapkan kalimat yang menyakitkan agar kau membenciku, setelahnya kumohon lupakan aku. Sekali lagi, aku membencimu."

Dea tersenyum dengan segala kesakitan yang mendorongnya untuk mengeluarkan tangisan, ia kira Zayn adalah pria yang akan selalu berlemah lembut,  dengan mata kepalanya sendiri saat itu ia lihat, Zayn sudah bukan Zayn, dia bukan Zayn.

Suatu kebahagiaan bertemu dengan Zayn, bertemu dengan sosok itu ternyata hanya menambah segala kesakitannya, Dea mencoba yakin bahwa dia bukan Zayn. Sosoknya berbeda, lidah Zayn sangat pedas.

Dea menatap nanar pada surat undangan di tangannya, nama yang dari dulu ia idam-idamkan untuk bersanding dengan namanya, tapi kini ia lihat dengan sangat sadar bahwa nama sahabatnya yang tertulis.

RENJANA UNTUK CHARLOTTE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang