Em6 \\ she was the one who made him accept romance

744 138 16
                                    

DIPIKIRKAN ratusan kali, berkencan dengan Rose terdengar tidak ada untungnya sama sekali bagi Jaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DIPIKIRKAN ratusan kali, berkencan dengan Rose terdengar tidak ada untungnya sama sekali bagi Jaehyun. 

Sekalipun, Rose tegaskan, "Ada! Kamu nanti jadi punya mantan seorang aktris. Katakan dengan bangga pada teman-temanmu ... 'kau lihat aktris cantik itu, dia dulu mantan pacarku'," dengan gaya cerita layaknya pelakon yang handal memainkan gestur dan mimik muka. 

"Untuk apa aku mengatakan itu?"

Jaehyun menikmati, tapi di dalam berjalan di sebelah perempuan itu, ia hanya memasang tampang tanpa ekspresi. 

"Ya ... hanya untuk menyombongkan diri saja. Biar orang tahu kalau kamu itu hebat."

"Tanpa pacaran denganmu, semua orang juga sudah tahu kalau aku ini hebat."

"Cih! Sombong sekali. Ya sudah kalau tidak mau! Pulang sana!"

suara pintu gerbang yang didorong kencang menjadi penutup jumpa Jaehyun dengan Rose malam itu sehabis pulang menonton pesta kembang api di pusat kota. Rumah Jaehyun masih beberapa meter jauhnya, sehingga ia kembali harus berjalan sembari memikirkan.

Namun, jawaban dari sebuah tawaran berkencan tidak pernah Jaehyun beritakan secara jelas keesokan hari, dua hari kemudian, seminggu kemudian, dua minggu kemudian, dan seterusnya.

Sampai sang memberi tawaran barangkali lupa dengan sendirinya.

Tidak pernah menyinggung, tidak pernah menagih. Hanya kembali berteman dengan Jaehyun seperti biasa, seperti sebelum-sebelumnya, seperti tidak pernah ada malam di mana mereka bergandeng tangan menyaksikan pesta kembang api beserta perbincangan konyol mereka. 

Padahal, Jaehyun lambat laun mulai merasakan ada yang tidak biasa.

Rose, di pandangan bocah SMA itu, tidak lagi nampak sama seperti sebelum-sebelumnya. Sejak malam itu, sudah dikatakan, Jaehyun mulai melihatnya dengan 'benar'.

Sehingga hari ke hari, Jaehyun hanya selalu menemukannya seperti berlian di antara jerami, seperti sirius kala dilihat dari bumi, seperti mawar di antara bunga nafas bayi.

Paling cantik di antara mereka yang berwajah cantik. Paling manis di antara mereka yang punya senyum manis. Paling indah di antara mereka yang punya tawa indah. 

Itu yang nampak di mata Jaehyun, penghuni kursi pojok kiri depan, manakala sesekali mencuri kesempatan di kelas untuk melihat penghuni kursi pojok kanan belakang.

Kadang terlihat Rose sedang antusias becerita dan tertawa bersama teman-teman baik laki-laki maupun perempuan. Kadang terlihat Rose sedang berdandan. Kadang tertidur di tengah jam pelajaran. Kadang serius memperhatikan guru di depan. Kadang menggaruk-garuk kepala kebingungan menjawab soal ulangan, seperti yang ia lakukan sekarang.

Ketika hasil ulangan telah dibagikan, senyum tanpa dosa menjadi persembahan Rose untuk Jaehyun yang mengajaknya bertemu di tepi lapangan basket, sepulang sekolah. 

Rose tunjukkan kertas ulangannya yang bernilai lima, direspon Jaehyun dengan satu kata,

"Lumayan."

Senyuman Rose kemudian bertukar menjadi sedikit punya kadar dosa. Padahal, pujian adalah sesuatu yang jarang Jaehyun berikan. Sebelum-sebelum ini, ketika melihat hasil ulangan Rose, Jaehyun hanya selalu mengatakan 'bodoh' atau 'bodoh sekali'.

"Kamu kecewa, 'kan?"

"Sedikit."

"Kamu pasti menyesal juga."

"Menyesal kenapa?"

"Karena telah memilihku menjadi kelompok belajarmu, berusaha mengajariku dengan baik tapi nilaiku tidak pernah baik. Membaik, tapi hanya sedikit. Kamu pasti merasa semua waktu dan energimu terbuang sia-sia, karena pada akhirnya aku tetap tidak bisa. Aku ...."

"... benar-benar buruk dalam belajar."

Jaehyun pandangi perempuan yang menunduk di hadapannya, menyesal, merasa bersalah, meremas-remas dasi sekolahnya hingga nampak kusut, tidak tersenyum, tidak berani menatap Jaehyun.

"Kalau begitu jadi aktris saja. Kamu terlihat bagus di layar kaca. Bersungguh-sungguhlah di sana! Jadilah besar dan hebat!"

Kertas hasil ulangan Rose dilipat, dibawa serta Jaehyun yang berjalan sambil menggendong ransel, meninggalkan Rose yang seketika berani menaikan pandang, menatap sebuah punggung, lalu tersenyum.

"Akan kulakukan! Tunggu saja!"

Mendengar seruannya, samar-samar, bibir Jaehyun melukis garis lengkung yang serupa manisnya, yang tidak diketahui siapapun, hanya ia.

Jaehyun jadikan kertas hasil ulangan Rose sebagai alat untuk berkipas-kipas ria, berjalan pelan dengan niat menunggu perempuan di belakang sana berlari kecil—menyusul.

Di kala mereka benar-benar sudah melangkah sejajar, Jaehyun kipas-kipaskan kertas yang ia genggam di depan wajah Rose.

"Haruskah kita lakukan?"

"Apa?" Rose mendongak, menatap dengan tanda tanya tergambar di mata.

"Berkencan."

[]

Em6 \\  she was the one who made him accept romance  \\

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Em6
\\  she was the one who made him accept romance  \\

[SERENADE IN E MINOR]
by linasworld

***

SERENADE IN E MINOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang